Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Kalau Tak Mau Jadi Jongos atau Babu di Negeri Sendiri, Lantas Apakah Mau Diganti oleh Imigran Gelap dan Non Pribumi untuk Mengisi Pekerjaan?

 Kota Malang - Imigran gelap adalah pendatang dari negara lain yang tinggal sementara di suatu negara untuk dijadikan tempat singgah sebelum menuju negara akhir maupun orang luar negeri yang sengaja menduduki suatu negara secara tidak sah untuk menetap dengan sembunyi-sembunyi dalam jangka panjang sehingga akhirnya suatu saat berharap diakui sebagai warga negara resmi.

Non pribumi adalah warga negara lain yang berstatus sebagai penduduk tidak tetap secara legal dengan izin tinggal untuk bekerja, berwisata, belajar di lembaga pendidikan, ataupun kunjungan kenegaraan. Dengan kata lain, seseorang dikatakan sebagai non pribumi ketika dia enggak memiliki identitas atau KTP kewarganegaraan Indonesia yang nyatanya tinggal cukup lama di Indonesia.

Baca juga: 7 Alasan Karyawan di Tempat Bisnis Memiliki Mental Jongos atau Babu, Dua Diantaranya Merasa Gaji Kurang dan Punya Sifat Rakus

Selanjutnya, di era globalisasi seperti sekarang ini meningkatnya laju perjalanan antar negara merupakan kepastian yang tak boleh diingkari. Bukan cuma lantaran adanya transportasi yang memadai, tetapi pula diakibatkan oleh akses komunikasi secara online yang mudah. Bahkan, kendati tak bisa bahasa asing sekalipun dapat dibantu dengan aplikasi penerjemah yang semakin hari bertambah canggih.

Dampaknya, juragan yang memiliki wawasan serta pengetahuan global dapat begitu gampang mencari pengganti seorang pekerja lokal dengan pekerja yang berasal dari luar negeri maupun warga negara lain yang tinggal cukup lama di Indonesia. Keputusan majikan tersebut disebabkan tak hanya karena kemampuan atau kecerdasan para pekerja asing yang lebih unggul. Akan tetapi juga mereka memiliki karakter atau akhlak yang baik.

Bayangkan saja, di kala pekerja dalam negeri merasa dibutuhkan oleh pemberi kerja yang mengakibatkan dalam bekerja semaunya atau seenaknya sendiri. Lebih dari itu, para pekerja bermental jongos atau babu itu menjadi pribadi yang sombong. Menganggap diri layak untuk dibayar mahal. Padahal, nyatanya sangat mungkin majikan memberi kerja lantaran faktor kasihan dan ingin membantu sesama.

Ciri Pekerja Bermental Jongos atau Babu yaitu Saat Tak Ada Pesaing Bekerja Penuh Congkak, tetapi Ketika Daya Saing Ketat Langsung Melas-melas dan Mengemis-ngemis

Tulisan ini tak ada maksud menghina atau merendahkan pekerjaan sebagai babu atau jongos. Di mana, maksud jongos dan babu di sini adalah hendak menekankan pada mentalitas pekerja yang ingin bekerja layaknya babu atau jongos sehingga pekerjaan yang dilakukannya tak banyak memakai akal pikiran maupun mengganggu kejiwaan yang ternyata berharap memperoleh gaji besar melebihi babu dan jongos yang sebenarnya.

Pekerja dengan mental jongos atau babu di atas merupakan manusia yang tidak tahu diri. Berharap dalam bekerja tak mau mendapat tekanan psikologis dan ogah pusing memikirkan urusan kerja, tetapi meminta bayaran selangit. Bukan cuma itu, pekerja seperti itu juga memiliki perasaan tinggi hati sembari membatin "Kalau tak mau memperkerjakan aku ya sudah, masih banyak kok orang yang butuh aku untuk jadi pekerjanya."

Ilustrasi pekerja asing di pabrik (sumber pixabay.com)


Nah, tatkala ada pekerja asing yang berstatus imigran gelap maupun non pribumi yang mempunyai izin tinggal legal diimbuhi banyak generasi muda yang baru lulus sekolah berlomba-lomba cari pekerjaan tentunya menimbulkan daya saing ketat yang menyebabkan jongos atau babu itu kalang kabut. Alhasil, dulu begitu percaya diri menolak dan memilih-milih jenis pekerjaan nyatanya sekarang sangat sulit untuk mendapatkan kerja sesuai idaman.

Mirisnya, saking sulit mencari pekerjaan yang enak dan nyaman serta di sisi lain menolak bekerja keras penuh pengorbanan maupun perjuangan akhirnya membuat jongos atau babu itu pilih mengemis-ngemis. Baik mengemis dalam arti sebenarnya dengan cara mencari belas kasihan di media sosial agar mendapatkan bantuan tertentu. Bisa berupa harapan diberi lapangan pekerjaan, mau membeli barang yang dijual, ataupun minta transferan duit.

Baca juga: Enggak Apa-apa Saat Muda Begini Bekerja Bagai Jongos, Babu, atau Kacung daripada di Masa Tua Nanti Merasa Diri Merdeka Ternyata Sejatinya Budak

Jongos atau babu di atas sangat malu alias gengsi untuk meminta-minta pekerjaan di dunia nyata. Jangankan berharap bantuan pada kerabat dan teman, memohon-mohon pada calon majikan yang membuka lowongan kerja pun bakal dihindari. Sebab, dulu karakternya memang tampak sekali begitu congkak. Menganggap dirinya orang yang penting dan dibutuhkan oleh para pencari buruh untuk diperkerjakan.

Sebagai penutup, janganlah menjadi pribadi yang angkuh. Merasa harga dirinya harus dijunjung setinggi langit oleh orang sekitar. Kenapa tak boleh sombong? Alasannya, musibah atau bencana pasti akan menimpa setiap insan. Di waktu itulah setiap orang butuh dengan sesama. Sebaliknya, saat mau menjadi sosok yang rendah hati di mana pun bakal mudah untuk menempatkan diri serta gampang diterima oleh banyak orang karena akan banyak yang bersimpati dan berempati.





Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Kalau Tak Mau Jadi Jongos atau Babu di Negeri Sendiri, Lantas Apakah Mau Diganti oleh Imigran Gelap dan Non Pribumi untuk Mengisi Pekerjaan?"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*