Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

3 Cara Jahat Seseorang dalam Memperkaya Diri, Meraih Jabatan, dan Memperoleh Popularitas

 Kota Malang - Di zaman digital sekarang ini status kekayaan dan punya jabatan masih dipandang kurang lengkap ketika belum memiliki popularitas. Bahkan, mungkin sebuah popularitas bakal digunakan untuk memperkaya diri serta meraih jabatan. Di mana, salah satu cara yang ditempuh berupa menggunakan media sosial untuk mencari perhatian maupun menarik simpati publik.

Sayangnya, dalam upaya mendapatkan 3 hal di atas sejumlah orang memakai cara jahat. Alih-alih mendidik masyarakat, justru yang terjadi membodohi mereka. Nahasnya, orang-orang yang mengagumi "penjahat" bertopeng kebaikan tersebut tidak merasa dirinya sebagai korban. Sebaliknya, malah bangga ketika bisa berdekatan atau pun berhubungan langsung dengan si penjahat.

Berikut ini tiga kejahatan yang dilakukan oleh seseorang dalam memperkaya diri, meraih jabatan, dan memperoleh popularitas:

1. Bersikap Raja Tega

Dalam memperoleh kekayaan, jabatan, hingga popularitas ada sebagian kalangan yang mengambil langkah sadis alias menghilangkan empati dalam diri. Demi menguasai 3 hal tersebut bikin individu tanpa rasa bersalah melakukan tindakan penipuan, pemerasan, pembodohan publik, korupsi, pengancaman, penyuapan, sampai penggelapan. Intinya, menghalalkan segala cara asalkan tujuan tercapai.

Hak-hak kaum jelata yang berjumlah jutaan jiwa sangat gampang diambil hanya demi mempertebal kantong pribadi. Lingkungan atau alam dirusak sedemikian rupa demi memenuhi prinsip "Menggunakan modal sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya." Begitu pula, suara rakyat kecil dibungkam secara "halus" maupun "kasar" agar tak melawan.

2. Bermuka Tembok

Sudah mendapat kritikan dan protes dari banyak orang, namun dengan muka tak bersalah tetap saja tampil penuh senyum di media massa maupun media sosial. Bukannya menunjukkan wajah penyesalan dan mengumumkan permintaan maaf, yang ada memilih bermuka tembok. Tentunya, bermuka tembok sangat berbeda dengan bermental baja.

Ilustrasi menutupi kejahatan dengan topeng (Sumber gambar Pixabay.com)


Bagi penjahat seperti ini, bukan masalah dihujat warganet (netizen) maupun masyarakat lainya. Terpenting aliran dana tetap deras, jabatan masih menancap kuat, dan popularitas tetap terjaga. Ironisnya, bukan malah membuat performa diri menurun. Dengan kontroversi yang dilakukan ternyata popularitas makin meningkat yang turut pula ikut mendongkrak penghasilannya.

3. Berperangai Licik

Bersikap manipulatif, mempermainkan emosi manusia lain, hingga berbuat curang merupakan ciri dari seseorang yang berperangai licik. Di mana, demi meraih simpati atau belas kasihan dari publik sangat lihai dalam bersandiwara. Misalnya dengan cara berpura-pura menangis, memosisikan diri sebagai korban, dan melakukan drama kebohongan atau sandiwara demi mencapai hasil yang diharapkan.

Parahnya, tak menutup kemungkinan melakukan tindakan mengadu domba antara satu pihak dengan pihak lain. Bisa pula dengan cara mengerahkan buzzer di internet untuk menggiring opini publik. Contohnya, ada produk bisnis tertentu yang sebenarnya "sampah" berhubung banyak buzzer yang bersuara positif di media sosial akhirnya yang awalnya produk buruk menjadi seolah berkualitas.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "3 Cara Jahat Seseorang dalam Memperkaya Diri, Meraih Jabatan, dan Memperoleh Popularitas"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*