Kota Malang - Juragan, majikan, atau atasan merupakan orang yang sangat berperan penting dalam urusan pekerjaan. Tentunya, juga sungguh berpengaruh dalam masalah mengatur nominal penggajian. Oleh sebab itu, sosok tersebut harus diurutkan pada nomor pertama sebagai pihak yang direncanakan untuk diberi balas budi atas jasa-jasanya.
Janganlah sekali-kali penuh hitung-hitungan alias transaksional, apalagi pelit kepada pemberi lapangan pekerjaan. Di mana, sikap seperti itu ditandai dengan perilaku yang punya prinsip "Sebagaimana aku enggak mau merugikan dan memperalat orang lain, begitu pula tentu aku ogah dirugikan atau dimanfaatkan oleh siapapun."
Baca juga: Para Pekerja, Siapkan Diri untuk Menghadapi Perkembangan Teknologi Kecerdasan Buatan atau AI
Semboyan berikutnya dari pekerja yang bermental anti untuk bersifat murah hati dan tak mau berlapang dada yaitu "Aku akan berbalas memberi seseorang yang berbuat baik padaku dengan jumlah tak melebihi yang sudah aku terima darinya." Bahkan, ada pekerja yang berujar "Ngapain kerja keras demi juragan, enaknya ke dia sedangkan rugi di aku."
Kaidah yang dipegang oleh pekerja di atas ialah "Bekerja dengan semudah-mudahnya, tetapi menuntut gaji setinggi-tingginya." Dengan demikian, yang ada di otaknya enggak lain cuma berupa ingin memanfaatkan tempat kerja sebagai ladang uang yang ironisnya tak ada rasa mencintai serta perhatian terhadap apa-apa yang ada di sana.
Berbuat Baiklah, Niscaya Balasan Kebaikan Bakal Hadir Kala Dibutuhkan
Membalas budi kepada juragan yang telah menggaji dengan cara berdedikasi melebihi kewajiban merupakan salah satu bentuk perbuatan baik. Batas minimal kebaikan yang wajib diupayakan adalah meski tak mampu memberi balasan melebihi dari gaji yang diterima, sebagai wujud berterima kasih tentulah setidaknya enggak merusak nama baik majikan maupun tempat kerja.
Ilustrasi pegawai yang antusias dalam bekerja (pixabay.com) |
Termasuk pula menghindari sifat malas-malasan, berbuat seenaknya, kerja asal-asalan, memperkeruh konflik antar sesama rekan kerja, maupun berperilaku tak sopan terhadap pelanggan (konsumen). Hal berikutnya bisa dengan langkah membiasakan disiplin, profesional, totalitas, dan berdedikasi tinggi yang hal itu lambat laun tercipta suatu kenikmatan dalam bekerja.
Alhasil, dalam jangka lama ketika semua hal di atas diterapkan secara istikamah membuat apa-apa yang telah diberikan kepada tempat kerja bakal melebihi bayaran yang diterima. Di mana, etos kerja tersebut sangat disukai oleh atasan maupun pemberi pekerjaan. Kalau sudah begitu, juragan akan sangat menyayangi sehingga takut tatkala ditinggal pergi.
Lebih dari itu, pekerja yang memiliki jejak rekam baik (dengan salah satu ciri di antaranya terampil, cekatan, serius, dan sanggup diandalkan kapan saja) akan mudah diterima di lokasi kerja mana pun. Amit-amit ketika tempat kerja lama bangkrut sehingga harus mengurangi banyak karyawan, hal tersebut tak akan menyebabkan kesulitan cari pekerjaan baru.
Selain itu, hindari untuk membenci terlebih lagi punya dendam kepada teman kerja ataupun majikan. Anggap saja segala kepedihan dan kesedihan yang diterima dari dunia kerja sebagai sarana pembelajaran diri. Justru dengan tekanan dan tempaan seperti itu idealnya membikin semakin gigih, tajam, dan tambah peduli pada pekerjaan.
Sebagai penutup, ingat betul sebuah kata moral yang menyatakan bahwa "Barangsiapa yang menanam dia akan memanen, siapa saja yang menuai angin akan mendapat badai, setiap perbuatan pasti mendapat balasan yang nilainya setara sebagaimana yang telah diperbuat, dan ingatlah hukum tabur tua."
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Para Pekerja, Berbalas Budilah kepada Juragan dengan Cara Berdedikasi Melebihi Kewajiban"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*