Rumah umumnya menjadi tempat berlabuh bagi penghuninya untuk mengistirahatkan fisik maupun mental setelah beraktivitas di luar. Dengan kata lain, rumah bukan hanya dijadikan tempat istirahat bagi tubuh melainkan pula difungsikan mengembalikan suasana hati menjadi stabil. Oleh sebab itu, di dalam rumah harus dipastikan tak ada konflik atau bentuk gangguan lainnya.
Lebih lanjut, ada sebuah ungkapan "Rumahmu cerminan hatimu." Pernyataan tersebut berimplikasi terhadap pilihan dalam menemukan metode untuk menelusuri sebab-akibat kenapa seseorang sering bahagia atau sebaliknya seolah hidupnya miskin kebahagiaan. Salah satunya dengan langkah mencari tahu ukuran, jumlah penghuni, dan lokasi rumah yang ditinggalinya dalam kehidupan sehari-hari.
Rumah yang berukuran kecil sehingga terkesan tak manusiawi, walau dihuni oleh satu orang saja, tetaplah mempengaruhi kondisi kesehatan mental yang sulit stabil. Apalagi tatkala didapati dimensi ketinggiannya pendek, suasana di dalam rumah cenderung gelap, dan warna cat cenderung monoton serta kusam. Diperparah, ventilasi udara minim serta posisi pintu maupun jendela yang salah.
Dalam keadaan normal, dalam artian para penghuninya harmonis dan tak ada luka batin yang menimbulkan dendam, idealnya satu individu mesti "menguasai" ruang gerak yang luasnya minimal 9 meter persegi. Artinya, untuk rumah ukuran 30 meter persegi memiliki standar maksimal alias batas atas jumlah orang yang menghuni yaitu 3 orang.
Kebutuhan luas ruangan per individu di atas sudah mencakup semua aktivitas dasar maupun peralatan rumah tangga yang pokok untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Di antaranya meliputi tidur, istirahat, makan, duduk, cuci, mandi, masak, dan meletakkan barang-barang penting.
Hitung-hitungan tersebut belum termasuk teras (serambi), garasi kendaraan baik itu sepeda motor atau mobil, taman, dan halaman kosong di belakang rumah yang salah satu fungsinya untuk menjemur pakaian. Dengan demikian, seseorang yang parkir sepeda motor di ruang tamu tentu terasa tidak nyaman dibandingkan diletakkan pada garasi luar di depan rumah.
Selain ukuran dan jumlah penghuni, lokasi rumah juga sangat menentukan kebahagiaan orang yang meninggalinya. Lokasi rumah yang mepet jalan raya padat pengguna maupun gang kecil yang sangat ramai dapat menimbulkan terpapar polusi berkepanjangan. Mulai dari polusi suara (knalpot dan suara gaduh pengendara), polusi udara (asap kendaraan dan debu dari aspal), hingga polusi cahaya.
Lebih dari itu, mempunyai tetangga yang ber-SDM rendah juga menentukan dalam menurunkan tingkat kebahagiaan. Bayangkan, tatkala saban hari para tetangga sering bersuara gaduh misal menyetel suara musik keras dan nongkrong bersama di pinggir jalan disertai suara canda tawa berteriak-teriak, tentunya sangat mengganggu.
Hal selanjutnya yang patut diperhatikan terkait rumah yang dapat mempengaruhi kebahagiaan ialah desain rumah yang tepat, fasilitas air yang terjamin, tata letak interior yang rapi, dilengkapi dengan tumbuhan yang terawat, sampai kebersihan rumah yang selalu terjaga.
[BanjirEmbun/30/05/24]
|
Ilustrasi bertempat tinggal di tebing (Sumber Pixabay.com/ sevisionaria) |
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ukuran, Jumlah Penghuni, dan Lokasi Rumah Bisa Menentukan Kebahagiaan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*