Banjirembun.com - Ada yang mengatakan gaya hidup seimbang itu penting agar tak diperbudak atau dieksploitasi orang lain. Akan tetapi, bagaimana cara menyeimbangkan pola hidup antara mementingkan urusan orang lain dengan menjaga privasi diri?
Jawabannya, mustahil bisa seimbang secara tepat dan rata, kecuali sesuatu itu merupakan yang dapat dihitung seperti porsi waktu dan anggaran uang. Itu pun, tidak bisa 100%. Masak mau mengatakan "Jika 8 jam bekerja maka sisihkan 8 jam untuk urusan lain?" Itu terlalu kaku.
Selain dari itu, pasti harus ada yang diutamakan. Paling tidak, digilir alias bergantian mana yang harus didahulukan pada satu momen khusus dan mana yang mesti dinomorsatukan pada kasus tertentu yang lain. Intinya, hidup seimbang merupakan perilaku yang terlalu memaksakan diri.
Alih-alih menyeimbangkan kepentingan orang lain dengan motif pribadi. Semestinya, niat dalam beraktivitas yang harus diluruskan. Buat apa waktu dan anggaran untuk hidup sehari-hari dipaksa seimbang, tetapi pikiran dan mental nyatanya tak selaras?
Misalnya, waktu antara kerja dengan durasi istirahat sudah diperhitungkan secara seimbang. Namun, nyatanya masih ada pekerja yang tetap pusing dengan urusan pekerjaan walau sudah di luar jam kerja. Boleh jadi tubuh sudah terlihat lepas dari beban kerja. Sayangnya, tidak dengan jiwanya.
 |
Ilustrasi sedang fokus menuntaskan proyek dari pelanggan atau konsumen (sumber foto pixabay.com) |
Parahnya, hal itu juga berakibat tergganggunya jatah porsi tidur di malam hari secara tuntas dan puas. Tentulah, itu akibat masih kepikiran urusan kerja saat sudah di rumah yang berujung terserang insomnia. Alhasil, menekuni hobi dan minat menyenangkan pun tak memungkinkan.
Buat apa bersantai fokus bersama keluarga dan teman kalau otaknya masih beraktivitas keras untuk hal lain? Justru, tambah semakin menyebabkan bertambahnya pening pikiran. Pendek kalimat, kala di rumah pun masih mengkhawatirkan urusan pekerjaan.
Lebih lanjut, tentunya untuk memikirkan sekaligus menjalani pola hidup sehat juga tak memungkinkan. Bukan hanya karena tak ada waktu. Melainkan, anggaran yang dimiliki terbatas serta kapasitas otak sudah tak mumpuni untuk diajak menjalani hidup sehat.
Ciri-ciri Telah Berhasil Menyelaraskan antara Menuntaskan Kepentingan Orang Lain dengan Urusan Pribadi
Kehidupan individu yang sudah berhasil menyelaraskan antara membantu keperluan orang lain (termasuk pula bekerja pada orang lain) dengan kepentingan urusan pribadi meliputi:
- Setelah menolong, bekerja, atau berperan aktif di ranah publik membuat kondisi jiwa menjadi puas. Bahkan, merasa ketagihan dan membutuhkannya untuk mengulangi lagi.
- Saat menekuni urusan pribadi maupun sedang fokus untuk membantu pihak lain keduanya sama-sama terhindar dari depresi, stres, marah, cemas, atau bentuk gangguan mental lain.
- Hubungan sosial dan kemasyarakatan secara umum terjalin dengan baik. Minimal tidak terjadi konflik. Jika kepedulian dan keterlibatan sosial tidak berlangsung wajar maka patut diduga ada masalah dengan urusan pribadi yang belum diselesaikan.
- Kualitas hidup secara fisik dan mental lebih meningkat.
- Memperoleh penghasilan uang yang mencukupi untuk memenuhi kepuasan pribadi sebelum memuaskan orang lain.
Cara Menyelaraskan Hidup Antara Kepentingan Sosial dengan Keperluan Pribadi
Berikut ini cara yang harus ditempuh dalam upaya menyelaraskan hidup:
- Sebisa mungkin menuntaskan urusan orang lain sesegera mungkin sebelum menggeluti kepentingan pribadi. Setidaknya, jika masih bisa ditunda maka dilarang membawa dan mencampuradukkannya dengan kegiatan pribadi.
- Lakukan secara cerdas, efektif, dan efisien setiap ada misi menyelesaikan urusan orang lain (termasuk saat bekerja digaji orang lain maupun pedagang yang melayani pembeli).
- Menentukan skala prioritas, mana yang mampu digarap dulu dengan mudah dan mana yang dibutuhkan lebih dahulu.
- Memiliki batasan tegas yang tak boleh dilanggar oleh diri sendiri maupun orang lain. Tatkala siapa saja melanggar sebaiknya diberi peringatan keras. Kalau tetap mengulang, barulah membuat keputusan krusial, semisal mengundurkan diri.
- Tidak ragu untuk menolak permintaan orang lain yang mengganggu suasana hati. Ketika tetap saja memaksa, berarti rasa penghargaan sudah tidak ada.
Itulah tips untuk mengaktualisasikan diri agar hidup lebih berkualitas. Semoga bermanfaat.
(*)
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Cara Menyelaraskan Antara Kegiatan Hidup untuk Orang Lain dengan Menjaga Privasi Diri"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*