Kota Malang - Ada sebuah ungkapan "Menempuh pendidikan formal ibarat kata seperti membeli tanah kosong, mungkin saja saat baru beli tak dapat dimanfaatkan karena alasan tertentu, tetapi di masa depan akan sanggup diandalkan ketika situasi benar-benar sulit." Oleh sebab itu, sebagian orang rela berkorban dan berjuang agar bisa membeli tanah kosong sebab meyakini tentang keberkahannya tersebut.
Bagi sebagian pihak, bersekolah maupun berkuliah mungkin saja terlihat tak berguna. Tampak buang-buang waktu, butuh biaya, membebani pikiran, dan tak bermakna sama sekali. Mirisnya, kalaupun mau masuk sekolah atau kuliah nyatanya dilakukan secara asal-asalan. Enggan belajar dengan sungguh-sungguh alias serius supaya mampu meningkatkan kemampuan diri.
Baca juga: Teman Sekolah dan Kuliah di Masa Lalu Biarlah Berlalu, Saatnya Membuka Lembaran Baru
Memang harus diakui bahwa dalam upaya pengembangan diri enggak harus melalui proses pendidikan di lembaga resmi. Namun, sejauh ini untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) dalam lingkup massal peran institusi pendidikan formal masih sangat penting. Setidaknya dengan sekolah dan kuliah dapat merubah cara pandang hidup masyarakat besar tersebut.
Orang yang melalui proses pendidikan (baik itu pendidikan formal, nonformal, maupun informal) secara benar ketika menghadapi masalah dan musibah kehidupan akan lebih tahan banting. Dia bakal terbiasa untuk terus-menerus melakukan proses pembelajaran sepanjang hayat di kandung badan. Sebab, baginya belajar bukan semata-mata di bangku ruangan kelas.
Hitung-hitungan atau Perbandingan Nasib Hidup antara Masyarakat Berpendidikan dengan Tak Berpendidikan di Indonesia
Namanya juga masyarakat ber-SDM rendah yang salah satu cirinya yaitu langsung main pukul rata karena terlalu gegabah dalam menyimpulkan. Seketika mencari pembenaran diri dengan menunjukkan bukti-bukti "lemah" yang padahal data yang diajukan itu tak mewakili kelompok besar. Begitu pula, cerdik berpura-pura menutupi penyesalan diri akibat ogah bersekolah maupun berkuliah secara totalitas di masa lalunya.
Dari sekitar 278 juta penduduk Indonesia di Agustus 2024 ini diasumsikan usia dewasa produktif berada pada kisaran 180-an juta jiwa. Pertanyaannya ialah jumlah sebesar itu berapa persen warga Indonesia yang hidupnya jauh lebih baik atau pun berpotensi hidup bahagia di masa depan sesudah menempuh pendidikan formal seperti sekolah dan kuliah? Jawabannya, banyak.
Selanjutnya, berapa persentase dari usia produktif di atas yang tidak berijazah punya nasib sukses dan prospek ke depan yang amat cerah? Jawabannya, sedikit! Silakan buktikan sendiri di daerah atau komunitas lain. Jangan terpaku melihat orang-orang di satu lingkup keluarga besar, satu kampung, atau teman satu lulusan di lembaga pendidikan. Bandingkan dulu di lokasi lain yang lebih luas! Jangan seperti katak dalam tempurung!
Pendidikan (baik formal, nonformal, maupun informal) yang ditempuh dengan tepat sanggup membuka peluang kehidupan bahagia di masa depan. Bukan sekadar urusan materi (kekayaan harta dan jabatan), tetapi turut pula berkontribusi dalam menstabilkan kejiwaan ketika ditimpa permasalahan kehidupan. Mental bakal mudah untuk terkendali dalam situasi buruk.
Dengan maksud lain, ketika niat atau tujuan sekolah dan kuliah hanya difungsikan untuk mendapatkan kekayaan dan memperoleh posisi "elit" di tengah-tengah masyarakat sesungguhnya hal itu merupakan kesalahan besar. Alasannya, menekuni pendidikan jauh lebih bermanfaat bagi kesejahteraan mental ketimbang digunakan cuma ingin gampang mencari duit.
Baca juga: Dulu Bangga Diri karena Tak Lulus Sekolah dan Tidak Kuliah pun Bisa Cari Duit, Sekarang Menangis Berdarah-darah
Lebih lanjut, warisan berupa ilmu pengetahuan yang didapat dari proses pendidikan (formal, nonformal, dan informal) akan jauh lebih berharga daripada peninggalan berupa harta benda. Malahan, hal tersebut merupakan warisan yang akan bermanfaat sampai kapan pun. Di mana, saat warisan harta habis lantaran bangkrut mampu bangkit kembali tanpa perlu mengambil jeda terlalu lama.
Itulah sebabnya, kenapa pilih-pilih lembaga sekolah serta pilih-pilih kampus juga penting sekali. Bukan untuk adu gengsi hendak melakukan proses pembelajaran di lembaga favorit. Melainkan mau memastikan bahwa tempat belajar, berlatih, mencari pengalaman, dan mengembangkan diri itu mampu memberikan kesempurnaan. Lagi pula, pergaulan teman sekolah atau kuliah juga sangat berpengaruh bagi perilaku.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Pentingnya Sekolah dan Kuliah untuk Menggapai Kehidupan Bahagia di Masa Depan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*