Banjirembun.com - Hewan liar yang tentunya tak terlatih dan tak pernah berhubungan dengan manusia merupakan salah satu makhluk yang sulit diatur, tidak bisa diberi nasihat (dikasih instruksi), dan cenderung berperilaku agresif ketika merasa terancam. Padahal, manusia di sekitarnya tidak ada maksud menyakiti atau menyerang karena hanya hendak mendekati, nyatanya reaksi binatang itu penuh curiga dan buruk sangka.
Nah, jika ada orang yang tak bisa diajak bicara secara baik-baik untuk menemukan solusi cerdas (win-win solution) atas masalah yang dihadapi bersama maka boleh jadi dia termasuk dari spesies makhluk hidup yang tak pernah menerima pendidikan maupun pola asuh yang tepat. Kerabat, teman, dan lingkungan tempat dia tumbuh besar di masa lalu telah gagal dalam mengembangkan Sumber Daya Manusia yang unggul.
Sebagaimana diketahui, beberapa sifat buruk dari sebagian hewan liar di antaranya meliputi cari menang sendiri, merasa paling benar, merasa paling berhak, usil dengan cara merebut hak makanan milik pihak lain, hingga rakus tanpa peduli untuk mau berbagi. Wajar saja tingkahnya seperti itu lantaran binatang memang tak memiliki ilmu, iman, dan naluri manusiawi.
Kalau pun terdapat binatang terlatih, itu sejatinya saat menjalani proses pelatihan bukan sedang menimba ilmu. Melainkan, sekadar membiasakan gerakan dan mematuhi instruksi pelatihnya. Ketika berhasil menjalankan tugas yang diperintah mendapat makanan, pelukan, atau pujian. Sebaliknya, tatkala gagal melaksanakan perintah memperoleh hukuman.
Hewan liar juga memiliki ciri-ciri berupa perilaku tidak mau sadar diri, tak tahu diri, dan enggak sadar posisi. Selain itu, binatang liar juga tak bisa melakukan introspeksi diri atas segala perbuatan yang telah dilakukan. Sangat percaya diri dan sembrono bahwa setiap perbuatan yang sudah dikerjakan merupakan hal yang wajar alias dianggap biasa-biasa saja. Tanpa perlu disesali dan ditakuti atas dampak yang bakal terjadi.
Oleh sebab itu, di kala berinteraksi dengan individu yang tak bisa diajak ngomong baik-baik agar tak saling mengganggu dan bisa saling menghormati dalam setiap interaksi, boleh jadi sebenarnya itu adalah hewan liar yang berwujud manusia. Tubuhnya saja yang berwujud insan, tetapi otaknya tak difungsikan sebagaimana layaknya manusia yang punya sisi humanis dan bisa berpikir lebih kompleks.
Sebagai contoh, terdapat sebuah kasus untuk diambil pelajaran, ada seorang pekerja minimarket yang bersikap tak sopan terhadap pelanggan. Sayangnya, tatkala diajak ngomong baik-baik dengan memberi saran serta nasihat agar berbuat yang sewajarnya saja sehingga tak bikin jengkel, tanpa dituntut harus memberi rasa hormat, bukannya menerima masukkan justru semakin kurang ajar.
Begitu pula, ulah kurir paket ekspedisi yang bertingkah dungu kepada penghuni rumah. Sebut saja misalnya membunyikan klakson kendaraan sebagai tanda ada tamu di depan rumah, langsung pergi padahal sudah direspon dengan suara dari dalam rumah, dan meletakkan paket sembarangan sehingga dapat berpotensi merusak barang pemilik rumah. Saat diberi nasihat, bukannya sadar diri, malah ada saja alasan untuk berkelit dan bersilat lidah.
Ada banyak faktor kenapa tingkah seseorang mayoritasnya berada di sisi hewani (layaknya hewan). Salah satu penyebab yang tak boleh diabaikan yaitu memiliki rasa iri atau dengki. Bisa pula, ada perasaan sombong yang amat membara sehingga merendahkan dan menjatuhkan harga diri konsumen yang ada di hadapannya. Merasa bahwa dia lebih tinggi statusnya ketimbang pelanggannya, sehingga tampak ogah-ogahan dan sembarangan dalam melayani.
Saking jengkelnya menghadapi kelakuan di atas akibatnya tak sedikit calon pembeli, pelanggan, atau konsumen yang melabeli (memberi label) buruh di atas sebagai babu. Ada pula yang menyebutnya sebagai jongos dan pekerja bawahan. Bukannya fokus kerja keras cari duit, justru mementingkan gengsi. Orang seperti itu sesungguhnya bukan sedang mempertahankan harga diri, tetapi manusia yang tak tahu diri.
Baca juga: Kisah Nyata, Karyawan Toko Bermental Babu Dikerjain oleh Orang yang Dikira Miskin
Itulah risiko berkomunikasi dengan seseorang yang memiliki SDM rendah dan IQ jongkok. Harus dihadapi penuh sabar dan punya rasa maaf yang tak terbatas. Memang sulit. Namun, kalau tak diperjuangkan apatah juga ingin bersikap bagai hewan liar sehingga ikut-ikutan membalas perbuatan mereka yang norak dan kampungan? Kalau pun terpaksa harus memberi "pelajaran" supaya kapok mesti diterapkan secara elegan dan bermutu. (BE/08/06/24)
|
Ilustrasi hewan liar (Sumber gambar Pixabay.com/ PublicDomainPictures) |
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ketika Ada Orang yang Tak Bisa Diajak Berinteraksi Baik-baik, Anggap Saja Sedang Berhadapan dengan Hewan Liar"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*