Banjirembun.com - Setiap individu punya masalah kehidupan. Masing-masing mereka telah melampauinya sehingga mampu bertahan hidup hingga sekarang. Meski, mungkin belum tuntas dan meninggalkan bekas trauma, nyatanya masih hidup bukan?
Sebagian lagi, memilih jalan mengakhiri hidup sendiri. Lantas, lainnya pakai cara kotor untuk menghadapi problem hidup. Merasa diri menjadi si paling tersakiti dan termenderita sehingga berkesimpulan berhak pakai cara-cara jahat untuk menyelesaikan sengkarut hidupnya.
Patut disyukuri, siapa saja yang membaca tulisan ini pastilah telah mampu bertahan atas musibah hidupnya. Setidaknya, sampai detik sekarang. Dari berbagai liku-liku kehidupan yang telah dilalui dan sanggup menghadapi, apakah masih ragu akhirnya di hari depan bakal tumbang?
Hal-hal yang tak menyenangkan dari masa kecil sampai kini merupakan sarana latihan mental menghadapi masalah kehidupan yang pasti terus selalu ada. Di saat ini pun, bakal menjadi sarana pengalaman berharga untuk dibawa dan dijadikan pelajaran bagi masa mendatang.
Hidup ini adalah tragedi. Itulah perkataan ekstrem dari kaum agnostik dan pesimistis. Sedangkan, pernyataan "Hidup adalah tempatnya musibah yang tak berkesudahan dan senantiasa silih berganti" merupakan suatu kalimat yang realistis. Sebab, faktanya memang begitu.
Tak pandang kaum kaya, terpandang alias populer, pintar, kuat perkasa, punya keterampilan khusus, hingga berparas menawan semua pasti diterpa musibah kehidupan. Bedanya, mereka mungkin memiliki kelebihan tertentu sehingga mudah pulih dan menuntaskan masalahnya.
Menangis, sakit hati, cemas, dan jengkel di atas kasur lusuh tentu tak senikmat ketika mengalami gangguan suasana hati yang sama, tetapi berada di atas dipan super empuk yang disirami sejuknya udara. Hal itu, masih satu faktor yaitu berupa tempat nyaman.
Belum kondisi tertentu lainnya yang berperan makin memberatkan atau sebaliknya meringankan masalah. Di mana, sebagai makhluk sosial tentu kita tidak bisa terus-menerus bertahan sendirian. Ada kalanya harus kerja sama, butuh bantuan, dan memberikan bentuk kepedulian.
Di antara pentingnya peran manusia lain dalam mengatasi masalah meliputi tingkat dukungan orang terdekat, rahasia privasinya terjamin atau enggak, ada ketakutan terintimidasi oleh seseorang di tempat tinggal atau tidak, menjadi beban bagi keluarga atau tidak, dan masih banyak lagi yang mempengaruhinya.
Senyampang, merasa masih kuat bertahan teruslah tegak berdiri. Sebaliknya, jika menganggap telah melampaui batas alias di luar kapasitas diri maka amat disarankan langkahkan kaki untuk pergi. Merantau dan tinggalkan segala kenangan buruk yang sudah melampaui kewajaran.
Tidak selamanya lari dari sumber masalah adalah perbuatan pecundang. Justru, dengan menjauhi masalah tersebut hakikatnya telah menghargai diri sendiri. Dengan cara menempatkan diri di lokasi tepat. Walau bakal tetap ada masalah nantinya, seenggaknya tingkat sadisnya bukan seperti sebelumnya.
(*)
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Sejauh ini Mampu Bertahan, Masihkah Ragu Bakal Tumbang?"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*