Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Arti Ungkapan Ingah-ingih dalam Bahasa Jawa

 Banjirembun.com - Jika ada teman yang melontarkan ucapan dengan memakai istilah ingah-ingih, baik secara langsung maupun dalam bentuk sindiran di postingan atau status media sosial, maka sebaiknya mesti cepat-cepat bertanya-tanya "Kenapa dia nekat berkata-kata seperti itu?" Apalagi, tatkala kondisi seseorang yang disindir tersebut sedang pada situasi kebingungan.

Boleh jadi, sebutan di atas digunakan untuk menjatuhkan mental. Setidaknya, hendak menunjukkan wujud gembira karena telah melihat orang yang dimusuhi dan dibenci telah mengalami kesalahan dalam mengambil keputusan maupun keliru dalam menentukan pilihan yang berakibat bersikap ingah-ingih.

Alih-alih dihibur, justru semakin dikata-katain "Rasakan tuh! Jadi ingah-ingih kan?" Kendati demikian, memang harus diakui sih bahwa orang yang diejek dengan ungkapan seperti itu sangat mungkin sebelumnya telah berbuat sombong dan terlalu sembrono. Sudah dibaik-baikin dan diberi nasihat masih saja mengeyel dan egois.

Lantas, apa arti kata ingah-ingih? Ingah-ingih adalah bentuk perilaku salah tingkah alias kikuk lantaran kegagalan diri sendiri dalam menyikapi keadaan di sekitarnya. Alhasil, pada kasus tertentu dapat menyebabkan seseorang menjadi menyalahkan diri sendiri dan merasa gagal dalam bersosialiasi.

Sayangnya, sikap ingah-ingih lebih banyak ditunjukkan dengan cara menutupi "keanehan" pada diri sendiri seolah-olah tak terjadi apa-apa tanpa disertai atau ditutupi perbuatan lain yang lebih bermakna. Akibatnya, dapat mengesankan diri sendiri sebagai orang yang tak berguna sekaligus tidak bisa menempatkan diri.

Dengan demikian, tindakan ingah-ingih umumnya terjadi di kondisi keramaian atau seenggaknya minimal terdiri dari tiga orang. Nah, ketika di suasana kumpul-kumpul tersebut ternyata mengalami "mati gaya" dapat disebut telah berperilaku ingah-ingih. Di mana, keadaan canggung dan serba salah seakan terjadi begitu saja tanpa pemicu.

Padahal, banyak cara mengalihkan perhatian demi sanggup menutupi perilaku ingah-ingih. Misalnya dengan langkah membaca buku, memulai obrolan dengan orang sekitar, mengambil alat atau barang agar punya aktivitas yang terlihat bermanfaat, atau bisa pula dengan membuka HP sambil pura-pura tersenyum guna menghibur diri.

Individu yang sering mengalami ingah-ingih dalam hidupnya biasanya memiliki sifat peragu, penakut, tidak tegaan, banyak mikir, melakukan sesuatu secara setengah-setengah, diliputi rasa malu, kerap tak memiliki semangat, gampang bingung, berkepribadian inferior (rendah diri atau minder), hingga sadar diri memiliki kekurangan maupun kesalahan tertentu.

Seseorang yang bersikap ingah-ingih dapat pula disebabkan karena ia sedang disingkirkan, dikucilkan, atau diabaikan. Ironisnya, bukan malah introspeksi diri dan memperbaiki diri, nyatanya terkadang orang yang sedang ingah-ingih melemparkan seluruh kesalahan kepada orang-orang sekitar yang dianggap jahat.

Paling enggak, kalau memang tak dibutuhkan di sana bukankah lebih baik pergi saja ke tempat lain yang sesuai dengan kemampuan dan potensi diri sendiri. Buat apa terus bertahan di lingkungan yang tak bisa menghargai dan enggak memanusiakan orang lain yang juga butuh hidup secara normal? (BanjirEmbun/19/06/24).


Ilustrasi sedang kebingungan (Sumber gambar Pixabay.com/ HtcHnm)






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Arti Ungkapan Ingah-ingih dalam Bahasa Jawa"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*