Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Miris, Ada Orang Berhati Dengki, Tetapi Ogah Dikatain Iri Sembari Protes Keras Membela Diri Disertai Marah-marah

 Banjirembun.com - Pencuri mana ada yang ngaku. Kalau mengaku tentu ada risiko yang harus dihadapi. Begitu pula, orang yang berhati dengki saat dikatain sedang iri mana ada yang mau jujur berterus terang? Pasti malu tatkala orang lain tahu sedang ngiler dan berharap punya kebahagiaan sebagaimana yang sedang dimiliki serta dirasakan orang lain. Nanti, takutnya dibilang orang tak mampu.

Ironi, ketika ditanya "Kamu sedang iri ya?" bukan dijawab santai dan penuh ketenangan, justru bersilat lidah cari alasan mengada-ada. Bahkan, bereaksi dengan protes keras disertai marah-marah. Mungkin, maksud hati hendak membela harga diri sekaligus menghindari kehilangan muka, nyatanya semakin menampakkan kenaifan pribadi yang merana akibat penyakit jiwa yang diderita.

Baca juga: Pengen Seperti Dia Boleh, Tapi Iri Hati atau Malah Ngrecokin Jangan

Sebenarnya kalau jeli dan sensitif, siapapun dapat dengan mudah menyimpulkan apakah sikap seseorang sedang iri atau enggak. Cara menilainya bukan cuma melihat mimik muka atau gestur tubuh. Melainkan pula harus menelaah cara ngomongnya, reaksi saat melihat orang lain memiliki ataupun meraih sesuatu, dan ada tidaknya perilaku "mengganggu" yang terlihat tak wajar.

Beberapa sebab kenapa seseorang mempunyai perbuatan iri di antaranya meliputi punya kebiasaan malas alias ogah kerja keras, penuntut, bermental pengemis dengan menggantungkan nasib pada orang lain, suka menggunakan cara instan, mengharapkan menguasai sesuatu yang di luar kemampuan, tak mau kalah atau hendak menang sendiri, dan enggak ingin melihat hidup orang lain enak.

Hal lain yang tak boleh diabaikan tentang penyebab seseorang memiliki sifat iri yaitu pola asuh yang salah dari kerabat. Tentu, terkhusus akibat perlakuan oleh orang tuanya yang sejak dini salah dalam mendidik. Di mana, orang tuanya sendiri gampang dengki ketika ada tetangga membeli barang baru. Alhasil, anak yang hidup bersamanya akan menganggap bahwa sikap tersebut sebagai kewajaran.

Berhentilah memiliki sifat iri. Hal itu sangat berbahaya. Tatkala sudah tak terkendali dapat menyebabkan berbuat kejahatan disertai kekerasan, maling atau mencuri, korupsi, memeras, merusak barang orang lain, menghancurkan hidup orang lain, dan masih banyak lagi. Dengan kata lain, jika menginginkan sesuatu sebagaimana yang telah dimiliki orang lain maka bekerja keraslah!

Di kala ternyata sangat sulit untuk menggapai apa-apa yang diinginkan, terutama dalam waktu dekat, segeralah sadar diri dan tahu diri. Sadarlah bahwa posisi yang ditempati sekarang ini berada di tingkatan bawah. Jadilah, kalangan bawah yang sebagaimana mestinya tanpa perlu usil pada orang di atas. Hindari mengutuk atau tak terima terhadap nasib pribadi lantas mengatakan "Tuhan tidak adil."

Memang harus diakui, seseorang yang mencari keadilan maupun pihak yang mempertahankan/menuntut hak pribadi tidak boleh dilarang. Jangan sekali-kali menyebutnya sebagai orang iri. Bahkan, meski dia sedang kepengen (muka pengen) sekalipun senyampang itu memang hak mutlak dan sepenuhnya merupakan miliknya enggak boleh dilarang. Apalagi, dikatain iri pada keberhasilan orang lain.

Contohnya, ada orang yang memiliki rumah di sisi pojok perumahan serta memiliki sisa tanah sedikit di depan serta samping yang belum dipagar. Nah, tatkala dia tahu ada tetangga yang membeli mobil baru tiba-tiba dipagarlah depan rumah itu. Padahal gang di pojokan rumahnya sangat sempit. Alhasil, mobil akan kesulitan bermanuver. Di sini, jangan serta-merta mengatakan orang tersebut sebagai pihak yang dengki akibat tetangganya punya mobil baru.

Baca juga: Arti dan Kisah di Balik Peribahasa "Bagai Pungguk Merindukan Bulan"

Janganlah seperti peribahasa "Bagai pungguk merindukan bulan" yang terlalu melangit dan lupa bumi. Fokuslah pada apa yang telah dimiliki, kembangkan potensi yang dipunyai, dan berbahagialah dengan cara sendiri. Tak perlu mengikuti jejak kebahagiaan yang telah dialami orang lain. Siapapun berhak untuk bahagia tanpa mendapat gangguan. Termasuk diganggu oleh orang dengki.(BE/08/06/24)

Ilustrasi orang yang tak senang melihat kebahagiaan tetangganya (Sumber gambar Pixabay.com/ geralt)






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Miris, Ada Orang Berhati Dengki, Tetapi Ogah Dikatain Iri Sembari Protes Keras Membela Diri Disertai Marah-marah"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*