Kota Malang - Hindari untuk bersikap lugu, polos, atau naif saat menemukan orang di media sosial yang begitu aktif serta rajin memberi "sesuatu." Baik itu berbagi dalam wujud ilmu pengetahuan, tips, tutorial, informasi, hadiah, hingga memberi kupon potongan harga. Camkan ini baik-baik! Mereka mau melakukan itu bukan semata-mata tulus atau ikhlas berbagi pada khalayak umum.
Malahan, barangkali 100% niatnya memang cuma untuk kepentingan diri sendiri. Di mana, mereka enggak akan mau berbagi apapun pada pengguna media sosial ketika kepentingan pribadi tersebut tak tercapai. Salah satu hal pokok yang ingin diperoleh influencer medsos yaitu mendapatkan keuntungan finansial dari aktivitas dan giatnya di dunia maya.
Baca juga: Pentingnya Sekolah dan Kuliah untuk Menggapai Kehidupan Bahagia di Masa Depan
Perlu disadari, selain "upah" yang diterima dari penghasilan iklan alias sponsor yang ditayangkan oleh pengelola medsos (YouTube, Facebook, dan lain-lain) para influencer turut pula berpeluang meraih pundi-pundi uang dari jalur lain berupa kerja sama langsung dengan pebisnis. Di antara hubungan saling membantu tersebut yang paling populer ialah mekanisme endorse.
Lebih dari itu, demi memperoleh popularitas dan didukung oleh banyak orang, tak menutup kemungkinan mereka bakal menghilangkan moralitas. Bukan mendidik dan mengarahkan para pengikutnya, justru yang ada menyenangkan serta menjerumuskan mereka. Terpenting influencer dapat untung duit dari kegiatan membodoh-bodohi atau menyesatkan masyarakat.
|
Ilustrasi ilusi yang menyesatkan dari influencer (sumber gambar Pixabay.com) |
Demi menghimpun perhatian publik, sebagian influencer ceroboh mengatakan "Sekolah dan kuliah adalah scam!" Maksudnya, menempuh pembelajaran formal merupakan bentuk penipuan dari lembaga pendidikan. Ungkapan tersebut tentu jauh lebih sadis ketimbang istilah "Kapitalisme pendidikan" yang pernah didengungkan sekitar 15 tahun lalu.
Sekolah dan kuliah disebut tindakan sia-sia yang hanya buang-buang waktu serta biaya. Kalaupun otaknya digunakan untuk berpikir, dianggap bakal tak ada artinya bagi masa depan. Dengan kata lain, menurut influencer itu daripada bersekolah dan berkuliah lebih baik diganti dengan belajar mandiri secara otodidak. Dengan dalih supaya lebih fokus dalam menuju target yang diinginkan.
Menurutnya lebih baik langsung mendalami ke tujuan inti. Yakni, belajar memperkaya diri dengan langkah mencari duit secara instan! Nah, setelah ditelusuri ternyata ujung-ujungnya mereka dagang produk dan jasa. Setidaknya, mereka menjadi makelar yang menjual produk milik perusahaan tertentu. Salah satu yang paling terkenal adalah mempromosikan investasi crypto. Kalau tidak begitu, jualan seminar di kelas khusus tentang bisnis.
Baca juga: Dulu Bangga Diri karena Tak Lulus Sekolah dan Tidak Kuliah pun Bisa Cari Duit, Sekarang Menangis Berdarah-darah
Jangan menelan mentah-mentah semua yang ada di media sosial. Baik itu berupa motivasi, arahan tentang menjalani hidup, filosofi kehidupan, hingga fenomena sosial pada umumnya. Akibatnya, tatkala terlanjur gegabah mengikuti dan percaya begitu saja terhadap apa-apa yang sudah dijelaskan di media sosial ternyata sesudah diterapkan sendiri ujungnya gagal total serta justru membawa malapetaka.
Sebagai penutup, untuk memperoleh "pengalaman kehidupan" terkadang kita tidak harus mengalami dan mempraktikkan sendiri. Cukup melihat pengalaman pahit, sedih, dan kecewa dari orang lain semestinya dapat menjadikan kita waspada untuk tidak mengulangi hal yang sama yang telah menimpa manusia lain. Misal, jika sudah tahu ada orang lain kena tipu di bidang tertentu maka masih penasarankah untuk mengikuti jejaknya?
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Jangan Mau Dijerumuskan oleh Influencer di Medsos yang Mengatakan "Sekolah dan Kuliah itu Scam!""
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*