Banjirimbun.com - Indonesia merupakan negara hukum. Meski demikian, masyarakat negara tersebut masih terikat lekat dengan norma kehidupan yang lain seperti agama, kesopanan, kebiasaan, dan kesusilaan. Salah satu yang dipegang kuat yaitu norma agama.
Lebih lanjut, dalam tinjauan hukum, memeluk agama atau memiliki kepercayaan pada Tuhan merupakan kewajiban setiap anggota masyarakat. Dengan catatan, masing-masing warga punya hak asasi dalam memilih dan kebebasan menjalankan ajaran agama yang dianut.
Berhubung, masyarakat Indonesia memiliki enam agama yang dipeluk penganutnya atau pengikutnya, tentu saja penggunaan istilah atau penyebutan nilai-nilai agama dalam aspek tertentu didasarkan pada universalisme dan tinjauan historis.
Selain disebabkan karena istilah keagamaan yang dipakai masyarakat sudah terlanjur mengakar kuat sejak dahulu kala, maksud pemakaian penyebutan tersebut tak lain demi membumikan ajaran agama yang didakwahkan.
Sebab, ketika memakai istilah-istilah yang berasal dari Kitab Suci agama, justru dapat menyulitkan masyarakat dalam memahami maksudnya.
Tentulah pula, istilah "baru" tersebut bakal menyebabkan ada kesan bertentangan dengan alam pikir tentang konsep "final" yang sudah tertanam kuat sejak kecil.
Di antara istilah universal dalam menyampaikan ajaran beragama yang digunakan banyak pendakwah yaitu surga, pahala, bidadari, dosa, dan neraka.
Dalam agama Islam surga disebut jannah, pahala disebut ajr, bidadari hurun 'in, dosa disebut dzanbun, dan neraka disebut annar.
Tak hanya itu, sinonim atau padanan kelima kata di atas, dalam terminologi bahasa Arab yang dipakai di Al-Quran pun cukup beragam penyebutannya.
Misalnya, kata surga selain jannah juga disebut dengan bentuk kiasan atau ungkapan tertentu, berdasar konteks dan melihat susunan kalimatnya, sehingga menghasilkan makna jelas yaitu surga.
Nah, guna memudahkan dalam menerjemahkan sinonim alias persamaan kata ke dalam bahasa Indonesia, lantaran masyarakat yang tak cakap berbasa arab dan memahami ilmu tafsir al Quran, cukup disebut surga. Tanpa perlu diterjemahkan apa adanya sesuai arti bahasa.
Arti Kata Surga, Pahala, Bidadari, Dosa, dan Neraka dalam Bahasa Aslinya
Surga berasal dari bahasa sanskerta. Salah satu bahasa yang digunakan nenek moyang bangsa Indonesia.
Di mana, kata "surga" dalam bahasa sanskerta disebut svarga yang merupakan gabungan kata svar yang berarti jalan dan ga yang artinya cahaya.
Istilah svarga di atas, sangat lekat dengan konsep keyakinan agama hindu, yang menggambarkan surga sebagai suatu penyatuan dengan cahaya atau perjalanan menuju dunia cahaya.
Tentulah makna surga di atas sama sekali benar-benar berbeda dengan konsep surga dalam ajaran Islam yang menyebut surga salah satunya sebagai jannah.
Jannah sendiri mengacu pada arti taman atau kebun yang tertutup sehingga tak terlihat oleh sembarang pandangan mata. Tentunya, dalam konteks gaib dalam ajaran Islam maknanya tidak saklek seperti itu.
Selanjutnya, istilah svarga diserap ke berbagai bahasa daerah di Indonesia. Di antaranya seperti jawa (swarga), sunda (sawarga), minangkabau (sarugo), Makassar (suruga), dan Sasak (sorge).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata surga mempunyai arti "1 alam akhirat yang membahagiakan roh manusia yang hendak tinggal di dalamnya (dalam keabadian); 2 kayangan tempat kediaman Batara Guru (Siwa); Surgaloka."
Sayangnya, dalam konsep ajaran Islam, para penghuni surga memilik jasad atau fisik. Bukan sekadar roh atau jiwa.
Semestinya, kata surga agar bisa dipakai oleh semua pemeluk agama disarankan memiliki definisi sebagai alam keabadian yang membahagiakan.
Berikutnya, penyebutan pahala merupakan kata yang berasal dari bahasa sanskerta. Yakni, dari kata phala yang berarti buah. Baik itu "buah" dari perbuatan benar atau lurus maupun "buah" hasil perilaku salah atau beda arah.
Nah, sekali lagi dalam terminologi agama Islam, kata pahala lebih sering dimaknai sebagai potensi mendapar ganjaran atau balasan dari perbuatan baik di dunia maupun akhirat kelak. Dengan maksud lain, istilah pahala merupakan antonim dari dosa.
Adapun, kata bidadari berasal dari bahasa sanskerta yaitu vidyadhari yang memiliki konotasi feminim dan vidyadhara yang menjadi bentuk maskulinnya.
Uniknya, pengertian istilah vidyadhari sangat berbeda dengan bayangan umat Islam yang paham agama. Sebab, vidyadhari berasal dari dua kata yaitu vidyha artinya pengetahuan dan dharya berarti pemilik, pemakai, atau pembawa.
Dalam ajaran hindu, konsep vidyadhari merupakan makhluk gaib yang menghuni surga dan menjadi istri para gandarwa (makhluk gaib berwujud seperti manusia yang tinggal di surga). Di mana, vidyadhari bertugas menyampaikan pesan dari dewa kepada manusia.
Sedangkan, kata dosa merupakan istilah yang berasal dari bahasa sanskerta yaitu dosa. Dengan demikian, pengucapan atau pembunyiannya tanpa mengalami perubahan.
Dalam bahasa sanskerta, istilah dosa diartikan sebagai kebencian. Lebih spesifiknya, suatu kata yang menjelaskan tentang perbuatan yang melanggar norma atau aturan yang telah ditetapkan oleh Tuhan.
Kemudian, kata neraka berasal dari bahasa sanskerta yaitu naraka. Berasal dari dua kata yaitu nar yang artinya manusia dan aka yang punya arti duka. Dengan kata lain, naraka adalah ketidakbahagiaan manusia.
Dalam ajaran hindu, neraka adalah tempat para pendosa disiksa sesudah kematiannya tiba.
Itulah arti dari kata surga, pahala, bidadari, dosa, dan neraka.
(*)
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Arti serta Asal Usul Istilah Surga, Pahala, Bidadari, Dosa, dan Neraka"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*