Banjirembun.com - Hidup ini adalah pilihan. Di sisi lain, ada sebuah hukum kemutlakan sosial yang menyatakan bahwa segala sesuatu pasti mengalami perubahan. Nah, disadari atau enggak setiap pilihan yang diambil oleh masing-masing insan pasti mengakibatkan sebuah perubahan. Baik itu dalam lingkup kecil serta efeknya dirasakan sementara maupun dalam skala yang besar terutama dalam jangka lama. Hal itu, ada sangkut paut tentang konsep butterfly effect.
Memilih-milih sesuatu merupakan kebolehan yang menjadi hak bagi setiap insan. Di mana, siapa saja tak boleh berkomentar buruk atau mendekte, apalagi memaksa orang lain supaya sesuai kemauan si pengatur. Termasuk pula dalam urusan kebebasan memilih aplikasi atau paltform media sosial. Oleh sebab itu, enggak boleh merasa terintimidasi maupun menganggap diri ketinggalan zaman tatkala tak pernah membuka aplikasi media sosial tertentu.
Baca juga: Perjalanan Waktu: Dua Teori Modern Tentang Pergeseran Waktu (Butterfly Effect dan Mandela Effect)
Dalam berhubungan dengan sesama manusia hampir semuanya punya kecenderungan memilih-milih siapa yang dirasa cocok dijadikan teman. Terlebih lagi menyangkut penggunaan media sosial, tentu dituntut untuk semakin cerdas dalam menentukan aplikasi mana saja yang mampu berkontribusi positif bagi kehidupan. Setidaknya, pemakaiannya wajib untuk dibatasi karena hanya bertujuan untuk cari hiburan semata.
Lantas, sepenting apakah media sosial sehingga harus lebih selektif yang melebihi ketimbang pilih-pilih teman? Jawabannya, media sosial pada era digital ini memiliki efek pengaruh yang sangat kuat dan besar bagi kehidupan peradaban manusia. Bahkan, dalam sejumlah kasus tertentu dampak pengaruhnya jauh lebih besar daripada bergaul dengan teman di dunia nyata. Lebih detail, banyak orang yang tiba-tiba bersemangat atau sebaliknya bermalas-malas disebabkan media sosial.
Tidak Memakai Medsos Sama Sekali Merupakan Kesalahan Fatal
Sudah sejak zaman dahulu banyak dijumpai pernyataan "Internet bagaikan pisau bermata dua." Arti ungkapan tersebut yaitu ada dua sisi tajam dari internet yang dapat dimanfaatkan sehingga berefek positif, tetapi satunya lagi kalau tak disadari serta tanpa sanggup dikendalikan justru membahayakan. Dengan kata lain, kalau terjadi apa-apa yang negatif dilarang keras menyalahkan internet. Salahkan sendiri si pemakai yang tidak becus dalam menggunakan.
Selanjutnya, sekarang ini semestinya tak ada lagi sebutan orang kuper alias kurang pergaulan. Sebab, hanya dengan mengakses internet bikin individu dapat tetap bisa berkomunikasi dengan teman lama yang sudah jarang berjumpa secara langsung. Malahan, di media sosial seseorang mampu menambah teman untuk menjalin hubungan komunikasi sehari-hari. Intinya, media sosial merupakan teknologi penting yang semestinya dimiliki oleh kalangan yang ingin perjalanan hidupnya berkembang pesat.
Contoh aplikasi medsos meliputi YouTube, Twitter, Instagram, WhatsApp, Facebook, Telegram, Linkedin, dan masih banyak lagi. Selain sampah tak berguna atau malah membahayakan, di sana tentu pula ditemukan hal-hal yang sangat bermanfaat bagi pengembangan diri. Ironisnya, di dalam sana juga begitu mudah ditemukan konten pendidikan dan pelatihan praktis yang gaya penyampaiannya jauh lebih "mengena" ketimbang yang disampaikan oleh pendidik di lembaga kursus.
Misalnya, untuk memahami cara mengemudi mobil yang mahir sudah tak diperlukan lagi lembaga kursus mengemudi. Cukup dengan menonton video di YouTube amat memungkinkan sudah memperoleh ilmu berkualitas terkait cara menyetir mobil dengan benar. Tentulah, tidak cukup hanya menonton satu video serta satu konten kreator. Masih dibutuhkan menonton dari berbagai segi agar memperoleh kematangan. Oleh sebab itu, dilarang hanya puas apalagi sombong sesudah menonton satu video yang mind blowing.
Media Sosial Merubah Peradaban Secara Dramatis
Bagi kalangan yang lahir sebelum tahun 1990-an pasti merasakan adanya perubahan kebiasaan masyarakat. Kalau mau lebih jeli lagi, juga menyadari terdapat perubahan perilaku anak-anak kecil yang kelahirannya di atas tahun 2008. Di mana, sudah sejak dini mereka terbiasa menggunakan HP canggih dan laptop. Bukan cuma dipakai untuk main game. Lebih dari itu, mereka telah begitu lihai dalam menggunakan media sosial.
Sayangnya, pemakaian media sosial oleh bocil (bocah cilik) berumur di bawah 12 tahun barangkali tanpa kontrol orang tua. Akibatnya, cukup banyak ditemukan para anak kecil itu yang berulah di media sosial. Mulai dari cari perhatian dengan cara berkomentar serampangan di media sosial sampai ada yang membuat konten sendiri secara negatif. Boleh dikata, media sosial memberi kesempatan bagi siapa pun untuk beraktualisasi dan tampil di depan sesuai dengan keinginan.
Baca juga: Jangan Mau Dijerumuskan oleh Influencer di Medsos yang Mengatakan "Sekolah dan Kuliah itu Scam!"
Bukan cuma itu, media sosial juga dapat menjadi ajang jual beli online. Tempat untuk pamer kekayaan, jabatan, prestasi, dan lainnya melalui foto dan video. Menjadi wadah bagi siapa saja yang hendak mencari uang dengan langkah menjadi konten kreator. Lebih jauh lagi, media sosial telah mengakibatkan terjadinya pergeseran budaya dan norma. Tentunya, masih banyak lagi contoh perubahan yang terjadi akibat adanya aplikasi media sosial.
Dari sini dapat dipahami bahwa sebaiknya untuk bijak dan cerdas dalam memilih aplikasi media sosial. Fokus dan cukup berdayakan media sosial yang berperan positif bagi diri sendiri maupun keluarga. Tak perlu tergoda untuk ikut-ikutan memakai aplikasi media sosial lain yang justru meracuni, menyesatkan, dan bikin terlena. Awalnya saja terlihat menyenangkan, tetapi akhirnya berakibat negatif. Jadilah insan cerdas yang memikirkan serta menyiapkan kehidupan di masa depan pada hari tua.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Cerdas Memilih Media Sosial agar tak Menghancurkan Keluarga, Masyarakat, hingga Negara"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*