Banjirembun.com - Individu manipulatif. Itulah satu kata yang cocok disematkan pada ibu kandung saya. Maksud manipulatif di sini ialah memanipulasi informasi, data, dan fakta demi mencapai tujuan. Bahkan, julukan orang sadis dan ratu tega juga sangat pantas digelarkan pada ibu kandung saya.
Tentulah, sifat kejam di atas enggak ditunjukkan secara vulgar maupun dengan sembrono di hadapan insan lain. Namanya juga manipulatif, di depan tampak menunjukkan muka "malaikat," tetapi hatinya sangatlah licik dan penuh intrik. Demi ambisi tercapai, nekat berbuat segala langkah.
Saya sudah kenyang merasakan jadi korban adu domba, serangan fitnah, serta diinjak-injak harga diri saya di hadapan manusia lain. Baik itu saat antar muka maupun tatkala di belakang saya. Begitu pula, saya telah muak diperlakukan secara tak adil alias penuh pilih kasih di antara saudara kandung. Baik dalam segi pembagian materi maupun curahan kasih sayang.
Padahal, saya sudah berusaha mendekat dan berbakti padanya. Ikhtiar mengambil hatinya. Malah, dahulu kala, saya juga sudah berupaya memberontak habis-habisan agar ibu "menyadari" bahwa anaknya butuh keadilan. Namun, yang ada, saya justru tambah "kuat" diperlakukan bagai anak buangan.
Intinya, mau bersikap seperti apapun yang saya terapkan pada ibu kandung, barangkali enggak bakal membuat hati ibu saya berubah. Mau saya kasih uang banyak, saya kirimi bingkisan paket (isi makanan ataupun barang), hingga saya ajak bicara secara sopan dengan lemah lembut, hasilnya tetap saja saya tak diharapkan kehadirannya.
Beginilah risiko jadi anak yang kelahirannya tak diinginkan. Rasa benci munculnya saya di dunia sedari saya masih bayi baru lahir kemungkinan besar terus terbawa sampai saya dewasa. Kendati seperti itu, saya bersyukur, orang tua saya tak membunuh saya ketika masih bayi dulu. Saya tetap dibiarkan hidup sehingga terbukti saya bisa tumbuh besar seperti sekarang.
 |
Ilustrasi anak yang tak diharapkan kehadirannya oleh ibu kandung (sumber foto pixabay.com) |
Lantas, apakah saya akan menyerah dan memutuskan menjauh? Tentu, jawabannya tidak. Selama saya masih hidup sehat bergerak bebas dan masih punya rezeki "mencukupi," selama itu juga saya bakal berupaya berbakti pada orang tua kandung. Kalau ada rezeki yang lebih lagi, saya turut menjalin silaturahim pada kerabat terdekat.
Semoga saya mendapat rezeki melimpah. Saya punya harapan ingin berbakti dan membahagiakan orang tua melalui jalur berbagi rezeki. Baik itu berupa uang, barang, makanan, maupun dengan cara mengajak mereka jalan-jalan ke hotel serta restoran. Tentu pula, ketika rezeki lancar ingin bersilaturahim pada keranat dekat. Allah Maha Pemberi Rezeki.
Disclaimer (sanggahan): Penulis cerita ini berinisal Kode X. Sebuah nama samaran. Kode X telah menulis beberapa tulisan tentang curahan hati seputar ibu kandungnya, mantan istrinya, serta hal-hal lain di situs Banjirembun.com ini. Silakan cari artikelnya guna mendalami sosok Kode X.
(*)
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Saya Sendiri Heran, Kenapa Punya Ibu Kandung Sebegitu Jahatnya"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*