Sifat munafik bisa dialami oleh siapa saja. Tanpa terkecuali oleh kaum miskin yang terkesan sebagai kalangan tertindas. Munafik adalah usaha untuk berpura-pura menjadi seperti yang diinginkan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya, tetapi sebenarnya ingin sekali mengingkari sehingga dalam hatinya bertolak belakang dengan apa yang dilakukan.
Kaum munafik layaknya seperti bunglon yang pandai menempatkan diri yang salah satu tujuannya untuk menyelamatkan muka sendiri, menerima pengakuan dari pihak-pihak lain, mendapatkan keamanan dari sekitar, memperoleh fasilitas maupun layanan di lingkungan dia berada, hingga bisa beraktivitas normal layaknya manusia lainnya.
Salah satu ciri orang munafik di antaranya meliputi gemar menggosip (ghibah) alias membicarakan orang dari belakang, berperilaku baik saat di depan serta ketika di belakang bersikap sebaliknya yang menunjukkan hasrat besar membenci, sering berbohong (tidak dapat dipercaya) atau berkelit terutama ketika dimintai pertanggungjawaban, hingga memiliki mulut yang sangat runcing yang menyebabkan rasa sakit di hati.
Berikut ini 5 bentuk kemunafikan kaum miskin ketika memandang orang kaya:
1. Mengolok-olok Orang Kaya saat Tak Diberi Sedekah dan Zakat
Anjing akan tetap menggonggong ketika tak diberi tulang. Itulah peribahasa untuk menenangkan/mendiamkan mulut orang yang berbicara jahat kepada sesama. Sayangnya, bagi sebagian orang masih saja tidak bersyukur ketika diberi sedekah dan zakat (baik zakat fitrah maupun zakat mal). Maksudnya, mereka mau menerima pemberian tersebut tetapi sikapnya belum berubah drastis lantaran masih tak tahu diri. Sudah miskin sombong pula.
Barangkali tipe orang miskin seperti ini merupakan lintah yang hanya gemar menghisap darah. Hanya mau meneguk madu dari orang berduit secara terus-menerus tanpa mau merubah diri untuk menjadi lebih berakhlak baik. Setidaknya, mereka baru mau berubah ketika diberi sesuatu (uang atau barang). Namun, ketika di hari lain tak diberi lagi sikapnya kembali seperti semula menunjukkan kejahatan dan kebencian membara. Ada uang abang aku sayang, tak ada uang abang aku tendang.
2. Menuduh Kekayaan dari Hasil Pekerjaan Haram Maupun Bantuan dari Keluarganya, Tetapi Ketika Diajak Kerja Keras dan Belajar untuk Mengembangkan Diri Ternyata Tidak Mau
Sebuah kalimat "Kami perintis, bukan pewaris" merupakan pernyataan andalan bagi kaum yang tak memiliki keluarga kaya raya sehingga enggak menerima hibah maupun warisan yang berjumlah besar. Lebih lanjut, setelah menuduh pihak orang berduit itu memperoleh kekayaannya secara "mudah," sayangnya mereka tidak mau saat diajak bekerja keras dan mengembangkan diri agar mampu keluar dari jurang kemiskinan.
Baca juga: Sebuah Kritik Terhadap Ungkapan "Kami Perintis, Bukan Pewaris"
Mereka hanya bersembunyi di balik kata-kata pedas yang dilontarkan begitu saja tanpa dipikirkan secara matang dahulu. Tatkala diajak beraksi nyata faktanya tidak betah, mudah menyerah, suka mengeluh, serta otaknya tidak mampu untuk mengadakan inovasi. Sekali lagi, seperti penjelasan nomor 1 di atas bahwa mereka hanya mau enaknya saja tanpa peduli seperti apa perjuangan dan pengorbanan dalam meraih kekayaan.
3. Menjelek-jelekkan Orang Kaya Sebagai Orang Tak Bermanfaat bagi Masyarakat, Tanpa Sadar Diri Mereka Sendiri juga Menjadi Beban
Mengomentari serta menghakimi orang kaya sebagai pihak yang tidak memberikan kontribusi pada masyarakat di sekitar kerap diucapkan oleh orang miskin. Terutama bagi kaum miskin yang hanya gemar menuntut, tetapi mereka sendiri tidak mau sadar diri telah menjadi beban bagi kerabatnya maupun tetangga. Intinya, tipe orang miskin seperti ini hanya merasa benar sendiri dan mau menang sendiri.
Menjadi orang miskin memang tidak serta-merta menjadi beban bagi sekitar. Bagaimanapun, masih banyak ditemukan orang miskin yang sadar diri dan tahu diri bagaimana cara menempatkan posisi di tengah-tengah kehidupan sosial. Namun, tak sedikit pula dari kalangan mereka dijumpai sulit diatur dan diarahkan. Mereka hanya menuntut orang kaya untuk mengoreksi diri, tetapi terhadap dirinya sendiri tidak mau introspeksi diri.
4. Ogah Dibilang Iri atau Dengki Terhadap Kekayaan Orang lain, Tetapi Gembira saat Melihat Orang Kaya Mengalami Musibah
Pernah melihat mobil mewah mengalami korban kebanjiran baik itu hanyut karena banjir maupun macet lantaran melewati genangan air? Dalam beberapa video di media sosial telah didapati ada tayangan orang-orang yang berteriak (bukan teriakan panik untuk memberikan peringatan, tetapi sangat tampak teriakan "puas" walau tak begitu nampak gembira tertawa) tatkala melihat langsung mobil mewah orang kaya terkena musibah.
Perlu diketahui saja, ciri-ciri orang iri atau dengki ialah bakal bergembira melihat orang lain susah dan sebaliknya susah melihat orang lain gembira. Dalam kasus lain yang lebih sadis, ditemukan orang miskin yang justru berkendara menggunakan sepeda motor seenaknya sendiri untuk memancaing kemarahan ketika berdampingan bersama-sama dengan mobil yang melintas di jalan raya. Tentunya, hal tersebut selain mengganggu kenyamanan juga dapat berisiko terjadi kecelakaan ringan maupun berat.
5. Ogah Dipandang Rendah oleh Orang Kaya, Tetapi Mereka Sendiri yang Rendah Diri
Menjadi jongos yang gemar menjilat dan mencari muka terhadap orang lebih kaya bisa dilakukan oleh siapapun. Tanpa terkecuali oleh kaum miskin. Sayangnya, demi memuluskan aksinya itu mereka kadang tega untuk menikam dan menjatuhkan temannya sendiri sesama kaum tak berada. Mereka mau merendahkan diri sendiri sejatuh-jatuhnya hanya demi memperoleh perhatian dari juragan atau bos yang jadi majikan yang membayar atau jadi atasannya.
Baca juga: Hati-hatilah, Orang yang Kamu Kira Miskin Boleh Jadi Punya Simpanan Tabungan "Menganggur" Ratusan Juta
Dengan kata lain, orang miskin yang seperti ini pilih-pilih dalam bersikap terhadap orang berduit. Dilihat dulu apakah orang kaya itu menguntungkan baginya atau tidak. Jika setelah dilihat orang kaya itu hidupnya kok enak tetapi tak menguntungkan baginya maka dia akan marah. Baik itu marah terhadap nasib atau takdir yang dijalani maupun marah terhadap orang kaya yang tampaknya hidupnya enak tanpa perlu kerja keras.
Itulah lima sifat munafik orang miskin ketika memandang orang kaya. Semoga bermanfaat.
Disclaimer: Kata-kata pada tulisan ini barangkali dianggap mengandung tutur bahasa yang bersifat kasar. Tulisan ini tidak ditunjukkan untuk individu atau kalangan tertentu (termasuk kalangan miskin). Akan tetapi, ditujukan bagi siapapun yang memiliki sifat-sifat yang sangat pantas untuk menerima kata-kata "mutiara" di atas tanpa memandang seperti apa latar belakangnya. Sebab, miskin bukan hanya tentang angka-angka ekonomi melainkan pula terkait sifat. Ada orang yang sejatinya sudah kaya secara angka tetapi karena tidak bersyukur berakibat merasa dirinya masih miskin.
|
Ilustrasi orang yang miskin (sumber Pixabay.com/ aamiraimer) |
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Bentuk Kemunafikan Kaum Miskin saat Memandang Orang Kaya Alias Berduit"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*