Banjirembun.com - Tak tahu diri, tidak sadar diri, dan enggak sadar posisi. Itulah kalimat yang sangat cocok ditujukan kepada orang yang suka usil dan ikut campur mengurusi hidup orang lain. Padahal, berstatus sebagai pejabat dan pelaksana tugas pemerintahan seperti Ketua RT pun tidak, tetapi nyatanya sok-sokan menyombongkan diri berlagak sebagai orang penting serta orang "si paling" bener saja.
Kehidupan pribadi beserta keluarganya masih amburadul tanpa kepastian dan kejelasan, mau-maunya mencampuri urusan hidup orang lain. Masih mending memberi solusi disertai bantuan nyata, enggak cuma modal mulut yang membuka. Nyatanya, salah satu sebab mengapa begitu aktif merusuhi hidup orang lain tak lain karena berstatus sebagai pengangguran dan pemalas.
Baca juga: 5 Bentuk Kemunafikan Kaum Miskin saat Memandang Orang Kaya Alias Berduit
Introspeksi diri dulu, bayar hutang pribadi maupun cicilan kredit (konsumtif bukan bertujuan produktif) lebih dahulu sampai lunas, tunaikan tugas serta kewajiban yang belum dilaksanakan, dan didiklah keluarga serumah secara benar agar tak meresahkan masyarakat. Dengan begitu, hidup akan jauh lebih berharga dan bermanfaat. Setidaknya, tidak mengganggu kehidupan orang lain.
Apatah jangan-jangan gaji "kecil" yang diterima dianggap bernilai besar sehingga pantas untuk dibanggakan dan harus dihargai sebagai prestasi? Kalau memang seperti itu ceritanya, tetaplah rendah hati, enggak usah sombong diri. Di atas langit masih ada langit. Tak perlu merendahkan hidup orang lain dengan menyebutnya sebagai manusia buangan dan terkucilkan.
Selanjutnya, bolehlah punya semboyan "Biar miskin asal bahagia." Namun, bukan berarti caranya dengan menghancurkan kebahagiaan orang lain. Berilah kebebasan orang lain untuk memilih jalan hidup demi mampu menempuh kebahagiaannya sendiri, asal dengan itu tak mengganggu insan lain. Sebagaimana, kamu juga tak ingin diganggu saat menekuni hobi maupun menikmati hiburan yang diminati.
Silakan memiliki jargon "Buat apa kerja setiap hari capek-capek, kalau tidak bisa nikmati hidup." Sekali lagi, silakan menikmati hasil jerih payahmu. Akan tetapi, dilarang keras perbuatan senang-senangmu itu melanggar hak-hak manusia lain. Bagaimanapun, orang lain punya derajat sama dalam menjalani hidup ini. Mereka juga ingin hidup tenang tanpa ingin kamu ganggu dan rusuhi!
Lebih dari itu, waktu dan tenaga yang tersisa sesudah bekerja sebaiknya disalurkan secara tepat. Hindari memakainya untuk mengurusi hidup orang lain dengan tujuan menjatuhkan harga dirinya. Salah satu langkahnya dengan mengikuti sholat jamaah di Masjid, menghadiri majelis taklim, atau bentuk acara keagamaan lain. Hal itu merupakan pilihan minimal untuk mengisi waktu secara bermanfaat.
Pulihkan dulu depresi atau gangguan kesehatan mental diri sendiri maupun keluarga gara-gara selalu kalah bermain judi online. Tak lupa, selesaikan dahulu masalah keruwetan yang seolah-olah senantiasa menimpa disebabkan sifat tercela (iri, dendam, ambisius, pelit, ujub, gampang berburuk sangka, pembenci, suka memusuhi, menghalalkan segala cara, dan lain-lain) yang hinggap di hati.
Baca juga: 3 Alasan Naif Kenapa Orang Miskin Nyinyir atau Berkomentar Pedas Terhadap Orang Kaya
Cegahlah menutupi kebodohan pribadi dan kegagalan yang telah diderita dengan cara menurunkan harga diri orang lain secara brutal. Di mana, kesalahan kecil yang terjadi pada pihak lain terlalu dibesar-besarkan biar seolah amat pantas untuk diadili dan diambil tindakan. Dengan itu pula, sorotan mata publik bisa teralihkan sehingga aib-aib sendiri tertutupi. Dasar manusia "si paling" bener hidupnya! (BanjirEmbun/06/06/24)
|
Ilustrasi hewan yang sedang berbisik-bisik untuk menggosip (Sumber gambar Pixabay.com/ stefu) |
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Gaji Kecil Pekerjaan Berat, Bukannya Berjuang Keras Malah Mengurusi Hidup Orang Lain dalam Arti Negatif"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*