Banjirembun.com - Ada sebuah ungkapan berbahasa jawa "Ojo gelem dadi gedibal" artinya jangan mau jadi gedibal. Ucapan tersebut, lebih cenderung memprovokasi ketimbang menasihati. Bahkan, mengandung suatu penghinaan.
Apalagi, kata gedibal itu sendiri merupakan perkataan yang tidak layak disandangkan kepada manusia. Masak memberi nasihat kok dengan cara merendahkan martabat manusia, dengan menyebutnya sebagai gedibal?
Kalau memang punya niat tulus dalam meluruskan langkah seseorang, mestinya kalimat yang disampaikan "Hati-hati, tak semua orang punya maksud baik pada kita, bisa jadi mendekati hanya ingin mengeksploitasi."
Gedibal adalah tanah lunak yang menempel pada telapak kaki ataupun alas kaki yang baru dipakai. Biasanya berupa lumpur basah maupun kotoran lain yang lengket. Tentu, termasuk kotoran hewan.
 |
Gedibal yang terlampau banyak (sumber foto pixabay.com) |
Lebih lanjut, kata tersebut secara maknawi mengalami pergeseran. Di mana, istilah gedibal diartikan sebagai bawahan, pembantu rumah tangga, pesuruh, kuli, atau semacamnya. Intinya, sebagai kaum rendahan yang gampang diinjak-injak oleh bangsawan.
Apa bedanya gedibal dengan jongos, babu, atau kacung?
Gedibal berkonotasi berupa justru individu itu sendiri yang menghinakan diri dan menjatuhkan harga dirinya. Tanpa diminta alias dengan sukarela, walau diupah berapa saja tetap mau disuruh-suruh. Masih saja terus tetap bertahan.
Persis seperti tanah atau kotoran yang melengket pada bawah telapak kaki. Walau tidak diharapkan dan kaki dikibas-kibas, nyatanya masih tetap menempel. Seolah, tak ada tempat lain yang lebih berharga.
Sedangkan istilah jongos, babu, atau kacung, meski juga kategori orang rendahan, ternyata memiliki nilai tawar yang lebih daripada gedibal. Mereka masih leluasa dan memungkinkan untuk mencari majikan baru tanpa perlu khawatir.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Arti Istilah Gedibal dalam Bahasa Jawa "
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*