Barang kali orang yang mengharapkan segera terjadi Perang Dunia III tidak pernah memahami dengan sungguh-sungguh sejarah masa lalu tentang betapa mengerikan kondisi masyarakat bumi saat Perang Dunia I dan II sedang berlangsung. Belum lagi, sekarang ini didapati perkembangan teknologi militer (terutama terkait persenjataan) yang sangat pesat. Jauh lebih canggih dan mematikan.
Lebih lanjut, dengan melihat formasi kubu-kubaan alias blok-blokan beberapa negara di dunia sekarang ini, serta siapa saja yang berpotensi bakal terlibat aktif dalam Perang Dunia ke-3, dapat diperkirakan dampak kerusakan dan korban jiwa jauh lebih besar dibanding peperangan jenis apa pun di kehidupan manusia sebelumnya.
Dengan kata lain, jika perang skala terbesar di bumi terulang kembali untuk ketiga kalinya maka dimungkinkan tak ada satu negara pun yang akan terlewatkan oleh efek negatif dari peperangan itu. Bahkan, sekalipun untuk negara-negara yang tidak mendapatkan serangan langsung dari negara lain juga berpeluang besar terkena imbas.
Bayangkan, tidak perlu penggunaan senjata nuklir dalam jumlah 100%, penggunaan 20% saja dari seluruh ketersediaan senjata nuklir di dunia sudah mampu menimbulkan gangguan cuaca dan polusi berkepanjangan. Apalagi, diimbuhi ratusan ribu senjata drone "bunuh diri" beserta rudal canggih yang digunakan untuk menyerang.
Selanjutnya, potensi baku hantam antar negara bukan cuma terjadi di permukaan bumi. Di luar angkasa kegiatan saling menghancurkan pun diterapkan. Seluruh satelit strategis, utamanya satelit militer, bakal dihancurkan oleh lawan. Ujungnya, satu sama lain saling menghancurkan satelit. Akibatnya, bisa muncul fenomena hilang sinyal di mana-mana. Begitu pula, frekuensi siaran berita lenyap.
Tak mengherankan, Albert Einsten menyebutkan "Aku tidak tahu senjata apa yang digunakan dalam Perang Dunia ke-3, tetapi Perang Dunia ke-4 menggunakan tongkat dan batu." Ungkapan tersebut menyiratkan bahwa perang tingkat global yang berlangsung totalitas di masa depan bakal melenyapkan seluruh teknologi canggih.
Lantas, kenapa masih ada orang yang mengharapkan terjadinya Peran Dunia III? Alasan pertama, barang kali dia sudah enggan untuk melanjutkan hidup. Banyak hal yang terjadi pada hidupnya yang membikin ia jengah dan muak terus bertahan. Di sisi lain, mau mati sendirian masih segan. Dia berharap semua orang juga ikut mati bersama-sama dengannya.
Kedua, disebabkan kecanduan game militer atau peperangan serta terpengaruh oleh tayangan film aksi. Dia pikir negaranya bakal aman, tentram, dan tak berdampak atas Perang Dunia ke-3. Ia mengira akan dapat menonton bersama orang terdekat terkait "keseruan" perang skala internasional itu. Nyatanya, boleh jadi tiba-tiba negara mengadakan program wajib militer.
Ketiga, mendukung serta meyakini bahwa negara yang dijagokan dalam peperangan bakal menang. Harapan "palsu" tersebut belum tentu terwujud. Bisa saja, hal sebaliknya terjadi. Negara yang diperkirakan menang justru hancur lebur tanpa sisa. Jangankan pemerintahan dan kedaulatannya, malah peradaban modern milik masyarakat akhirnya ikut musnah.
Keempat, mengharapkan tatanan dunia yang baru. Orang yang mendukung poin ke-4 ini percaya bahwa setelah terjadi peperangan besar akan muncul tatanan baru. Tentunya, juga menganggap bahwa penggunaan nuklir merupakan cara terbaik untuk menata dunia. Padahal, hal lebih buruk sangat mungkin terjadi pada bumi.
Kelima, terprovokasi oleh informasi yang ambisius dan tendensius. Lebih parah lagi, menelan mentah-mentah teori konspirasi maupun cocoklogi terkait "ramalan" dunia di masa depan. Menyimpulkan bahwa Perang Dunia III merupakan takdir manusia yang harus dijalani. Tidak bisa dihindarkan.
[BanjirEmbun/28/05/24]
|
Ilustrasi penggunaan robot untuk Perang Dunia III (Sumber Pixabay.com/ Computerizer) |
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Alasan Seseorang Mengharapkan dan Senang Perang Dunia ke-3 Segera Terjadi"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*