Kota Malang - Kasus seorang anak yang diabaikan, ditelantarkan, dianiaya, dizalimi, atau yang "dibuang" oleh orang tua merupakan suatu kejadian yang tak boleh disebut sedikit jumlahnya. Mungkin bagi individu yang punya orang tua normal bakal menyangkal kenyataan tersebut. Apalagi, bagi pihak yang memiliki orang tua teramat sayang padanya.
Faktanya, di luaran sana cukup banyak anak yang ditinggal pergi oleh orang tua kandung. Baik karena telah meninggal dunia, ditinggal kerja jauh ke luar kota maupun luar negeri, akibat broken home, salah satu atau kedua orang tua menikah lagi, hingga walau masih satu rumah pun nyatanya pilih kasih pada anaknya.
Baca juga: Ciri-ciri Orang Tua Durhaka pada Anak
Lebih lanjut, bentuk ketidakpedulian orang tua pada anak selain berupa tak mencukupi nafkah harta, ternyata mereka juga tak begitu mencurahkan kasih sayang pada anaknya tersebut. Masih mending tatkala orang tua pergi jauh untuk cari uang demi bisa memenuhi kebutuhan anak dan kerabatnya di kampung, malahan ada yang menghilang tanpa kabar sama sekali.
Memang harus diakui, terkadang tujuan orang tua pergi jauh ke luar kota ataupun mendidik anak secara keras sehingga terkesan "menzalimi" barangkali punya niat baik. Di mana, salah satu alasannya yaitu orang tua tidak ingin anaknya menderita akibat sering kelaparan dan hidup susah sebagaimana yang dulu pernah orang tua alami semasa kecil.
Status Yatim Piatu dan Memiliki Orang Tua Tak Begitu Perhatian Dapat Dijadikan Motivasi untuk Merubah Diri
Perlu disadari dahulu, tergolong banyak anak yang mengalami hidup "menderita" dan "tersesat arah" gara-gara pola asuh orang tua yang salah. Dalam artian, meski orang tua sangat menyayangi anaknya di masa kecil ternyata perbuatan penuh kasih itu justru menjerumuskan anaknya pada kesulitan bertubi-tubi. Bahkan, ada orang tua yang menjadikan anaknya sebagai alat investasi di masa tua.
Beberapa orang tua memberi uang saku sekolah secara "berlebih" ataupun memanjakan anaknya semasa kecil punya tujuan agar kelak saat dewasa si anak mau berbalas budi dengan balik berbakti pada orang tua. Lebih detail, setelah lulus sekolah anaknya "dibisikin" dan didorong untuk rajin bekerja cari duit dengan harapan si anak dapat dijadikan sumber penghasilan rutin setiap bulan.
Seorang anak (sumber pixabay.com) |
Nah, bagaimana nyatanya ketika individu mempunyai orang tua yang "membuang" anaknya atau lebih parah lagi sedari kecil berstatus yatim piatu? Tentulah anak tidak ada perasaan terbebani untuk mengimbangi dan menuruti semua keinginan orang tua. Kalau pun minggat dari kampung halaman tanpa kabar lantas tak peduli kerabat, enggak bakal mendapat status sebagai anak durhaka.
Bayangkan, seseorang yang berbakat sekaligus ada minat yang sudah teruji serta terbukti nyata lantas "dipasung" alias dikekang oleh orang tua dengan langkah memerintah anaknya dengan semena-mena. Artinya, anak tidak punya kebebasan untuk memilih maupun memutuskan jalan hidupnya. Betapa terkekang hidup dijalani sampai menunggu orang tua mati.
Sebaliknya, bagi anak yang tak memiliki figur orang tua yang ideal dalam hidupnya bakal merdeka untuk menempuh masa depan. Enggak ada rasa bersalah di kala meninggalkan orang tua dengan cara merantau pergi jauh. Tidak pula ada perasaan telah berdosa tatkala tak menuruti semua keinginan dan perintah dari orang tua.
Lagian, segala perjuangan dan pengorbanan yang diupayakan merupakan wujud jerih payah pribadi. Tanpa bantuan dari keluarga termasuk orang tua kandung. Tentulah, sebelum benar-benar hidup mapan atau sukses, untuk sementara enggak ada beban pikiran menyenangkan orang tua. Fokus dulu pada pengembangan diri dan kemapanan finansial.
Baca juga: Ibu Meninggal Tetap Disebut Yatim, Bukan Piatu
Percuma saja berbakti pada orang tua yang "jahat" dan berbuat baik pada kerabat yang toxic kalau kondisi ekonomi sendiri masih terpuruk. Berpeluang tetap diinjak-diinjak dan diabaikan. Mereka akan mau menghargai dan punya rasa "terima kasih" tatkala diberi uang dalam nominal besar maupun dikasih oleh-oleh sesuatu yang bernilai mewah.
Oleh sebab itu, jadikan keadaan merana akibat diasuh oleh orang tua zalim maupun berstatus sebagai yatim piatu untuk penyemangat meraih hidup sukses. Jangan mau terus-terusan pasrah atau terima nasib menjalani hidup di kubangan air kotor. Keluar dan bersihkan diri lalu cari tempat lain yang mampu menjanjikan kebahagiaan di masa depan!
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Anak yang "Dibuang" oleh Orang Tua Maupun Berstatus Yatim Piatu Dapat Berubah Jadi Kekuatan Mematikan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*