Banjirembun.com - Selama ini, masih ada yang memahami bahwa maksud kata "gula" pasti tertuju pada gula pasir, gula batok tebu, gula kelapa, ataupun gula aren. Bahkan, ada yang langsung tertuju pada tanaman tebu. Lantas, meniadakan yang lain.
Ada pula, yang mengatakan yang rasanya manis-manis pastilah gula. Hal itu tidak, sepenuhnya salah. Sebab, umumnya zat gula memang terasa manis. Rasa manis itulah yang bikin anak-anak tertarik dan ketagihan mengonsumsi.
Agar lebih jelas, harus dijabarkan dulu definisi gula dengan isti agar bisa dibedakan dengan istilah yang terkait dengannya. Meliputi gula, gula alami, dan gula olahan. Semuanya, meski saling terkait, nyatanya memiliki fungsi dan sifat zat sendiri-sendiri yang tak bisa disamakan.
Gula adalah suatu bentuk karbohidrat sederhana yang dapat dijadikan sumber energi dan menjadi komoditas perdagangan utama. Gula dalam wujud apapun dapat dimanfaatkan untuk mengubah rasa, warna, dan tekstur masakan. Itulah nilai jualnya.
Gula sebagai komoditas dagang, tidak hanya terbuat dari tebu dan tak melulu berbentuk butiran pasir. Gula bisa terbuat dari nira kelapa, nira aren, nira siwalan, buah bit, jagung, dan anggur. Bentuknya ada yang seperti batu, silinder, batok kelapa, dan bermacam-macam.
Gula alami adalah zat gula yang terkandung secara alami tanpa diolah yang ada pada bahan makanan mentah. Gula alami didapat tanpa perlu proses pemurnian maupun memerlukan tambahan zat kimia tertentu.
Contoh gula alami meliputi madu, buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian (termasuk beras), ubi-ubian (termasuk singkong), batang tebu, susu, keju, dan lain-lain.
Gula olahan atau disebut juga gula tambahan adalah jenis gula tertentu yang telah melalui proses pemurnian ataupun penambahan bahan kimia lain untuk dijadikan salah satu bagian ke dalam makanan ataupun minuman.
Contoh gula olahan yaitu gula pasir, gula merah, gula batu, pemanis buatan, dan sirup jagung.
Di antara gula alami dan gula olahan, tentu yang paling berbahaya adalah gula olahan. Meski pada kasus tertentu, ada yang alergi gula alami, nyatanya sangat jarang seseorang yang sanggup mengasup gula alami secara berlebihan dalam wujud asli atau murni.
Sedangkan, konsumsi berlebihan gula olahan atau gula tambahan sangatlah memungkinkan. Sebab, wujud gula telah berubah bentuk. Misalnya, dari yang awalnya batang tebu yang termasuk jenis gula alami, setelah diolah menjadi gula pasir sanggup dikonsumsi dengan kadar gula lebih banyak.
Bayangkan saja, untuk 1 kg gula pasir dibutuhkan kurang lebih 10 kg batang tebu. Artinya, dengan kadar gula yang hampir sama, tetapi punya selisih berat kisaran sepuluh kali lipat. Dengan kata lain, mengonsumsi 50 gram gula pasir hampir setara dengan 0,5 kg atau 5 ons batang tebu.
Lebih spesifiknya, dalam sehari mengonsumsi ½ ons atau 50 gram gula dalam sekali makan amat memungkinkan tak bikin perut kenyang. Namun, mengasup batang tebu ½ kg, tentulah sangat tak memungkinkan sekali habis dalam satu menu makan.
Bahaya Gula Olahan atau Gula Tambahan
Sudah cukup banyak artikel, video, dan gambar yang menarasikan betapa berbahayanya gula bagi manusia. Namun, mereka tak mengimbangi dengan informasi terkait peran penting zat gula alami bagi insan. Intinya, dalam kadar wajar, gula alami amat dibutuhkan manusia.
Berikut ini dampak buruk gula olahan bagi kesehatan:
1. Memicu Penyakit Kronis
Bukan hanya kanker, konsumsi gula tambahan secara berlebihan (dari segi jumlah maupun frekuensi yang kerap) juga dapat memicu penyakit autoimun, penyakit ginjal, diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, hingga penyakit liver (hati) utamanya berupa perlemakan hati.
2. Terlalu Banyak Kalori, tetapi Minim Nutrisi
Asupan gula tambahan terlalu banyak mampu meningkatkan berat badan. Dalam jangka panjang dan terus-menerus, potensi obesitas bukan hal mustahil. Apalagi, ketika konsumsi gula tidak diimbangi olahraga cukup atau aktivitas fisik yang berimbang.
3. Merusak Metabolisme Badan
Salah satu dampak gula ialah terjadi resistensi terhadap hormon leptin. Yakni, senyawa yang berperan memberikan sinyal tubuh kapan harus makan serta kapan mesti berhenti makan. Artinya, gula membuat sistem metabolisme "kebingungan."
![]() |
Gula merah silinder (sumber foto pixabay.com) |
Gangguan metabolik di atas, dapat berisiko beban kerja tubuh menjadi berat. Bahkan, juga berimbas pada kinerja otak. Bagaimanapun, batang otak yang kelebihan kadar gula tentunya berakibat susah diajak berpikir. Parahnya, dalam jangka panjang memunculkan demensia serta gangguan mental.
4. Gigi Berlubang
Gula menjadi salah satu makanan bagi bakteri yang ada di mulut. Bukan cuma itu, nyatanya secara langsung zat asam dalam larutan gula olahan (air yang diberi gula) maupun zat asam akibat gula bereaksi dengan bakteri di mulut, juga menimbulkan terjadinya pengeroposan gigi.
5. Mempercepat Penuaan Dini
Metabolisme yang kacau, bukan hanya memicu munculnya jerawat. Hal itu juga ada kaitannya dengan terjadi kerusakan sel-sel di tubuh. Termasuk sel kulit. Alhasil, kulit menjadi kendur (kehilangan elastisitas), berubahnya penampilan kulit salah satunya lantaran menumpuknya pigmen, dan pelindung kulit menjadi hancur.
(*)
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Perbedaan Gula Alami dan Gula Olahan, serta Bahayanya Bagi Kesehatan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*