Banjirembun.com - Perumahan cluster adalah kawasan pemukiman warga yang terdiri dari rumah pribadi yang memiliki model dan tipe bangunan yang sama persis sehingga muka depan tidak boleh direnovasi oleh pemiliknya, ada taman umum yang terawat, hanya ada satu portal pintu gerbang keluar-masuk yang aktif baik secara manual ataupun otomatis, pos keamanan yang aktif, serta terdapat aneka fasilitas maupun layanan lain yang memanjakan.
Dari penjelasan di atas, tak perlu heran ketika ada rumah yang berukuran sama dengan spesifikasi tanah maupun bangunan yang sama, tetapi nyatanya harganya berbeda jauh. Hal tersebut lantaran rumah yang dibeli terletak di area perumahan cluster. Di mana, umumnya perumahan bergaya cluster kerap dibangun oleh developer besar dan terkenal. Tentunya, pengelolaan after sales pun profesional.
Baca juga: Perbedaan Perumahan Cluster dan Non Cluster
Berbeda halnya dengan perumahan yang kelasnya berada di bawahnya dengan harga kisaran 168-an juta hingga 250 juta. Rumah di kompleks seperti itu tentu tak boleh dibandingkan dengan perumahan cluster. Baik itu dari segi kualitas SDM para penghuninya yang tidak sepadan maupun tingkat ekonominya yang tak selevel. Biasanya, pemilik rumah di kawasan cluster kemampuan ekonominya sudah mapan alias stabil dan ber-SDM unggul.
Dari sini, dapat dipahami bahwa mungkin saja dengan tinggal di perumahan cluster bagi sebagian orang yang bermuka baja sungguh tidak enak karena terlalu damai dan amat menenangkan untuk ditinggali. Oleh sebab itu, bagi siapapun yang tidak memiliki duit banyak dan anti kenyamanan sebaiknya tak usah membeli di perumahan cluster. Daripada nanti ke depannya menyesali dan mengalami gangguan mental.
Bagaimana tidak bikin kesal? Suara musik dengan sound keras dari tetangga sebelah rumah maupun aksi di jalanan tidak ada sama sekali. Tentu suasana jadi sepi bukan? Belum lagi, para penghuninya tidak akan mencampuri urusan hidup tetangganya. Enggak ada fitnah dan ghibah di antara mereka. Fakta seperti itu, bagi orang yang bermuka baja bakal merasa seolah berada di planet lain. Sambil membatin "Kok hidup aneh begini ya tidak ada tantangannya sama sekali?"
Ditambahi lagi, di perumahan cluster juga enggak ada persaingan popularitas maupun rebutan pengaruh agar memperoleh posisi tertinggi pada kasta interaksi sosial antar sesama penghuninya. Tidak ada penghuni di dalamnya yang merasa dikucilkan atau disingkirkan oleh sesama pemilik rumah cluster. Semua merasa nyaman, aman, dan tentram. Kenyataan itu, bagi orang yang suka cari masalah serta mencari gara-gara bakal merasa terhina ketika tinggal di perumahan cluster lantaran hidupnya merasa sunyi.
Selain itu, enggak enaknya tinggal di perumahan cluster dengan harga minimal 600-an juta bagi orang bermuka tebal adalah hidup jadi terasa hampa. Di malam hari, enggak ada suara dentingan satpam yang memukul tiang besi telkom. Tak ada anak-anak komplek yang ngobrol bergerombol dengan candaan yang bersuara keras. Diimbuhi lagi, umumnya jalan di perumahan cluster ukurannya sangat lebar sehingga menambah suasana tampak hening.
Parahnya lagi, di perumahan cluster tidak ditemukan jemuran tetangga yang diletakkan di depan rumah. Baik itu di dalam pagar maupun di luar pagar. Bagi orang bermata tebal tentu itu sungguh bikin menimbulkan ganjalan di batin, sembari curiga "Itu tetangga apa enggak pernah mencuci baju, kok tidak pernah melihat mereka meletakan jemuran handuk maupun hasil cucian di depan rumah?"
Percayalah, tinggal di perumahan cluster itu tidak seru! Khususnya bagi orang yang punya keinginan untuk mendengar kegaduhan dari suara-suara tak penting, melihat pemandangan "harta karun pribadi" milik tetangga, ingin kepoin atau mencampuri urusan tetangga, punya hobi menggosipin tetangga, sampai tak bisa berhutang kepada tetangga. Sambil mengumpat gara-gara hidupnya terasa asing "Ah goblok, hidup damai yang seperti ini bukanlah budaya masyarakat kita!"
Baca juga: Tipe Tetangga yang Bikin Mati Muda karena Susah Tidur dan Enggak Betah Tinggal di Rumah
Sebagai penutup, maksud istilah "bermuka baja" di atas ialah orang yang sudah teruji ketangguhannya dalam menangani konflik saat bersosialisasi atau bermasyarakat. Dia sudah memiliki kuping tebal, muka tebal, mata tebal, dan bermulut tebal sehingga kebal serta anti galau saat bersinggungan dengan sesama. Alhasil, ketika kemudian hari menetap di perumahan cluster bakal tidak betah lantas ingin pindah ke tempat semula kembali supaya hidupnya jadi lebih berwarna.
Orang bermasalah memang suka membuat masalah! Jauhi dan tinggalkanlah orang yang bermasalah!
[BanjirEmbun/23/05/24]
|
Ilustrasi perumahan cluster dengan harga di atas 2,5 miliar rupiah (Sumber Pixabay.com/ wendysaputra11) |
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Enggak Enaknya Tinggal di Perumahan Cluster Harga 600-an Juta, Terlalu Damai untuk Orang Bermuka Baja"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*