Banjirembun.com - Saya itu orangnya berciri gampang terburu-buru, ketika terganggu serta-merta mudah hilang konsentrasi, kerap kebingungan alias linglung, sulit menang dalam ajang perlombaan, menghindari (lari) ketika terjadi konflik, dan gampang menyerah.
Selain hal negatif seperti di atas, satu lagi kebiasaan saya yang bisa dibilang bagus serta terbukti menghasilkan karya nyata, tetapi ketika itu disalahgunakan justru berdampak negatif. Yakni, punya kekuatan untuk selalu fokus dan bertahan dalam menyelesaikan tugas ataupun pekerjaan hingga tuntas.
Kalau sudah punya tekat dan yakin merasa mampu melampaui, walau harus mengorbankan banyak waktu, saya bisa menyelesaikan sebuah pekerjaan. Contohnya, dua judul buku karya saya merupakan hasil ketekunan dalam menulis. Bahkan, di tengah malam tetap mengetik di depan laptop.
Sayangnya, kekuatan fokus itu terkadang saya salahgunakan untuk semata-mata mengejar dunia. Nah, uniknya lagi, hampir semua hal yang saya sengaja ingin fokus pada sesuatu, tetapi mayoritas niatnya mengejar dunia dan menuruti ego di dada, pada akhirnya kandas di tengah jalan.
Sebaliknya, hal-hal lain yang saya lakukan dengan niat benar dan memakai cara halal tanpa menzalimi siapa pun, nyatanya ketika saya fokus padanya bakal berbuah hasil. Selain tuntas tepat waktu, mayoritasnya berkualitas dan berkuantitas mumpuni untuk diandalkan.
Contohnya sekarang, sudah hampir satu harian penuh ini saya mengurus syarat-syarat tertentu agar saya memenangkan ajang pertarungan dengan seseorang. Saya sudah meninggalkan berbagai agenda rutin sehari-hari yang ringan maupun yang lumayan penting.
Sayangnya, saya terlalu merasa percaya diri dan sangat bernafsu memenangkannya. Selain demi hadiah, tentulah juga supaya hati puas tatkala bisa menang. Lagi pula, menurut perkiraan saya, hal tersebut sangat gampang. Tinggal mengetik rangkaian kata sedikit, lalu disertai foto dan screenshot.
Nahas, dokumen yang saya perlukan baik di laptop, dunia maya (could storage, email, media sosial, Google Foto, dan lain-lain), flashdisk, HP, hingga simpanan fisik di sudut kamar ternyata tidak ditemukan. Entah, berceceran ke mana? Risikonya, saya bakal kehilangan kesempatan menang.
Atau, jangan-jangan dulu terlanjur saya hapus akibat penghematan daya simpan? Entah di mana. Seolah Tuhan tidak rida atau tidak berkehendak saya menggunakan dokumen-dokumen itu sebagai senjata menyerang. Lebih spesifik, Tuhan tak mengizinkan saya berhasil dalam misi ini.
Entah di mana saja berbagai file yang saya perlukan itu. Saya pikir, dulu sudah tersimpan rapi. Faktanya, baik di dunia nyata maupun maya, dokumen seolah raib. Singkatnya, itulah kecerobohan saya. Terlalu ambisi, tetapi tanpa mau sadar diri.
Tubuh saya seketika lunglai. Pikirin saya campur aduk. Sudah memfokuskan diri hampir satu hari penuh guna menyiapkan syarat-syarat serta telah kehilangan waktu berharga yang seharusnya untuk hal penting lain, ternyata seolah semua itu sia-sia.
 |
Ilustrasi sedang meratapi nasib akibat terlalu ambisi duniawi (sumber foto pixabay.com) |
Mungkin saja, secara kasat mata dan bukti nyata peristiwa di atas adalah bentuk kegagalan saya. Namun, dari segi kejiwaan dan spiritualitas, saya telah berjaya. Saya sudah menang melawan diri saya sendiri yang "jahat" lantaran berambisi duniawi dan bernafsu ingin berstatus telah memenangi.
Barangkali, Tuhan akan tersenyum ketika saya meletakkan ambisi dunia yang menggebu itu. Lantas, saya mesti menggantinya dengan niat suci. Disertai cara-cara mulia tanpa ada nista. Saya harus rida menempuhnya, meski dengan dokumen seadanya.
Terpenting sudah berusaha dengan jujur dan sungguh-sungguh. Itu kuncinya. Tanpa perlu khawatir menang atau kalah. Urusan bagaimana nanti tinggal tawakal pada Tuhan. Toh, jika saya kalah maka tidak bikin saya kehilangan sesuatu yang bikin saya menderita.
Andai disuruh memilih, lebih pilih kemenangan semu akibat niat salah dan cara kotor atau pilih memperoleh senyuman dari Tuhan? Tentu saya pilih Tuhan tersenyum pada saya.
(*)
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Semakin Saya Mengejar Dunia, Akhirnya yang Didapat Cuma Capek Badan dan Pikiran Tak Karuan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*