Kota Malang - Pada zaman dahulu, salah satu hal yang paling ditakutkan oleh pemilik usaha yang mempunyai jumlah karyawan lebih dari 3 orang ialah terjadi pemboikotan, mogok massal, atau pun resign secara ramai-ramai. Mereka sangat kompak dalam memberikan peringatan, perlawanan, hingga intimidasi pada juragan dengan langkah bertindak semau sendiri sehingga mengancam kelancaran dan keberlanjutan bisnis.
Karyawan yang mendadak berbondong-bondong mengundurkan diri tentulah sangat mengganggu bagi pemilik usaha. Padahal, diharapkan para pekerja itu mau kompak bahu membahu untuk bekerja secara efektif dan efisien sehingga sama-sama untung. Di mana, majikan mendapatkan penghasilan besar serta di sisi lain buruh juga mendapat bonus maupun kenaikan upah.
Baca juga: 7 Bentuk Pekerjaan "Coba-coba" Andalan Anak Muda yang Sedang Mencari Jati Diri
Nyatanya, terjadi persekongkolan antar pegawai dalam upaya menyuarakan kenaikan gaji. Meski tuntutan tersebut sebenarnya enggak rasional, nahasnya sebagian besar karyawan termakan hasutan alias provokasi. Selain itu, tujuan mogok massal memang hendak menjatuhkan bisnis juragan lantaran punya rasa iri atau dengki.
Guna menghadapi potensi hambatan seperti di atas, para pemilik usaha sudah mampu mensiasatinya. Bahkan, kurang dari waktu 24 jam dengan gampang sanggup mendapatkan pengganti para karyawan yang resign serempak. Alhasil, upaya untuk menjatuhkan mental juragan berujung gagal. Ironisnya, karyawan yang terhasut akhirnya menyesal lantaran ikut-ikutan keluar dari pekerjaan.
Perlu diketahui, cara yang dilakukan oleh pebisnis untuk menjamin ketersediaan pekerja ialah dengan langkah terus-menerus melakukan perekrutan calon karyawan. Walau kuota pekerja sudah terpenuhi, pemilik usaha akan mengantongi profil calon karyawan yang pantas untuk diterima kerja karena sebelumnya sudah diwawancarai sehingga calon karyawan benar-benar layak dipekerjakan.
Metode lainnya, para pengusaha sudah menjalin kerja sama dengan agen resmi penyalur kerja. Tentunya agen tersebut memberi jaminan kepada klien pemilik bisnis bahwa calon pekerja di bawah naungannya sudah pernah dilatih. Malahan, justru telah berpengalaman di bidang yang dibutuhkan. Misalnya untuk menjaga apotek, menunggu toko, sampai menjadi pelayan di rumah makan.
Karakter pengusaha seperti di atas memiliki sifat raja tega dan tak mau ambil pusing. Mau kehilangan serta ditinggalkan seberapa banyak pekerja pun, tetap akan ada cara untuk mencari penggantinya. Baginya, pekerja merupakan alat utama mengeruk sumber duit. Saat tak menguntungkan lagi bakal mencari penggantinya.
Fenomena di atas dapat disebut sebagai sebuah tragedi. Alasannya, hidup sebagai pekerja harus dihadapkan pada dua pilihan. Pertama, terus berlanjut menjadi pekerja dengan berbagai risiko yang dihadapi atau kedua memutuskan untuk melanggar aturan dengan risiko bakal terancam kehilangan pekerjaan. Termasuk tentunya sengaja tidak masuk kerja selama berhari-hari tanpa ada kabar atau izin.
Seharusnya karyawan juga berpikir untuk introspeksi diri. Kenapa tiba-tiba juragan sikap maupun tutur katanya berubah, memberi aturan baru yang memberatkan, dan tak lagi royal pada bawahannya? Amat dimungkinkan hal tersebut diterapkan bertujuan agar para pekerja tidak betah. Apalagi, sebetulnya pemilik usaha sudah menyiapkan calon pengganti. Dengan kata lain, juragan sengaja menendang secara halus!
Baca juga: Gaji Kecil Pekerjaan Berat, Bukannya Berjuang Keras Malah Mengurusi Hidup Orang Lain dalam Arti Negatif
Selanjutnya, pekerja hanya menuntut pengusaha, tetapi kemampuan dan loyalitas justru semakin pudar. Etos kerja yang diterapkan tidak lagi totalitas. Sedangkan, di sisi lain para peminat pekerjaan di luaran sana mengirimkan lamaran pekerjaan begitu antusias dan sangat deras. Akhirnya, seleksi alam antara kalangan kaum pekerja pun terjadi. Karyawan yang paling menguntungkan akan tetap dipertahankan.
Bekerjalah sesuai dengan perjanjian awal sebelum memutuskan mengabdikan diri kepada juragan. Jika memang enggak mau bekerja menuruti kemauan orang lain maka sebaiknya jadilah bos yang bisa menyuruh-nyuruh bawahan atau setidaknya jadilah pekerja mandiri seperti pedagang tanpa karyawan!
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Peringatan untuk Karyawan, Mogok Massal dan Resign Ramai-ramai Tak Lagi Ditakuti oleh Juragan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*