Walau statusnya pengangguran, orang yang sedang nganggur (kalau dia masih punya harga diri tinggi) bakal marah ketika disebut sebagai beban orang tua. Sayangnya, di era digital seperti sekarang ini rasa malu semacam itu sudah mulai redup. Menjadi pengangguran bukan lagi disebut sebagai aib. Justru, terbilang cukup banyak orang yang bangga saat mempunyai status sebagai kaum rebahan.
Dengan maksud lain, orang menganggur ada dua macam. Pertama, menganggur karena terpaksa. Kedua, menganggur disebabkan oleh pilihan hidup. Di mana, untuk yang nomor dua tersebut banyak ditemukan pada generasi muda yang layak disebut usia produktif. Tentunya, umur segede itu sangat baik untuk mencari pengalaman hidup dalam misi mengembangkan diri.
Baca juga: Jadi Blogger Adalah Pekerjaan Pengangguran? Mari Kita Cek Faktanya
Nah, untuk artikel sekarang ini difokuskan pada orang yang menganggur tipe kedua. Apa yang menyebabkan seseorang memilih jadi pengangguran?
1. Ogah jadi Kacung, Babu, Pelayan, atau Jongos
Gengsi tinggi merupakan masalah yang mendera anak muda zaman sekarang. Mereka ogah dipekerjakan oleh orang yang membayar dengan angka yang dianggap tidak pantas sesuai dengan apa yang telah dituntaskan untuk diberikan pada tempat kerjanya. Bagi mereka, juragan yang seperti itu cuma memandang para pekerja sebagai sapi perahan. Hanya peduli tentang uang, tetapi enggak mau tahu soal kemanusiaan.
2. Punya Orang Tua yang Memanjakan
Meski tingkat ekonomi orang tua bukan golongan menengah ke atas, sayangnya banyak yang memberlakukan anaknya tak semestinya. Bukan malah mendidik secara benar, yang ada memanjakan anaknya. Misalnya berkata "Kalau gaji pekerjaanmu cuma segitu, mending di rumah saja. Aku masih sanggup memberi makan sekaligus membelikanmu kuota internet!" Alhasil, anaknya jadi besar kepala.
3. Punya Aset yang Mumpuni untuk Menganggur Bertahun-tahun
Pengangguran model ketiga ini merupakan orang yang sudah mapan ekonominya. Baik dari hasil pekerjaan sendiri di masa muda dahulu maupun dari hibah serta warisan orang tuanya. Berhubung dia sangat jago dalam manajemen keuangan, membuat hidupnya jadi lebih tertata. Kelihatannya tak bekerja, nyatanya aset yang dimiliki menghasilkan uang secara diam-diam (financial independence).
4. Butuh Jeda Waktu untuk Melanjutkan Cari Kerja atau Mempersiapkan Diri Membuka Usaha Mandiri
Jeda setelah berjuang keras memang sangat penting. Kendati demikian, durasi istirahat sesudah "berdarah-darah" antara satu orang dengan orang lain berbeda-beda. Ada yang butuh satu pekan, satu bulan, sampai tiga bulan. Ironisnya, lantaran terlanjur keenakan menganggur akhirnya keterusan menikmati gabut dalam waktu lama. Boleh dibilang, perilaku seperti itu disebut berputus asa.
5. Ingin Menikmati Masa Muda Dulu
Mumpung masih muda, tidak ada salahnya untuk menikmati hidup. Itulah pernyataan yang kerap dilontarkan kaum muda. Tanpa sadar diri atau tahu diri bahwa latar belakang lingkungan (khususnya keluarganya) tidak terlalu mendukung guna berbuat seperti itu. Padahal, di masa depan kelak tantangan hidup yang harus dihadapi jauh lebih mengerikan ketika terus-terusan terlena menganggur.
6. Punya Sifat Pemalas dan Oportunis
Seseorang yang sifat dasarnya memang malas, semiskin serta punya tanggung jawab sebesar apapun kalau di beri pekerjaan tetap malas-malasan. Baginya, kewajiban kerja dianggap sebagai beban yang "meresahkan" jiwa sehingga sebisa mungkin dikerjakan seminimal-minimalnya. Nah, tatkala ada peluang untuk berbuat curang serta melihat jalan pintas agar memudahkan diri bakal diambil secepatnya.
7. Memiliki Lingkaran Pertemanan Sesama Pengangguran serta Pemalas
Buat apa punya teman namun enggak memberikan inspirasi supaya menjadi manusia yang inovatif, kreatif, dan produktif? Diimbuhi lagi temannya itu kerap mentraktir dan mengajaknya untuk pesta atau bersenang-senang. Temanmu adalah cermin yang menggambarkan siapa dirimu yang sesungguhnya. Akan tetapi, saat menerima risiko akibat berteman dengan mereka janganlah menyalahkan teman. Salahkan diri sendiri kenapa berteman dengan mereka.
[BanjirEmbun/21/05/24]
|
Ilustrasi pengangguran (sumber Pixabay.com/ Mohamed_hassan) |
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Faktor Internal dan Eksternal Membikin Seseorang Pilih Menanggur"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*