Selama ini pengeluaran tak terduga yang tentu tidak dapat diprediksi, kerap kali dikaitkan dengan keperluan atau urusan yang hanya menyangkut diri pribadi. Padahal, sebagai makhluk sosial semestinya tidak boleh egois sehingga disediakan pula anggaran mendadak untuk membantu maupun sekadar memberi hadiah kepada sesama. Tidak harus berupa duit, tetapi bingkisan sederhana juga bukan masalah asalkan pantas.
Kalau memang diperlukan, sebaiknya pisahkan anggaran pengeluaran tak terduga antara untuk keperluan pribadi dengan yang hendak disalurkan kepada orang lain. Tujuan pemisahan seperti itu ialah agar tidak menyingkirkan atau mengabaikan tentang pentingnya menyimpan uang guna diberikan pada orang lain dalam kondisi-kondisi mendadak yang sangat penting. Dengan begitu, terdapat persiapan matang untuk berbagi pada sesama.
Bayangkan, sebuah hubungan kekerabatan/kekeluargaan maupun persaudaraan/pertemanan sesama insan kemungkinan besar menjadi retak gara-gara sikap pelit yang dilakukan. Apalagi, tatkala itu merupakan tetangga dekat. Tentu sikap ogah mengeluarkan duit tersebut, yang tentunya dapat bermanfaat untuk menjaga kestabilan sosial, akan berisiko fatal ketika tetap dilakukan terus-menerus. Misalnya, dikucilkan dan tidak diberi layanan serta fasilitas sosial.
Berikut ini delapan jenis pengeluaran uang secara tak terduga untuk mencegah diri merasa bersalah maupun malu akibat pelit:
1. Keperluan Menjenguk Orang Sakit, Lahiran, dan Khitan
Menjenguk orang sakit, orang baru lahiran, dan anak yang baru dikhitan tanpa membawa apa-apa alias tangan kosong sangat tidak dianjurkan. Kalau memang tidak ingin berwujud uang lantaran takut "terlihat" sedikit, setidaknya memberikan makanan atau barang-barang yang dibutuhkan sesuai keadaan orang yang dijenguk. Dengan memberi bingkisan seperti itu, uang "mentah" yang awalnya tampak sedikit bakal menjadi berarti saat diwujudkan benda kebutuhan sehari-hari.
2. Kegiatan Melayat
Bagi tetangga dekat, umumnya saat melayat dicukupkan dengan membawa bahan mentah kebutuhan pokok seperti beras. Itupun dilakukan oleh ibu-ibu. Adapun bapak-bapak tetangga rumah cukup membawa badan lantas berangkat turut melayat ke kediaman yang berduka. Nah, berbeda halnya didapati orang yang dilayat ternyata lokasinya jauh tentulah sepantasnya untuk membawa bingkisan sebagai bentuk nyata berbela sungkawa.
3. Menghadiri Hajatan Nikah
Menghadiri acara nikah tanpa membawa amplop yang berisi uang amat berpotensi besar menimbulkan konflik berkepanjangan. Bukan hanya durasi perselisihan yang lama, tetapi tingkat permusuhan yang terjadi juga sangat sengit. Diperparah lagi, di kala sebelumnya memang sudah ada bibit-bibit ketidakcocokan. Bahkan, dalam istilah masyarakat tertentu pemberian dan penerimaan amplop itu disebut sebagai "arisan" yang artinya uang diganti sesuai dengan apa yang diterima.
4. Pengobatan Sakit Ringan Maupun Luka Ringan
Sakit ringan seperti flu, alergi, atau sejenisnya bagi orang tertentu tidak cukup diobati dengan obat warung. Harus ditangani oleh mantri (perawat) atau dokter. Kalaupun membeli obat sendiri, belinya juga di toko obat besar seperti apotek. Begitu pula dengan luka ringan yang kadang butuh antibiotik maupun antiseptik yang harganya tentu tidak murah bagi kalangan kelas bawah. Minimal uang 30-an ribu harus dikeluarkan untuk sekali berobat.
5. Perawatan Kendaraan
Kendaraan butuh perawatan rutin. Baik itu yang bisa diprediksi maupun yang diluar prediksi. Terkadang ban roda mengalami bocor, lampu utama mati, rantai tipis sehingga berbunyi, dan lain-lain. Memang bagi sebagian orang, mengganti ataupun memperbaiki kendala pada kendaraan bisa ditunda dulu. Namun, bagi pekerja lapangan dan pihak yang merasa risih menggunakan kendaraan yang mengeluarkan suara tentu akan pilih menanganinya ke bengkel.
6. Mengganti Rugi Hilang atau Rusak
Mengganti rugi barang yang hilang atau rusak yang dipinjam dari orang lain sungguh wajib dilakukan. Kalau memungkinkan diberi kelebihan dari total ganti rugi yang harus ditunaikan sebagai bentuk nyata kesungguhan meminta maaf. Begitu pula, ketika mengalami kecelakaan di jalan raya. Kadang selain menyiapkan duit guna memperbaiki kendaraan sendiri, harus siap ganti rugi di kala nyatanya berposisi sebagai pihak yang salah.
7. Keperluan Transportasi, Konsumsi, dan Penginapan
Transportasi (menyewa kendaraan atau membeli BBM), uang makan serta minum, dan penginapan terkadang diperlukan ketika perjalanan jauh. Bukan cuma untuk urusan pekerjaan maupun berwisata. Demi ingin bertemu dengan seseorang yang lokasinya jauh juga penting untuk dipersiapkan. Jangan sampai tidak menghadiri atau bertemu dengan alasan gara-gara tak punya tumpangan kendaraan maupun uang saku. Bahkan, untuk menumpang pun semestinya tak gratis 100%.
8. Menghutangi, Menyumbang, dan Memberi pada Orang yang Meminta-minta
Ada kalanya keluarga atau teman dekat datang kepada kita untuk berhutang. Kalau memang orang tersebut memang layak dan dapat dipercaya, tidak ada salahnya memberikan hutangan dengan nominal sesuai kemampuan. Tidak boleh memaksakan diri dalam menghutangi. Misalnya, jika orang itu hendak berhutang dengan nilai 1 juta tetapi hanya mampu memberi 100 ribu maka jangan ragu untuk menghutangi 100 ribu. Dengan begitu, tatkala uang seratus ribu tidak balik enggak bikin hati dongkol.
Begitu pula, hindari memaksakan diri bersedekah uang dalam jumlah yang besar. Bersedekahlah bertujuan untuk taat pada ajaran agama. Bukan untuk adu gengsi alias jor-joran supaya memperoleh pujian. Kasus seperti itu sering dijumpai pada lembaga atau petugas pemungut sumbangan yang datang dari satu rumah ke rumah lain di perkampungan. Dengan menunjukkan, catatan nominal uang yang disumbangkan oleh para tetangga.
|
Ilustrasi tabungan untuk pengeluaran uang tak terduga (sumber Pixabay.com/ IqbalStock) |
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "8 Jenis Pengeluaran Uang Tak Terduga yang harus Dipersiapkan Berupa Tabungan Agar Tak Bikin Malu"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*