Banjirembun.com - Banyak cara dalam menghibur diri bagi orang yang sedang mengalami kegagalan sebelum benar-benar berjuang serius, seorang yang gemar bermalas-malasan, tengah jadi pengangguran, dan tertinggal atau terlambat karena umur sudah tak memungkinkan untuk produktif secara prima. Di mana, cara dalam menenangkan hati tersebut misalnya berkata "Orang itu bisa sukses karena faktor beruntung saja dan berasal dari keluarga berada."
Lantas, apakah sebuah keberhasilan yang berujung memperoleh kemakmuran semata-mata disebabkan karena keberuntungan serta akibat lahir dari keluarga kaya? Jawabannya tentu tidak. Apalagi, ketika standar makmur dan sukses tersebut setiap masing-masing insan pasti berbeda. Misalnya bukan sekadar tentang harta, jabatan, atau prestasi formal. Melainkan pula, terkait pencapaian keimanan terhadap Tuhan dan sanggup menjaga hubungan tetap bahagia bersama kerabat maupun tetangga.
Baca juga: 5 Kiat Sukses dalam Bertani dan Beternak Bagi Pemula Agar Terjamin Untung
Dengan demikian, jika kriteria sebuah capaian dikatakan sebagai kesuksesan mengalami perbedaan seperti di atas maka berbeda pula dalam mencapainya. Ada yang menggapai dengan cara curang, menipu, menyuap, mengeksploitasi karyawan, hingga bentuk kebatilan lain. Terdapat juga yang berhasil sukses dengan langkah "sederhana" dan tampak biasa-biasa saja, tetapi seolah tiba-tiba bisa melesat jauh meninggalkan yang lain. Lalu, ada yang menyebutnya sebagai "sebuah keberuntungan."
Lebih dari itu, sebuah kesuksesan tidak harus ditandai dengan mampu memiliki mobil baru seharga 650-an juta. Bukan pula, membeli rumah di area perumahan terkenal. Terlebih lagi, bertolok ukur dengan memiliki barang-barang mewah yang bermerk populer impor dari luar negeri. Itu semua sejatinya bukan batasan minimal dari sebuah kesuksesan hidup. Akan tetapi, sebuah bonus akibat memiliki uang melimpah sehingga sisanya dipakai untuk membeli hal-hal tersebut.
Jadi begini, boleh jadi menurut satu pihak nasib seseorang dikatakan telah sukses, tetapi berdasar anggapan orang lain orang tersebut belum bisa dikatakan sukses. Nah, ketika orang yang menjadi pusat penilaian alias bahan omongan itu terpancing atau "termakan" pada perkataan orang lain tentu akan membuatnya berubah sikap. Di mana, ketika dikatakan "telah sukses" dapat menjadikannya bangga. Sebaliknya, tatkala disebut "belum sukses" dapat tersinggung.
Ada Banyak Faktor Kenapa Seseorang Mencapai Sukses, Tidak Hanya Disebabkan Keberuntungan dan Lahir dari Keluarga Kaya
Harus diakui, dalam kehidupan ini faktor keberuntungan atau sebagian kalangan menyebut sebagai "faktor x" memang nyata adanya. Di mana, seakan-akan begitu saja mendapat kemudahan dalam mencari duit serta menjalani hidup sehari-hari. Padahal, dulu saat masih masa perjuangan sudah berusaha keras menemukan berbagai cara, tetapi ternyata tetap gagal. Artinya, jarang sekali keberuntungan terjadi di awal perjuangan. Kebanyakan hoki diperoleh di tengah atau akhir perjalanan.
Selain itu, seseorang dikatakan beruntung penilaiannya didasarkan pada apa? Apakah dengan hanya tidur-tiduran rebahan tiba-tiba sukses? Apakah cuma dengan membuka jenis usaha tertentu tiba-tiba laris dan mendapat untung melimpah sampai puluhan tahun? Ataukah masih diperlukan sebuah perjuangan dan pengorbanan dulu agar naluri kesuksesan bisa terasah dan bertahan lama? Lagian, banyak orang yang pandai menunggu peluang sekaligus cerdas dalam mengambil celah.
Pendek kata, yang namanya meraih kesuksesan tetap butuh proses. Entah itu dilakukan secara mudah, sulit, atau harus jatuh-bangun dahulu. Bahkan, orang yang mewarisi harta kekayaan orang tua juga tetaplah menapaki jalan berliku dahulu. Buktinya, sudah banyak cerita para pewaris yang gagal meneruskan kesuksesan orang tua lantaran saat berproses mempertahankan warisan tidak diterapkan semestinya. Akhirnya bangkrut dan harta peninggalan ludes habis.
Baca juga: Ampuhkah Ucapan "Semoga saat Aku Sukses Nanti, Kamu Belum Menikah!" untuk Mengikat Wanita Pilihan Hati?
Dengan demikian, baik itu mendapat keberuntungan dan ketiban warisan maupun harus berjuang dari nol mereka semua tetap masih wajib berjuang. Perbedaannya terletak pada saat mengawali saja. Yang satu sudah mendapatkan keringanan berupa bantuan harta maupun pendidikan bermutu dari orang tua, sedangkan yang lain benar-benar harus berjuang dari 0 dalam menemukan jalan keluar masalah hidupnya. (BE/08/06/24)
|
Ilustrasi orang yang beruntung (Sumber gambar Pixabay.com/ Pic_Panther) |
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Orang Bernasib Sukses karena Beruntung dan Lahir di Keluarga Kaya atau Ada Faktor Lain?"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*