Menjadi pribadi yang sadar diri, tahu diri, dan sadar posisi sangatlah penting di zaman digital seperti sekarang ini. Dengan maksud lain, sebelum menghadapi atau malah "melawan" orang lain sebaiknya pastikan dulu sudah memahami faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan hambatan) dalam mengatasinya. Baru setelah betul-betul matang boleh diputuskan tindakan.
Sayangnya, masih cukup banyak ditemukan orang yang kehilangan akal sehat. Di mana, mereka membeli sesuatu atau membayar layanan dan jasa tertentu tanpa diterapkan secara bijak lantaran ingin unjuk diri sekaligus pamer kekayaan. Padahal, sebenarnya kondisi keuangannya belum mencapai standar kaya yang ideal. Akan tetapi, dia memaksakan diri ingin bergaya hidup yang menyamai orang berlevel ekonomi di atas dirinya.
Baca juga: Standar Kaya yang Ideal di Zaman Dulu hingga Era Digital seperti Sekarang
Berikut ini hal-hal yang dilarang untuk dibeli maupun dilakukan sebelum benar-benar kaya:
1. Membeli Gadget Berspesifikasi Super
Contoh gadget di zaman digital seperti sekarang meliputi jam tangan digital, HP, laptop, notebook, dan lain sebagainya. Kalau memang butuh itu semua, sebaiknya beli peralatan tersebut sesuai dengan keperluan untuk menunjang hidup sehari-hari. Biar pun spesifikasinya rendah kalau dapat difungsikan sebagaimana mestinya tentu itu akan membantu dalam meningkatkan kualitas hidup.
2. Memiliki Kendaraan Mewah
Membeli sepeda motor berharga rendah yang umum dipakai masyarakat luas bukanlah suatu masalah. Enggak boleh merasa rendah diri. Ketimbang ingin memiliki yang harganya 30-an juta, tetapi di kemudian hari kelimpungan dalam mencicil. Begitu pula, ketika hendak memiliki mobil. Punya kendaraan roda empat kelas LCGC pun tak boleh malu. Dilarang memaksakan diri beli dengan harga di atas 200 juta.
3. Berwisata ke Lokasi Jauh dan Bertarif Tinggi
Semakin jauh lokasi untuk berekreasi berpeluang tambah besar pula pengeluaran uang. Selain untuk biaya transportasi, tentunya biaya konsumsi jadi membengkak. Bahkan, barang kali diperlukan menyewa penginapan. Selain itu, tempat wisata yang bertarif tinggi bakal selaras dengan biaya-biaya lain yang ikut membengkak. Sebut saja biaya parkir, jasa foto, ataupun jasa-jasa lain di luar harga tiket masuk.
4. Berinvestasi Jangka Pendek maupun Panjang
Tidak boleh tergiur ikut berinvestasi dengan iming-iming mendapatkan keuntungan besar. Baik itu dalam bentuk investai sektor riil (properti seperti tanah dan rumah, tanaman, perhiasan, barang dagangan, dan lain-lain) maupun non riil (saham, kripto, emas digital, arisan online, atau semacamnya). Sebab, tatkala pondasi keuangan belum betul-betul kuat lantas turut serta investasi dikhawatirkan saat hasil tak sesuai harapan bakal bikin bangkrut.
5. Mengikuti Komunitas Bergengsi
Komunitas bergengsi, apalagi berupa komunitas hobi, biasanya membutuhkan anggaran keuangan yang besar. Selain guna membiayai kebutuhan hobi, tentunya antar anggota mungkin berpotensi saling adu gengsi. Bahkan, di dalam komunitas itu tak menutup kemungkinan mewajibkan para anggotanya untuk membayar iuran secara rutin yang nominalnya besar.
Baca juga: 5 Perbedaan Antara Orang Kaya Vs Miskin, Sama Berpura-pura Tapi Beda Hasilnya
6. Mengikuti Tren Terbaru
Tergiur untuk membeli kuliner serta barang-barang murah dan imitasi demi mengimbangi tren arus utama merupakan kesalahan. Baik itu untuk urusan pakaian, furnitur, renovasi rumah, modifikasi kendaraan, dan sebagainya. Alasannya, awalnya barang itu terlihat mampu dibeli, tetapi pada ujungnya cepat rusak lantas kemudian membeli model lain yang harganya tak jauh beda. Tentu, itu tindakan pemborosan.
[BanjirEmbun/15/05/24]
|
Ilustrasi pertumbuhan harta (sumber Pixabay.com/ Mediamodifier) |
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Sebelum Benar-benar Mencapai Standar Kaya yang Ideal, Dilarang Membeli dan Melakukan Hal-hal Berikut"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*