Muke gile? Itulah ungkapan yang kadang ditujukan pada seseorang yang tak tahu diri, enggak sadar diri, dan tidak sadar posisi. Sebab, sebagaimana yang sudah-sudah, kelakuan dia bikin risih. Jangankan mengobrol dengannya, sekadar melihat mukanya saja sudah bikin jengah. Intinya, berdekat-dekatan dengannya sungguh bikin hilang selara makan.
Padahal, makan merupakan hal yang menyenangkan. Apalagi suguhan alias hidangan kuliner tersebut model prasmanan dengan aneka pilihan menu yang lezat. Diimbuhi, ada sejumlah orang lain yang turut menikmati bersama-sama sembari bercanda tawa riang gembira. Nahas, ketika muka dia muncul di hadapan mata bikin rasa bahagia itu tiba-tiba sirna.
Mukanya sungguh memuakkan. Mau menolak untuk melihat nyatanya tetap saja sulit menghindar. Malah, semakin menunjukkan adanya permusuhan. Meski, kita sebenarnya tidak memusuhi, karena dia yang memusuhi kita, mau tidak mau kita kadang harus meladeni perbuatan buruknya.
Sayangnya, terlanjur "percaya diri" bakal enggak bertemu dengannya ternyata tak dinyana dia nongol juga. Alhasil, berhubung tanpa ada persiapan sebelumnya akhirnya bingung harus berbuat apa. Mau langsung meninggalkan tempat pun bingung mau ke mana?
Selain itu, mimik muka dan gestur kita juga menunjukkan rasa tak nyaman. Tentu, orang sekitar yang memahami akan langsung menilai bahwa kita sedang tidak baik-baik saja. Di sisi lain, bagi orang yang membenci kita sesudah tahu gelagat "kaget" seperti itu tentulah langsung memprovokasi atau pun mengintimidasi kita.
Dari sini, dapat diambil pelajaran. Sebaiknya "tandai" wajah orang yang telah memusuhi kita. Kelak, saat bertemu kembali membuat kita betul-betul siap menghadapinya. Tahu persis langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh setelah tiba-tiba tak sengaja melihat mukanya. Tidak ada lagi sifat grogi dan perasaan tertekan.
Sebaliknya, akan jauh lebih terencana secara matang dalam menghadapinya yang serta-merta muncul. Selain itu, mampu dengan tepat dan cerdas dalam mengambil sikap. Menjadi lebih santai, kepala tegak menunjukkan kekuatan yang tak mau diperdaya, dan kapan pun tatkala dibutuhkan enggak ragu untuk bersikap tegas.
Intinya, buat apa membiarkan mental terluka gara-gara melihat seorang "sampah" yang memusuhi kita? Padahal kita tidak salah. Padahal kita sudah mencoba berbuat baik padanya. Padahal kita telah berperilaku biasa-biasa saja demi memperlihatkan seolah keadaan sedang baik-baik saja. Justru, dia mengumbar fitnah dan jadi kompor yang menyudutkan kita.
[BanjirEmbun/25/05/24]
|
Ilustrasi muka orang yang memusuhi kita (Sumber Pixabay.com/ Jozefm84) |
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Kalau Risih dengan Kelakuan Orang yang Memusuhi Kita, Tandai Wajahnya Lantas Tinggalkan Dia Saat Bertemu Kembali"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*