Akhir-akhir ini banyak ditemukan komentar, status medsos, ataupun postingan dari gen Z yang tampak ngawur. Di mana, yang dimaksud dengan gen Z di sini adalah generasi manusia yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Artinya, di tahun 2024 ini mereka berada di kisaran usia 12 - 27 tahun. Populasi yang masih sekolah di SMP dan SMA, masih kuliah, dan masih berada di usia prima untuk produktif bekerja.
Seolah mereka melakukan hal tersebut di atas tanpa beban dan begitu enteng untuk sembarangan melemparkan umpan. Kalau ternyata masih berada di jenjang sekolah sih boleh dibilang "agak" dimaklumi karena hendak menyesuaikan diri di dunia maya. Lagi pula, kematangan mental mereka belum utuh. Sedangkan, yang telah menempuh kuliah serta yang usia di atas 22 tahun tentunya harus lebih dewasa dong?
Baca juga: Ciri-ciri Individu Masuk Golongan Generazi Z
Nyatanya, tak sedikit kalangan gen Z yang beraktivitas tiada guna di media sosial. Mereka berbuat toxic atau menyampah di facebook, whatsapp, twitter, instagram, tiktok, maupun platform lainnya. Lantas, apa penyebab mereka begitu berani dan tanpa merasa bersalah sangat aktif melakukan tindakan seenaknya tanpa dipikirkan dampaknya? Apakah sekadar caper alias cari perhatian? Apa cuma lantaran tak punya paket internet untuk nonton video?
Hal yang harus diketahui bahwa mayoritas gen Z usia produktif (sesudah lulus kuliah yang berumur antara 22 tahun hingga 27 tahun maupun lulusan SMA yang tidak kuliah yang berumur 18 tahun ke atas) mayoritas dari mereka adalah pengangguran. Di antara mereka ada yang cenderung pilih-pilih pekerjaan. Di mana, mental mereka sangat manja dan rapuh untuk menghadapi dunia kerja yang "kejam."
Sungguh miris, sekolah SMA tidak mau ditempuh yang padahal ada sekolah yang gratis 100%. Terutama di sekolah yang berbasis keagamaan. Begitu pula, tidak menempuh kuliah. Namun, nyatanya ogah bekerja. Pilih enak untuk rebahan di rumah saja sembari mengusa-usap layar HP. Diperparah lagi, orang tuanya justru mendukung pilihan semacam itu. Mungkin, orang tua menjadi malu kalau saja si anak kerjanya dianggap mengecewakan.
Disertai terdapat kata-kata yang bersifat menjerumuskan dari orang tua "Sudahlah, jangan bekerja kalau gaji dan pekerjaannya cuma seperti itu! Lagian, orang tuamu ini masih sanggup memberimu makan dan membelikanmu pulsa internet." Akhirnya, si anak bertambah besar kepala. Menganggap orang tuanya bakal terus mampu menghidupinya sampai tua dan beranak pinak di masa mendatang.
Hal inilah yang turut pula menjadi sebab banyak perusahaan atau pencari kerja yang kesulitan memperoleh calon karyawan usia muda berkualitas di umur antara 18 hingga 27 tahun. Kendati pun sudah diterima kerja, tak lama setelah itu mereka memutuskan untuk mengundurkan diri karena merasa dieksploitasi atasan. Apa lagi alasannya kalau bukan disebabkan punya back up orang tua yang masih memanjakan.
Semoga tulisan ini bermanfaat. Terima kasih.
[BanjirEmbun/17/05/24]
|
Ilustrasi gen z yang sedang bersantai-santai (sumber Pixabay.com/ Peggy_Marco) |
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Penyebab Utama Kenapa Gen Z Aktif Berkomentar Serampangan di Medsos"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*