Kota Malang - Salah satu ciri orang ber-SDM rendah ialah tidak menyadari dirinya salah, lemah, dan memiliki keterbatasan. Bukan aktif membenahi diri, justru mencari alasan sekaligus pembenaran sebagai cara bersilat lidah. Parahnya, menutupi kekurangan diri dengan langkah mencari kesalahan alias mengkambinghitamkan pihak lain. Dia yang berotak "jongkok," tetapi orang lain yang disalahkan.
Lebih lanjut, ketika disuguhkan fakta yang "menyakitkan" sebagai alat bukti dalam mengkritik terhadapnya bukan introspeksi diri malah langsung tersinggung serta marah. Curiga dan buruk sangka duluan saat ada yang memberi masukan, nasihat, atau saran. Ia menganggap dirinya paling berhak menang, benar, unggul, dan harus diistimewakan. Itulah ciri dari kaum SDM rendah.
Baca juga: Kepribadian Individu Ber-SDM Rendah Bisa Menyasar Siapa Saja, Termasuk Guru dan Dosen yang Berpendidikan Tinggi
Alih-alih mempelajari dulu setiap informasi yang diterima lantas memverifikasinya, yang ada hanya mau mendengarkan apa-apa yang disenangi dan yang sesuai dengan fanatismenya. Akibatnya, ia sangat mudah diprovokasi dan diadu domba. Terutama ketika kabar yang diterimanya itu bisa mendukung prasangka jelek yang selama ini telah diyakini.
|
Orang yang mengaca di depan cermin (sumber Pixabay.com) |
Boleh dikatakan, tipe manusia seperti di atas merupakan kalangan yang tak sadar diri dan tak tahu diri. Sebenarnya kondisinya miskin dan punya tanggungan hutang. Namun, dalam hatinya sangat malu ketika keadaan finansialnya itu diketahui orang lain. Begitu pula, sebenarnya dia amatlah bodoh. Akan tetapi, untuk menutupinya dia bertindak sulit diatur atau ditata. Tak mau berdisiplin.
Menilai bahwa individu yang punya sikap tegas, berani melawan, memperjuangkan kebebasan untuk memilih, dan punya keputusan sendiri disebut sebagai orang yang pintar. Padahal, percuma saja kalau semua itu diterapkan ternyata enggak diimbangi dengan kemampuan atau kecerdasan dalam diri. Pantas disebut dengan "Bagai pungguk yang merindukan bulan."
Istilah kata, tak ada kesesuaian antara hak dengan kewajiban yang sudah dilakukan. Tidak ada keseimbangan antara tuntutan dengan apa-apa yang sudah dikerjakan. Enggak sesuai antara harapan dengan kenyataan yang ada dalam dirinya. Intinya, dia tidak mengaca di depan cermin dahulu sebelum meminta pengakuan serta mencari perhatian pada publik.
Baca juga: Arti dan Kisah di Balik Peribahasa "Bagai Pungguk Merindukan Bulan"
Lebih lanjut, sejatinya orang yang sudah lulus sekolah maupun kuliah belum tentu menjamin dirinya terbebas dari sifat buruk seperti di atas. Banyak faktor mengapa hal tersebut bisa terjadi. Salah satu alasannya yaitu keliru dalam memilih lembaga pendidikan. Selain itu, penyebab lain adalah saat menempuh pendidikan formal tak dilakukan secara serius alias sungguh-sungguh. Itu dilakukan sekadar formalitas.
Sebagai penutup, semestinya dunia pendidikan mampu menghadirkan karakter generasi bangsa yang tak seketika serta-merta menolak sudut pandang berbeda. Sebaliknya pula, tidak langsung menerima mentah-mentah informasi yang masuk. Mereka harus dilatih untuk berpikir kritis dan analitis dalam mencari kebenaran. Tentunya, semangat untuk terus belajar dan mengembangkan diri harus dilanjutkan setelah lulus.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ciri SDM Rendah, Miskin Tampil Kaya dan Bodoh Merasa Pintar"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*