Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Pengertian Serta Perbedaan Agnostik dan Ateis

 Kota Malang - Agnostik adalah individu yang meyakini, punya cara pandang, curiga, atau memutuskan untuk memahami bahwa absolutisme atau kebenaran mutlak baik berupa keyakinan terhadap hal ghaib maupun seputar keberadaan Tuhan dikatakan sebagai entitas yang tak dapat diketahui kepastiannya serta tidak bisa dibuktikan wujudnya.

Alhasil, orang yang sudah terpapar agnotisme amat ragu tentang bagaimana sejatinya wujud Tuhan. Baginya Tuhan bukanlah menjadi bagian dari sesuatu yang nyata sehingga sebaiknya enggak usah terlalu mendalami seperti apa hakikat Tuhan. Lebih detail, agnostik menyimpulkan bahwa ada maupun tak adanya Tuhan keduanya tak dapat dipastikan dan dibuktikan secara empiris.

Baca juga: Hati-hati Non Muslim Pembenci Islam Berkedok Ateis, Aslinya Penganut Agama yang Radikal

Jangankan untuk mencari bukti-bukti keberadaan Tuhan, bahkan sekadar mencari cara atau metode bagaimana langkah memahami hakikat Tuhan mustahil untuk dilakukan oleh manusia. Oleh sebab itu, kaum agnostik biasanya tidak begitu peduli Tuhan memang ada atau tidak.

Kendati demikian, bukan berarti ajaran agnostisisme menolak sepenuhnya seputar hal mistis (metafisika), spiritualitas, serta hal-hal berbau transendental. Artinya, agnostik sebenarnya masih mengakui keterbatasan dan kelemahan manusia dalam memahami alam semesta.

Barangkali kaum agnostisisme mau ikut serta mengapresiasi hal-hal lain yang dianggap "tabu" dan tak penting oleh komunitas ilmiah (ilmuwan) maupun hal-hal yang di luar "jangkauan" IPTEK. Namun, masih saja ogah peduli bahwa semua keajaiban yang sulit dijangkau otak manusia itu berasal dari Tuhan atau tidak.

Dengan kata lain, walau sebenarnya golongan agnostik turut pula meyakini bahwa entitas "Maha Super" yang bersifat di luar batas ilmu pengetahuan ialah sesuatu yang ada, nyatanya ogah menyebut atau menamai hal tersebut sebagai Tuhan. Agnostik lebih suka mendefiniskan hal itu sebagai fenomena yang belum bisa dijelaskan.

Singkat kalimat, keberadaan ataupun ketidakberadaan Tuhan keduanya sama-sama jadi asumsi alias hipotesis. Pihak yang menyatakan bentuk Tuhan itu ada ternyata tak dapat membuktikan. Sebaliknya, kalangan yang mengatakan Tuhan itu enggak ada juga gagal dalam menunjukkan landasan argumennya.

Adapun, pengertian dari ateis adalah individu yang secara tegas tanpa keraguan menyimpulkan bahwa Tuhan itu tidak ada. Boleh dibilang, ateisme ialah paham yang tidak mempercayai adanya Tuhan. Tentunya, juga tak mengimani tentang ajaran agama-agama. Menyatakan bahwa ajaran agama sebagai produk "hayalan" manusia.

Sayangnya, penganut ateisme dan agnostik mungkin saja bisa berpura-pura sebagai bagian dari umat beragama. Akan tetapi, di dalam isi hatinya enggak ada sama sekali mengimani keberadaan Tuhan. Hal itu salah satu alasannya karena selain mencari "selamat," patut diduga pula lantaran hendak merusak komunitas keagamaan dari dalam.

Perbedaan Agnostik dan Ateis

Sejauh ini, banyak umat manusia yang mengimani Tuhan merupakan entitas Yang Maha Causa Prima. Di mana, tidak ada entitas lain selain Tuhan yang mampu menjadi faktor utama atau penyebab pertama terkait adanya penciptaan alam semesta tanpa diawali oleh sesuatu benda dan kejadian apapun. Intinya, Tuhan disebut Yang Maha Awal.

Klaim di atas tentu dibantah oleh pendukung ateis. Mereka mencari dalih, penjelasan, atau asumsi yang tampak logis serta masuk akal baik melalui pendekatan filosofi yang terkesan intelek maupun nalar primitif demi mampu menyebarkan paham anti Tuhan itu kepada banyak kalangan. Segala cara ditempuh agar Tuhan hilang dari alam pikir manusia.

Mirisnya, kalau gelombang pengaruh agnostik berangkat dari mencari titik temu dan solusi untuk menjunjung rasa kemanusiaan serta perdamaian, ternyata gerakan ateis berawal dari gejolak sakit hati yang membara. Ada dendam dan trauma amat menyakitkan terkait agama yang membuat kaum ateis mengalami tragedi kehidupan.

Kaum ateis begitu marah pada Tuhan yang disebut telah bertindak kejam serta berbuat tidak adil. Mereka juga kecewa pada kalangan agamawan yang berkhianat pada kaum melarat. Selain itu, ajaran agama dianggap tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman. Agama dan keimanan kepada Tuhan dinyatakan sebagai racun yang berbahaya.

Ilustrasi bentuk kebebasan berpikir (sumber pixabay.com)


Ateis menganggap bahwa kepercayaan terhadap adanya Tuhan maupun ajaran agama telah menjadi penghalang kebebasan berpikir dan bertindak. Bagi kaum ateis keyakinan kepada Tuhan dan agama sudah memasung kreativitas, inovasi, dan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi. Pendek kata, manusia harus dibebaskan dari tahayul-tahayul yang membodohkan.

Hal berbeda dari ateis terjadi, agnostik hadir pertama kali bermaksud ingin mendamaikan kegelisahan insan yang bimbang dan terombang-ambing jiwanya. Penyebabnya lantaran sebagian manusia telah terhasut oleh propaganda gerakan ateisme. Di sisi lain, agnostik juga menolak mengajak manusia untuk mempercayai konsep wujud Tuhan yang disebarkan oleh umat beragama.

Baik teisme maupun ateisme keduanya ditolak oleh agnostik. Jalan tengah yang diambil oleh agnostik tersebut memiliki slogan "Tak peduli Tuhan itu ada atau tidak, terpenting umat manusia terus bisa melampaui keterbatasan dirinya dari masa ke masa." Buat apa fanatik pada teisme maupun ateisme kalau nyatanya merugikan kehidupan?

Ketika disimpulkan, alurnya yaitu berupa hadirnya teisme (kepercayaan pada Tuhan) yang telah ada ribuan tahun lalu kemudian muncul perlawanan terhadap paham teisme tersebut yang dinamakan ateisme (tak percaya adanya Tuhan) yang baru saja lahir "lagi" ratusan tahun yang lalu lantas baru-baru saja lahir "kembali" agnostisisme sebagai penengah.

Baca juga: Dulu Sempat Mayoritas, Kini Populasi Umat Protestan Anjlok Parah di Jerman

Selanjutnya, kalangan agnostik akan terheran-heran ketika ada perdebatan antara pendukung teisme dengan penganut ateisme. Sebab, teisme tidak mampu membuktikan secara nyata keberadaan Tuhan. Begitu pula, ateisme tak bisa menunjukkan bukti-bukti terkait klaim bahwa Tuhan itu tidak ada. Tunjukkan mana buktinya Tuhan itu tidak ada?

Sebagai penutup, barangkali kaum agnostik memang mengakui bahwa Tuhan itu ada. Namun, mereka menolak alias ogah mengakui sepenuhnya tentang gambaran seperti apa konsep atau gagasan (nama-nama dan sifat-sifat) Tuhan dari ajaran agama-agama. Bagi mereka, Tuhan merupakan entitas misterius yang tak seperti digambarkan dalam Kitab Suci.





Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Pengertian Serta Perbedaan Agnostik dan Ateis"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*