Bertahan dan Menunggu, Lalu Pergi
Oleh: A. Rifqi Amin
Pengecutkah aku?
Hanya bertahan dan menunggu
Setelah itu, tiba-tiba pergi
Demi menyelamatkan sisa puing hati
Pecundangkah diriku?
Cuma diam dan enggan memburu
Sesudah itu, serta-merta menepi
Dengan maksud menghindari
Duhai para kesatria tanpa senggang
Untuk siapa dirimu berjuang?
Wahai mental pemenang
Mengapa dirimu tak lenggang?
Cobalah sesekali menerima kalah
Tak perlu malu tersungkur
Nikmatilah rasanya terbuang
Enggak usah jijik didera apes nan terjatuh
Kita ini manusia biasa
Tiada sempurna
Boleh sesekali menyerah tanpa syarat
Bukan hal memalukan mencegah jiwa terluka sayat
Justru, kadang menjauh itulah kunci
Solusi bagi semua yang terjerat kerumitan
Malah, barangkali melangkah jauh jadi perbuatan suci
Agar sama-sama berakhir menyenangkan
Kabupaten Malang, 19 Februari 2025
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Puisi: Bertahan dan Menunggu, Lalu Pergi"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*