Banjirembun.com - Perkenalkan nama gue Jonathan. Itu nama samaran untuk menyembunyikan identitas agar tidak menimbulkan fitnah. Jadi begini, gue dulu itu jatuh cinta kepada salah satu cewek di SMA. Durasi perasaan yang hinggap di hati terjadi selama tiga tahun dari awal masuk hingga lulus. Bahkan, sebenarnya setelah lulus pun masih ada rasa-rasa mencintai. Walau akhirnya gue putuskan untuk menjauhi dia, demi kebaikan dia. Akhirnya, kini pisah yang berujung tak pernah bertemu sama sekali.
Namun demikian, akhir-akhir ini gue merasa curiga pada diri gue sendiri. Gue bertanya-tanya "Apakah gue udah terkena bipolar, split persnolaty alias kepribadian ganda, ataupun jenis skizofrenia lain yang lebih parah?" Hal itu baru gue sadari sesudah melakukan evaluasi diri, introspeksi diri, atau muhasabah diri. Selain itu, tentu pula menghubungkan dengan fenomena satu dengan kejadian lain yang mengindikasikan gangguan mental tersebut.
Perlu diketahui, gue memiliki kehidupan yang mungkin terlihat aneh bagi orang lain lantaran gue cenderung tidak terbuka (memendam dan menutupi masalah hidup sendirian) tanpa melibatkan siapa pun. Gue melakukan itu ada alasannya. Pertama, gue enggak ingin orang yang gue sayangi terlibat masalah terutama kerabat gue. Kedua, gue seolah-olah memang dipaksa untuk menerima serta "menikmati" masalah itu sendirian. Ketiga, mungkin gue terlalu ke-PD-an merasa dekat dekat Tuhan sehingga "pasrah" pada-Nya.
Dalam menjalani hidup ini, gue mayoritasnya harus berjuang sendiri dalam upaya menemukan jati diri. Tanpa ada bimbingan dari orang tua. Kecuali, mereka hanya memberi arahan teknis layaknya atasan yang "kaku" menyuruh bawahan tanpa ada pendekatan psikologis sama sekali. Intinya, di dalam lingkungan keluarga sendiri gue sudah dianggap bermasalah. Nahasnya, orang tua bukan malah bersikap "waras" justru semakin bikin gue tertekan. Lebih detailnya, sangat tidak pantas untuk gue ceritakan di sini.
Trauma yang gue alami sejak masih kecil hingga remaja bukan cuma bikin gue bertanya-tanya "Jangan-jangan gangguan kepribadian yang gue miliki ini akibat dari trauma yang gue alami terus-menerus dalam jangka panjang?" Lebih dari itu, gue juga sempat berfikir keras "Jangan-jangan penyakit autoimun, sifat introvert akut, gangguan komunikasi, dan disorentasi kepribadian yang gue alami bisa jadi disebabkan oleh trauma masa lalu yang berkepanjangan?" Entahlah, gue masih hidup sampai sekarang ini sudah bersyukur banget.
Lebih lanjut, gue menghargai diri pribadi dengan tak mengambil langkah mengakhiri hidup sendiri merupakan hal yang patut "dibanggakan." Gue terus berusaha untuk senantiasa memahami diri secara utuh adalah suatu hal yang pantas disyukuri. Gue yang melanjutkan hidup dengan maksud agar mampu menambah kebaikan-kebaikan juga sesuatu yang boleh disebut hal menggembirakan. Gue yang punya perubahan tujuan hidup dari yang dahulu menurut gue sempurna, akhirnya gue ganti seperti sekarang turut pula untuk diapresiasi.
Baca juga: Kisah Cinta "Absurd" Jonathan Selama 3 Tahun di SMA, Beneran Terjadi atau Cuma Halusinasi dan Ilusi?
Sebagai penutup, gue dulu sempat meyakini (ke-GR-an dan ke-PD-an) bahwa gadis di sekolah SMA yang gue dambakan di atas juga ada rasa sama gue. Akhirnya, sekarang ini gue sadar diri. Itu hanyalah halusinasi akibat trauma-trauma yang gue alami di masa kecil hingga remaja. Gue tahu diri bahwa kejiwaan gue ada masalah. Oleh sebab itu, gue mesti memperbaiki diri. Gue harus berubah. Tidak boleh terus-terusan dikalahkan oleh beban dan luka psikis yang terjadi dahulu kala. Mohon doanya.
Sanggahan: Dilarang menyimpulkan siapa para tokoh atau pelaku yang terlibat dalam curhatan gue ini. Anggap saja ini hanya sebuah cerita omong kosong untuk mengisi waktu luang dan memenuhi hasrat hobi menulis. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.
|
Ilustrasi bangku sekolah (Sumber gambar Pixabay.com/ WOKANDAPIX) |
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Berdasar Kisah Cinta pada SMA Dahulu Kala, Setelah Direnungkan Muncul Pertanyaan "Apakah Terkena Bipolar Sekaligus Kepribadian Ganda?""
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*