Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Kisah Hikmah Tentang Mengelabui Orang Beriman dan Alim untuk Nafsu Semata

 Banjirembun.com -  Jangan memakan daging ulama karena daging ulama sangat beracun. Itulah ungkapan kiasan yang mengandung makna bahwa dilarang keras berbuat kurang ajar terhadap ulama. Alasannya, ulama memiliki sifat mulia yaitu bertaqwa (terutama dalam bentuk takut) kepada Allah dan ikhlas menjalankan statusnya sebagai pewaris para nabi. Kalau insan seperti itu nekat dikelabui terbuat dari apa hatimu?

Perlu disadari, orang beriman dan alim (salah satunya berupa mengenali diri sendiri sekaligus mengenali Allah) merupakan manusia pilihan. Bahkan, boleh jadi orang tersebut menjadi bagian kekasih Allah atau yang disebut waliyullah. Di mana, barang siapa yang memusuhi atau memerangi kekasih-Nya itu sama saja menantang Allah. Sungguh mengerikan.

Kalau memang dirasa tidak cocok, tidak setuju, atau menganggap pendapat maupun sikap seorang tokoh agama keliru (apalagi itu "hanya" menyangkut selain masalah aqidah) sebaiknya tahan diri. Tak perlu begitu agresif mengintimidasi. Biarlah sesama ulama yang satu sama lain saling menasihati. Orang awam yang masih butuh banyak belajar sebaiknya diam.

Di bawah ini sebuah kisah hikmah tentang kelakuan orang terhadap orang beriman dan alim yang kurang ajar demi memenuhi nafsu pribadi:

Setelah mengimami sholat di Musholla dekat rumah, Ustadz Faza yang sudah berusia 50-an tahun tampak kebingungan mencari sandalnya. Lantas, datanglah si Bayu yang merupakan anak muda lulusan SMA yang sering nongkrong di sekitaran Musholla.

Bayu berkata "Ada apa Ustadz?"

Ustadz Faza menjawab "Sandal saya hilang nih Mas Bayu."

Bayu menimpali "Oh, tadi saya lihat diambil Maesaroh anaknya pak Ustadz."

Ustadz Faza berujar "Boleh minta tolong tidak, untuk diambilkan, soalnya jalanan lagi becek."

Bayu merespon "Siap Ustadz."

Ustadz Faza menanggapi "Terima kasih ya."

Dengan langkah cekatan si Bayu menuju kediaman Ustadz Faza. Kemudian, menghampiri Maesaroh yang sedang menyapu di teras rumah.

Bayu menyapa "Assalamualaikum Ning Mesa."

Maesaroh : "Walalikumsalam, iya Mas Bayu ada apa ya?

Bayu : "Begini Ning, mungkin kamu tak percaya, tadi Abahmu 

Ustadz Faza menyuruh kamu agar memberikan tanganmu untuk aku pegang."

Maesaroh : "Enggak mungkin Abah bilang begitu, ngaco kamu."

Bayu: "Ya udah kalau tak percaya."

Tiba-tiba, tanpa aba-aba Bayu teriak ke arah Mushola

Bayu: "Pak Ustadz, tidak dikasih sama Ning Mesa."

Ustadz Faza: "Mesa, cepat dikasih segera!"

Melihat muka ayahnya yang serius dan mendengar suara ayahnya yang bernada agak tinggi bikin Maesaroh ciut nyali.

Bayu: "Mana tanganmu, mau aku pegang, kata Pak Ustadz tadi tangan kanan dan kiri."

Maesaroh: "Kok jadi aneh begini, aku jadi curiga."

Bayu: "Ya udah kalau tidak percaya, aku lapor Pak Ustadz lagi nih."

Maesaroh: "Pokoknya ogah!"

Bayu: "Pak Ustadz, hanya dikasih sebelah sama Ning Mesa."

Ustadz Faza: "Mesa, kasih semuanya jangan hanya sebelah, cepat buruan!"

Ternyata yang menyembunyikan sandal adalah si Bayu sendiri. Akal busuk di atas sudah direncanakan matang olehnya sejak lama.


Hikmah Kisah Ustadz Faza, Ning Mesa, dan Bayu di Atas

Cerita lucu di atas memang mengandung unsur cabul alias mesum. Akan tetapi, tatkala dicermati mendalam bakal menyadari ada kandungan hikmah yang berharga. Salah satunya, seseorang yang gampang percaya dan menyerahkan urusan pada orang yang dikenal justru kadang dikelabui dengan dampak kerugian amat fatal. Sebaliknya, ketika tidak memberikan kepercayaan mengemban tugas tertentu kepadanya berisiko memperoleh caci maki.

Itulah yang sebenarnya terjadi pada kehidupan kita sekarang ini. Di mana, tokoh agama hanya dijadikan alat (lebih tepatnya diperalat) untuk mencapai tujuan nafsu duniawi. Kalau ada kesalahan, kerugian, ataupun konflik serta-merta segala tanggung jawab dilemparkan ke tokoh agama. Namun, jika ada keuntungan yang didapat maka tokoh agama cuma kebagian sedikit. Intinya, ulama hanya dijadikan kambing hitam.

Lebih detail, Pak Ustadz Faza sudah memberi kepercayaan pada Bayu. Di sisi lain, Maesaroh "percaya" begitu saja pada Abahnya Ustadz Faza tanpa terlebih dahulu meminta keterangan atau penjelasan secara jelas dan pasti sehingga dapat terhindar dari bias atau salah paham. Kalau dipikir pakai akal, mana mungkin seorang tokoh agama membiarkan tangan putrinya disentuh lelaki non mahram?

Sayangnya, berhubung Pak Ustadz terlanjur percaya pada Bayu akhirnya terjadilah kesalahpahaman.

Itulah, cerita fiktif (karangan) yang penuh hikmah tentang tokoh agama yang diperdayai oleh orang awam yang tak paham agama. Semoga bermanfaat.

[BanjirEmbun/18/05/24]



Ilustrasi putri seorang Ustadz (sumber Pixabay.com/ milaoktasafitri)





Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Kisah Hikmah Tentang Mengelabui Orang Beriman dan Alim untuk Nafsu Semata"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*