Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Pengertian, Persamaan, serta Perbedaan Ungkapan Bahasa Jawa Ora Sudik dan Ora Patheken

 Kota Malang - Sebenarnya, istilah penggunaan bahasa jawa berupa ora sudik dengan ora sudi (tanpa huruf k) memiliki arti yang sama yaitu tidak mau, enggak bersedia, atau tak butuh. Intinya, ungkapan tersebut ingin menunjukkan sebuah penolakan terhadap sesuatu secara mentah-mentah tanpa ada rasa ragu. Bahkan, hampir dipastikan setelah menolak di kemudian hari tanpa disertai rasa penyesalan maupun penasaran.

Hanya saja, lafal ora sudik (dengan penekanan memakai huruf k sebagai huruf non vokal alias huruf konsonan) terkesan lebih tegas dan cenderung lebih keras. Dengan itu, orang yang berkata "Ora sudik!" turut menunjukkan sebuah perlawanan atau lebih buruknya lagi bertujuan memberi penghinaan atas tawaran maupun iming-iming yang diajukan padanya.

Bentuk penolakan tersebut ada dua penyebab utamanya. Pertama, dikarenakan menilai sesuatu yang ditawarkan padanya sungguh tak pantas atau bisa pula dapat membikin hatinya tidak nyaman. Kedua, melihat siapa yang memberinya. Kalau yang memberi orang yang pernah bikin kecewa dan sakit hati, mau semenarik apapun tawaran yang diajukan tetap akan ditampik begitu saja.

Adapun, arti dari ungkapan ora patheken adalah tidak mempersoalkan sesuatu yang gagal dimiliki dan batal dinikmati maupun sesuatu yang bakal hilang atau diambil walau sebelumnya dimiliki maupun dikuasai. Individu yang berucap "Ora pateken!" hendak memperlihatkan sebuah kekuasaan, kehebatan, dan kesiapan menghadapi sesuatu yang mengancam dirinya. Jadi, tindakan seperti itu bukan termasuk dari kategori sifat sabar, tabah, ataupun tegar.

Ilustrasi orang jawa sedang aktivitas (sumber pixabay.com)


Makna sederhana dari istilah pathek adalah perilaku reflek dari tangan yang menggaruk-garuk bagian kepala yang nyatanya tidak sedang gatal. Perbuatan itu dilakukan lantaran tengah mengalami kondisi bingung, kaget, lupa, gugup, malu, atau semacamnya. Dengan itu, berharap orang yang melihatnya bersedia untuk memaafkan dan memaklumi atas perbuatan yang baru saja dilakukan.

Selanjutnya, kata pathek memiliki arti bebas kurang lebih "Bernasib tidak baik, enggak jelas statusnya, atau lontang-lantung." Akibatnya, seseorang mengalami kondisi patek secara mendadak dapat menjadikan dia ingah-ingih dan klejingan yang boleh disebut pula terserang rasa malu akibat ulahnya sendiri. Dengan kata lain, ora pateken juga diartikan tidak berada dalam kondisi bernasib buruk ataupun enggak berstatus nelangsa.

Ada pula yang menyamakan kata patek dengan penyebutan yang sering diucapkan oleh masyarakat jawa seperti "Ora patek genah" yang artinya tidak terlalu jelas. Alhasil, ketika kata pathek diberi imbuhan -en menjadi patheken dapat mempunyai arti sesuatu yang keterlaluan. Dengan demikian, ora pateken bisa diartikan sebagai tidak terdapat dampak atau efek yang "keterlaluan." Bahkan, tak ada pengaruh negatif yang mengganggu suasana hati. 

Pada kategori lebih ekstrim, lisan orang yang mengungkapkan secara lugas "Ora patheken!" justru menunjukkan ingin membuang serta "memuntahkan" sesuatu yang bakal diambil oleh orang lain. Misalnya ada seseorang yang mengancam "Kalau kamu berani melawan saya, akan saya keluarkan kamu dari tempat kerja saya ini!" Kemudian, dijawab "Ora patheken, tidak masalah aku keluar kerja dari sini!"

Persamaan antara ungkapan ora sudik dan ora patheken ialah keduanya sama-sama menunjukkan bentuk kemerdekaan diri baik dari segi kasat mata maupun di dalam hati. Artinya, semestinya ungkapan tersebut dilontarkan sungguh-sungguh ingin menunjukkan sebuah kekuatan yang besar dalam diri sehingga sanggup menghadapi ancaman. Bukan, semata-mata bersilat lidah guna menghibur diri terhadap gertakan dan ulah pamer (harta, prestasi, pencapaian, dan sejenisnya) dari orang lain.

Sedangkan, perbedaan ora sudi dan ora pateken yaitu di mana kata ora sudik ingin menekankan sebuah pertentangan secara mantap sebagai tanda kemandirian dan kebebasan dalam memutuskan jalan hidup. Berikutnya, istilah ora patheken lebih menekankan pada tidak mempermasalahkan atau enggak mau mengambil pusing atas risiko yang bakal diterima ketika sedang berhadapan dengan pihak yang memiliki kemampuan untuk merubah jalan hidupnya.

Sebagai penutup, ora patheken merupakan sikap yang bodoh amat, tanpa mau peduli, cuek, ogah menggubris, enggan mengurusi lebih jauh lagi, atau menghindari untuk meladeni. Boleh dibilang ungkapan tersebut memperlihatkan sebuah pendirian kuat guna mempertahankan prinsip hidup dan keteguhan dalam menggeluti minat pribadi. Dengan begitu, tidak mudah goyah dan terpengaruh oleh hasutan serta ancaman dari orang lain.





Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Pengertian, Persamaan, serta Perbedaan Ungkapan Bahasa Jawa Ora Sudik dan Ora Patheken"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*