Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Wahai Buruh, Pekerja, dan Bawahan! Hidup Kalian Semenderita Apa Sih sehingga Ogah Kerja Serius dan Totalitas?

 Kota Malang - Hal mengerikan apa yang terjadi pada masa kecil dan remaja yang mengakibatkan saat dewasa seolah-olah tak mau lagi mengalami hidup menderita? Maunya hidup serba enak dan selalu gampang sehingga ketika bekerja jadi buruh, bawahan, atau karyawan dilakukan secara asal-asalan dan penuh hitung-hitungan (transaksional).

Baginya, terpenting sudah memenuhi standar minimal dalam bekerja membuat gugur kewajiban. Disesuaikan dengan bayaran yang diterima tanpa mau berkontribusi atau berbuat lebih sebagai wujud terima kasih dan balas budi terhadap majikan yang memberi pekerjaan.

Baca juga: 3 Alasan Naif Kenapa Orang Miskin Nyinyir atau Berkomentar Pedas Terhadap Orang Kaya

Semenderita apa sih hidup yang telah dilalui pada akhirnya bikin "balas dendam" seperti di atas? Hanya mau terima uang dari juragan, tetapi saat mendapat perintah tak dikerjakan secara serius dan totalitas. Apakah justru disebabkan kesalahan orang tua dalam mendidik?

Meski lahir dari keluarga tak berada alias kalangan menengah ke bawah, ternyata mendapatkan pola asuh yang memanjakan dan terlalu sering bikin senang anaknya. Bahkan, orang tua rela berhutang demi menggembirakan serta menuruti kemauan anaknya.

Ilustrasi buruh yang sedang bekerja (sumber pixabay.com)


Setelah waktu kecil dahulu hidup penuh keenakan, lantas di masa dewasa sekarang ini si anak berupaya berbuat baik dan berbalas budi kepada orang tua. Parahnya lagi, ternyata orang tua menekan dan memberi beban kepada anaknya untuk cari duit sebanyak-banyaknya agar bisa memberi "jatah" bulanan kepada orang tua secara cukup.

Hal berikutnya yang patut dipertanyakan ialah apakah dahulu kala pernah di-bully di sekolah? Apatah pernah mengalami kelaparan saat yang lain punya uang untuk beli jajan? Pernah uang saku sekolah dikasih sedikit oleh orang tua dan itupun hanya satu pekan sekali? Apa pernah enggak pakai CD saat sekolah karena tak diberi duit oleh orang tua?

Kok tega-teganya sekarang ini merasa paling terzalimi, paling merana hidupnya, paling menjadi korban, dan paling merasa dijadikan sapi perah oleh majikan. Sungguh pantas hidupnya tetap begitu-begitu saja lantaran cara pandang maupun pola pikirnya berupa ogah berjuang dan berkorban secara sungguh-sungguh.

Baca juga: Membuat Buruh Bangga

Orang kaya serta bisa mencapai kesuksesan bukan hanya butuh modal duit (baik modal uang dari hasil jerih payah sendiri, pinjaman, hibah, maupun warisan). Mereka masih perlu melalui proses berat. Bahkan, barangkali mengalami kegagalan berkali-kali jatuh bangun sebelum bisa mencapai level kemapanan finansial.

Tak perlu iri pada kesejahteraan orang lain. Sebab, boleh jadi individu yang kelihatannya bernasib enak sekarang ini saat masa kecil dulu hidupnya sudah penuh dengan latihan-latihan menghadapi getirnya kehidupan. Di saat anak-anak lain beli jajan semaunya, main game sepuasnya, dan bermain yang bikin lupa waktu ternyata dirinya tak seindah itu.

Introspeksi diri sebelum menyesal!





Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Wahai Buruh, Pekerja, dan Bawahan! Hidup Kalian Semenderita Apa Sih sehingga Ogah Kerja Serius dan Totalitas?"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*