Ini bukan sekadar membicarakan tentang kisah cinta. Bukan pula terkait kisah persahabatan yang diliputi dengan penuh gurauan yang bikin tertawa riang bersama-sama. Lebih dari itu, nyatanya tak sedikit kasus menyayat hati di masa lalu berpeluang besar terjadi. Yakni, seputar cerita pilu di sekolah dan kuliah yang diliputi dengan drama kesedihan. Bahkan, tak sedikit insan yang mengalaminya.
Di antara bentuk penderitaan zaman dahulu ketika masih berstatus menjadi pelajar seperti di atas di antaranya meliputi uang saku yang sedikit dibanding temannya, dikucilkan teman, dikhianati teman, dirundung (bullying) teman, gagal masalah percintaan, dan lain sebagainya. Intinya semua itu menyangkut sesuatu yang menimbulkan trauma alias kenangan buruk yang sulit dilupakan meski hingga masa sekarang.
Dalam sejumlah ajaran kebijaksanaan, tentunya termasuk pula ajaran agama, memaafkan orang lain merupakan salah satu sikap unggul atau akhlak luhur yang paling tinggi derajatnya. Tentu, sebelum memaafkan orang lain sangat disarankan memaafkan diri sendiri terlebih dulu. Maksudnya, harus introspeksi diri agar bisa menemukan kesalahan diri!
Boleh jadi, perlakuan buruk dari orang-orang saat sekolah dan kuliah di atas disebabkan oleh perilaku negatif dari diri pribadi sendiri. Misalnya, lantaran punya sifat egois dan terlalu asik dengan dunia sendiri sehingga memaksakan orang lain harus mengikuti alur cerita hidupnya. Alhasil, banyak orang pada zaman dulu yang tidak nyaman dengan perilakunya itu.
Nah, inilah saatnya untuk membuka lembaran baru. Hindari merasa menjadi pihak yang paling benar sendiri, paling terzalimi, serta menganggap hidupnya diliputi penuh perjuangan maupun pengorbanan. Sedangkan, orang lain di masa-masa lalu sebagai kalangan yang patut disalahkan. Apalagi "menuduh" mereka hidupnya penuh kenikmatan ataupun kemudahan.
Inilah kehidupan dunia! Jumlah manusia 8 miliar lebih. Dari sekian banyak orang yang hidup tersebut, yang mengalami penderitaan atau kesusahan hidup bukan satu atau dua manusia saja. Oleh sebab itu, janganlah sempitkan pikiran serta hindari mengecilkan jangkauan langkah supaya bisa menemukan hal-hal baru. Artinya, berkutat secara fisik maupun mental pada masa lalu berakibat dapat menyiksa diri.
Lebih lanjut, jika masa lalu susah dilupakan maka carilah teman dan tempat lain yang masih banyak jumlahnya untuk dipilih sebagai tambatan hidup. Hijrahlah ke luar kota yang jauh dari tempat sekolah dan kuliah di masa lalu. Bukalah kehidupan baru di sana. Temukan suasana baru yang sesuai dengan impian serta idealitas saat masa-masa proses pendidikan tersebut.
Kaidahnya sederhana yaitu "Lebih baik kehilangan teman berjumlah ribuan, tetapi bikin hati tenang dan bahagia daripada mempertahankannya hanya demi mendapatkan status sebagai orang yang punya 'banyak teman'. Buat apa banyak teman tetapi merugikan kesehatan mental?" Oleh sebab itu, pilih-pilihlah dalam mencari teman untuk dijadikan sebagai lawan bicara.
Terima kasih banyak sudah membaca. Semoga bermanfaat.
|
Ilustrasi ruang belajar pada pendidikan formal (sumber gambar Pixabay.com/ WOKANDAPIX) |
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Teman Sekolah dan Kuliah di Masa Lalu Biarlah Berlalu, Saatnya Membuka Lembaran Baru"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*