Banjirembun.com - Kalau sebuah ucapan, motivasi, nasihat, ataupun kata-kata bergairah dalam bentuk selain itu merupakan suatu yang dianggap tak penting, lalu kenapa sebagai laki-laki yang katanya wajib dituntut banyak aksi, kok juga masih suka bergosip atau ngerumpi layaknya ibu-ibu?
Sebaiknya, jangan katakan "Laki-laki haruslah gunakan otot untuk aksi nyata!," tetapi katakanlah "Laki-laki jangan menggosip!" Apalagi, banyak omong tersebut bertujuan untuk menghancurkan hidup dan menjatuhkan martabat individu tertentu. Laki-laki kok main belakang begitu?
Bagaimana menanggapi pernyataan di atas yang seperti itu? Apakah terima ketika seorang pria disamakan dengan kalangan perempuan yang memiliki kebiasaan sosial yang umumnya beda dengan kaum adam? Apatah mau dibilang sebagai cowok punya mulut kompor ataupun bermulut ember?
Percuma saja banyak aksi dan kerja nyata, kalau bibirnya masih tak terjaga. Gemar memfitnah, menyebarkan kabar belum pasti, dan banyak membicarakan individu lain demi mengintimidasi. Anehnya, hal itu kadang cuma disebabkan rasa iri dan minder di dalam hati akibat tak mampu menyaingi.
Tak perlu laki-laki yang harus banyak kerja nyata. Toh, ibu-ibu juga melakukan banyak aksi. Sebut saja meliputi memasak, bersih-bersih rumah, mengasuh anak, dan lainnya. Bahkan, sebagian mereka enggak gembar-gembor seperti lelaki bermulut licin berupa "Tak perlu banyak kata, yang penting aksi nyata."
Kalau kata-kata memanglah tak penting, mengapa tak berkomunikasi dengan bahasa isyarat saja? Kalau kata-kata tak dibutuhkan, kenapa makelar modal omong doang dapat uang? Intinya, meskipun hanya kata-kata, ketika berguna tetaplah hal yang berharga.
Tatkala dibilang kata-kata tak diperlukan, kenapa masih saja bergosip layaknya emak-emak kumpul bersama sesudah tuntas memasak? Di kala kata-kata disebut sebagai sebuah perbuatan gampang, lantas mengapa jadi pembicara di depan publik tidak bisa dikuasai oleh sembarang orang?
Banyak kok orang "jualan ludah" yang menghasilkan duit besar! Banyak kok orang yang hidupnya bermanfaat bagi masyarakat, hanya lewat kata-kata dan tulisan! Singkatnya, mereka menjadi manusia bermanfaat lewat karya tulisan dan ucapan lisan.
Jika bisanya cuma kerja fisik untuk unjuk diri di tengah masyarakat maka janganlah menjelekkan orang lain yang lebih pilih cara lain dalam aktualisasi diri. Gunakan otot ya otot saja, jangan sok pakai otak untuk menunjukkan diri. Cukup diam. Kecuali, saat ditanya ataupun menanggapi perintah.
Setiap insan punya peran masing-masing di tengah masyarakat. Tak usah memaksakan orang lain untuk menjalani hidup sesuai harapan sebagian pihak. Terpenting, tidak melanggar norma agama dan hukum. Itu sudah cukup.
Bagaimanapun, orang lain juga punya kehidupan sendiri serta memiliki privasi. Kenapa mesti menuntut orang lain yang juga memiliki hak berkreasi, berkarya, dan berinovasi dengan langkahnya sendiri? Oleh sebab itu, ajaklah secara baik-baik. Tanpa perlu memberikan ucapan sindiran.
(*)
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Aksi Nyata Begitu Saja Digembar-gemborkan, Banyak Orang yang Kerja Ekstra serta Lebih Bermanfaat Hasilnya yang Pilih Diam Tanpa Umbar"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*