Salah satu alasan kenapa masyarakat Indonesia memiliki Sumber Daya Manusia berkategori rendah disebabkan lantaran mereka sangat malas alias minim membaca tulisan. Dalam artian, tentunya membaca tulisan yang bermanfaat dalam jangka panjang bagi dirinya sendiri, keluarga, dan bangsa. Di mana, hal itu tidak cukup hanya diperoleh di media sosial. Mesti dibaca langsung dari media massa terpercaya yang bertanggung jawab, profesional, dan punya integritas. Pilihan lainnya yaitu membaca buku-buku berkualitas di perpustakaan.
Baca juga: 9 Bukti Rendahnya SDM Masyarakat Indonesia, Dua di Antaranya Bersifat Malas dan Punya Otak Jongkok
Lantas, apakah menonton video di media sosial (YouTube, instagram, tiktok, facebook, whatsapp, dan lain-lain) sudah cukup untuk mendapatkan informasi, wawasan, pengetahuan, pengalaman, tutorial, dan yang semacamnya? Jawabannya, belum cukup. Sejatinya, video hanya dimanfaatkan sebagai pengganti alat peraga (media pembelajaran) di dunia nyata. Berhubung tidak memungkinkan bertemu akhirnya peragaan, simulasi, atau praktik sebagai bukti nyata harus ditunjukkan berupa video.
Video berfungsi sebagai pendukung untuk memberikan ilustrasi alias penggambaran secara mudah ketika mencontohkan praktik. Alhasil, tetap dibutuhkan informasi yang lebih detail bacaan berbentuk artikel daripada sekadar tontonan. Bagaimanapun, dengan membaca tulisan yang utuh serta mendalam jauh lebih berguna dalam membangun pondasi ilmu pengetahuan terhadap alam pikir seseorang. Di mana, kematangan berfikir dan kemantapan (keyakinan) dalam memutuskan tindakan bakal jauh lebih unggul.
Sayangnya, alih-alih membaca artikel berbobot setiap hari, mirisnya sekadar membaca artikel "ringan" yang cukup panjang di media sosial saja terasa berat. Hal tersebut terjadi salah satunya karena masih banyak orang yang buta huruf atau setidaknya bisa membaca tetapi dengan tingkat kecepatan yang rendah. Dengan kata lain, untuk membaca satu kalimat panjang saja dibutuhkan waktu belasan detik. Padahal, bagi individu yang terbiasa membaca satu kalimat panjang cuma perlu durasi beberapa detik.
Artikel bermanfaat baik itu di berwujud media massa online, koran cetak, buku, hingga jurnal ilmiah dapat bermanfaat untuk membuka jendela dunia. Dengan begitu, cara pandang seseorang jadi lebih terbuka sehingga terhindar dari fanatisme kelompok ataupun kemandekan/kejumudan. Bukan suatu yang mengherankan tatkala orang yang aktif membaca dapat berpeluang besar menjadi pribadi yang inovatif, progesif, kreatif, produktif, serta adaptif atau bisa disebut punya daya tahan hidup tinggi.
Perlu diketahui saja, lompatan sejarah peradaban manusia bisa melampaui seperti sekarang ini salah satu faktor utamanya ialah karena masyarakatnya gemar membaca. Pada zaman dulu, salinan buku (kitab-kitab karya manusia) tersebar luas. Baik itu yang berbayar dengan cara menyewa maupun membeli ataupun yang diperoleh secara gratis. Di mana, membaca merupakan kebudayaan dan kebutuhan masyarakat sehari-hari pada sebuah bangsa yang berperadaban unggul.
Berbeda halnya dengan masa sekarang. Sungguh teramat aneh. Ketersediaan buku cetak maupun buku digital yang dapat diunduh gratis sangat melimpah ruah. Namun, kalangan yang mau membaca amat terbatas. Sekali lagi ditekankan, itu bukan disebabkan karena harga buku mahal maupun akses internet sulit sehingga tak terjangkau oleh masyarakat kelas bawah. Melainkan, faktor utamanya adalah rasa malas membaca sekaligus tak punya inisiatif untuk mengisi waktu luang dengan langkah membaca.
Lebih lanjut, membaca artikel bermanfaat dapat meningkatkan daya imajinasi seseorang. Bukan cuma karya tulis berjenis cerita pendek atau novel. Bahkan, artikel berat yang bersifat ilmiah pun kalau pada dasarnya individu punya kreativitas dalam berimajenasi juga mampu menciptakan alam khayalan ciptaan sendiri. Akibatnya, lambat laun akan mampu membuka perspektif baru pada dunia luar. Dengan begitu, rasa percaya diri bakal muncul. Mental dan emosional menjadi lebih stabil.
Para dosen, dokter, guru, pejabat, sampai agamawan (tokoh agama) mereka sangat aktif dalam membaca. Oleh sebab itu, sangat wajar tatkala performa mereka sungguh berwibawa ketika berada di ruang publik. Kamus bahasa (jumlah kosakata) yang tersimpan di otak sangat besar yang membuat saat begitu lihai bicara. Bukan sekadar itu, dengan modal banyak membaca tulisan bermanfaat ternyata mereka juga mampu membuat karya tulis. Baik itu menulis pada buku, surat kabar, blog pribadi, atau di media sosial.
|
Ilustrasi pria sedang membaca (sumber Pixabay.com/ Mohamed_hassan) |
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Pentingnya Rutin Membaca Artikel Bermanfaat Setiap Hari"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*