Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Beda Juragan Beda Gajinya, Atasan yang Salah Bawahan yang Ikut Bersih-bersih Masalah

 Janganlah meludah di sumur tempat untuk minum dan memasak yang diberikan kepada keluarga sendiri. Jaga nama baik tempat kerja serta peliharalah perilaku maupun kualitas pekerjaan di mana saja berada. Tempat kerjamu mungkin tidak bisa membuatmu kaya, tetapi bisa membiayai hidupmu sehari-hari.

Ketiga pernyataan di atas merupakan bentuk motivasi atau nila-nilai profesionalitas dalam bekerja yang cukup mudah ditemukan pada media sosial. Kalimat itu biasanya diucapkan oleh manajer, mondor, atau calo pekerja terhadap para pekerja agar tidak mengecewakan juragan yang membayar hasil pekerjaan mereka.

Bagi orang yang sadar diri dan tahu diri pasti memahami ucapan tersebut sebagai bentuk nasihat. Namun, bagi pekerja yang hanya mau enaknya, misalnya yang penting dapat duit, akan menganggap pesan penyemangat itu sebagai angin lalu. Kadang pula, dikatakan sebagai produk "moralitas palsu" dari kapitalisme gaya baru.

Disarankan, bila beban kerja (perjuangan waktu, tenaga, pikiran, dan mental yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas atau perintah) masih manusiawi maka teruslah melangkah. Bekerjalah sesuai dengan apa yang menjadi tugas, pokok, fungsi, dan SOP (Standar Operasional Prosedur). Dikerjakan sewajarnya tanpa berlebihan.

Takutnya, terlanjur semangat kerja ternyata juragan tidak perhatian. Terlanjur kena sakit gara-gara capek, nyatanya atasan mengabaikan lalu mengganti dengan pekerja lain yang sehat. Terlanjur rawat jalan di pusat kesehatan, ternyata juragan jalan-jalan. Hal seperti itu cocok disebut bekerja atau sedang dikerjain?

Beda Juragan Beda Karakter Memberlakukan Pekerja

Beda juragan sudah barang tentu sangat beda pula gajinya. Beda atasan beda karakter dalam memberlakukan pekerja. Di mana, ketika ada bawahan yang sangat aktif bekerja melebihi pekerja lain bukannya diberi apresiasi justru dieksploitasi besar-besaran. Dia pikir karyawan itu bodoh sehingga bisa diperbudak alias diperas keringatnya sampai habis.

Ada juga atasan yang telah berbuat kesalahan lantaran kebodohan sendiri, tetapi seolah-olah bawahan harus juga ikut bertanggung jawab atas kesalahan tersebut. Pekerja dilibatkan secara langsung untuk bersih-bersih masalah yang diakibatkan oleh perbuatan atasan. Kalau mendapat imbalan upah tambahan (bonus) yang pantas masih mending. Bawahan malah senang.

Jadi, perilaku tak sadar diri dan tak tahu diri bukan hanya dilakukan oleh orang miskin dan yang butuh kerja. Melainkan, orang berduit pun bisa kehilangan kehormatan dan martabat gara-gara harga dirinya ditukar dengan uang yang "diperas" dari para pekerja. Oleh sebab itu, jadilah pekerja yang cerdas. Intinya, jangan menzalimi dan jangan mau juga dizalimi.

Selain itu, tidak boleh fanatik dan terlalu tergantung pada tempat kerja. Dilarang berharap banyak pada tempat kerja ke depannya nanti bakal menghidupi selamanya. Suatu saat pasti ada kondisi krisis yang menyebabkan ada pengurangan pekerja. Belum lagi, kalau ada bonus maupun kerjaan tambahan ke luar kota dengan semua biaya ditanggung tempat kerja, apakah dipastikan bakal kecipratan?

[BanjirEmbun/24/05/24]

Ilustrasi robot yang bekerja keras demi juragan (Sumber Pixabay.com/ tes112)






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Beda Juragan Beda Gajinya, Atasan yang Salah Bawahan yang Ikut Bersih-bersih Masalah"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*