Perilaku berpolitik, bersiasat, berstrategi, atau semacamnya dalam berinteraksi sosial bukan cuma dilakukan oleh para petinggi suatu negeri. Dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari sejatinya juga tak bisa dilepaskan oleh semua hal yang disebutkan barusan. Bedanya barangkali taktik dan metode yang diterapkan tidak serumit dan seserius yang diterapkan oleh para kaum elit yang sudah terbiasa memegang uang gede dan merasakan jabatan formal yang bergengsi.
Kendati demikian, secara umum pola berpolitik antara orang profesional dengan kalangan awam sebenarnya tak jauh beda. Begitu pula, tujuan yang dimiliki ternyata sama yaitu guna "mengamankan" diri sendiri beserta kelompoknya. Boleh dibilang, orang yang berpolitik tanpa dilandasi prinsip yang lurus akan lebih cenderung egois serta memilih jalan pintas. Alhasil, apapun cara dilakukan yang penting hasil sesuai target.
Baca juga: Waspada Terhadap Teman "Sampah" yang Bisa Menghancurkan Hidup dalam Jangka Pendek Maupun Panjang
Secara umum, alasan seseorang yang berpolitik pakai cara brutal disebabkan lantaran hanya fokus memikirkan bagaimana supaya duitnya bertambah banyak, pengaruhnya semakin kuat, jabatannya naik tinggi, nama baiknya (harga diri, martabat, serta kehormatan) tetap terjaga rapat, dan punya jaringan atau koneksi mapan untuk diajak kongkalikong. Tanpa peduli lagi terhadap moralitas, simpati, dan empati.
Kalaupun tingkah lakunya tampak baik, itu cuma pencitraan diri agar dikenal publik sebagai politikus idaman bagi orang-orang lemah. Padahal, semua itu tak lebih sekadar pura-pura untuk bersandiwara dan bermain drama politik. Aktor politik semacam itu sangat digemari oleh para pemalas, kaum terpinggir (tertindas, terzalimi, tersingkir, atau yang semisalnya), tidak cerdas, kurang wawasan, tak inovatif, enggak kreatif, fanatik, terdoktrin, maupun ogah mencari pengalaman berbeda.
Teman yang Berpolitik Kotor dalam Interaksi Kebersamaan Sebaiknya Ditinggalkan
Perilaku berpolitik bagi individu yang jahat dipandang sebagai langkah jitu untuk mengelabui temannya. Tujuan menipu, membodohi, atau memperalat tersebut ialah demi bisa mencapai tujuan utamanya. Setidak-tidaknya, dengan bertindak seperti itu dia akan tetap pada posisi aman untuk "bersembunyi" sementara waktu dari lawan-lawan atau pesaingnya agar tak mencolok. Artinya, orang yang diperalat itu hanya dijadikan batu pijakan atau malah keset untuk bersih-bersih.
Sepanjang masih bisa dikelabui dia akan terus mau menemani seseorang yang jadi korbannya. Sebaliknya, tatkala sudah tak dapat lagi dicurangi dia bakal memerangi. Baginya hanya ada dua pilihan yaitu "Kalau tetap mau jadi teman sebaiknya rela jadi sapi perahan. Namun, tatkala sudah berani melawan berarti saatnya untuk berperang." Tentulah, dua pilihan itu tetap saja merugikan bagi pihak yang dikelabui.
Bagaimanapun, bermusuhan dengan sesama insan tetaplah tak bikin nyaman. Apalagi, orang yang memusuhi itu begitu agresif menyerang. Masih mending cara membencinya terbilang pasif sehingga tak terlalu mengganggu. Akan tetapi, sayangnya tipe teman "sampah" seperti itu cara mainnya sangat kampungan. Sebelum tujuannya tercapai bakal terus aktif menyudutkan korban yang tak bisa lagi diakali.
Kalau sudah begitu yang terjadi, sebaiknya tinggalkan saja teman yang bermental monyet seperti di atas. Yakni, hewan yang bertingkah arogan dan bermodal nekat hanya demi mengenyangkan perutnya. Sebab, kalau pun dibaik-baikin (diajak saling memaafkan tanpa berbuat "nakal" kembali) bakal ogah. Alasannya, sejak awal dia memang sudah punya sifat dan hati yang busuk. Enggak ada niat sama sekali untuk berteman secara tulus.
Toh, masih banyak kok manusia lain yang pantas untuk dijadikan teman. Lagi pula, teman tak perlu banyak-banyak jumlahnya. Sedikit saja asalkan berkualitas itu akan jauh lebih membawa manfaat. Dibandingkan kelihatannya berteman dengan banyak orang tetapi nyatanya jiwa atau mental menjadi terpuruk. Oleh sebab itu, segera pilih dan pilah seseorang yang pantas untuk dijadikan teman dekat. Dengan catatan, tanpa berharap berlebihan bahwa suatu saat dia tak bakal berkhianat lalu ikut memusuhi.
[BanjirEmbun/13/05/24]
|
Ilustrasi berpolitik dengan cara mengelabui orang lain (sumber Pixabay.com/ Mohamed_hassan) |
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Waspada pada Teman Berprinsip "Jika Bisa Dikelabui maka akan Ditemani, tetapi bila tak Dapat Dicurangi maka Bakal Diperangi""
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*