Tujuan seseorang membeli rumah ada banyak. Salah satu hal yang tidak bisa dipungkiri ialah demi memenuhi gaya hidup. Maksudnya, ketika dia sudah mampu memiliki rumah pribadi bakal merasa bangga diri dan meyakini dapat meningkatkan status sosialnya. Diimbuhi, biar dianggap hidupnya telah mandiri lantaran bisa lepas dari pengaruh orang tua maupun mertua akibat hidup berdampingan setiap hari.
Sebagaimana halnya pakaian dan makanan, sebuah hunian merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Sebab, setiap hari tanpa terkecuali masing-masing manusia butuh tempat bernaung dari udara dingin maupun terik matahari yang panas. Mau bertempat tinggal dengan cara indekos, ngontrak, menumpang, atau di atas tanah milik sendiri yang terpenting mempunyai tempat istirahat yang bisa diandalkan saban hari.
Bagi orang yang belum memiliki kondisi keuangan mapan serta tak mendapat bantuan kerabat, tetapi ingin punya tempat tinggal sendiri dengan berbagai alasan, tentu salah satu pilihan yang ditempuh yaitu mengontrak rumah. Di sisi lain, uniknya ada orang yang punya pondasi finansial yang kuat, tetapi lebih memutuskan mengontrak dulu dengan alasan hendak mengembangkan usaha yang dimiliki. Artinya, dia belum tertarik beli rumah sebelum usaha yang digeluti sudah aman dari goncangan.
Dengan berbagai alasan dan pertimbangan, lebih menguntungkan mana antara mengontrak dengan beli rumah?
Secara kasar alias menggungakan hitung-hitungan matematis, tentunya bakal lebih untung beli rumah walau diterapkan secara mencicil daripada ngontrak. Pasalnya, biaya sewa perbulan ataupun pertahun untuk mengontrak tentu dapat dipakai untuk mengangsur rumah yang dibeli. Di mana, yang satu mengeluarkan uang secara rutin tetapi tak memiliki hak atas rumah yang ditinggali, sedangkan satunya lagi mempunyai hak milik atas hunian yang ditempati.
Sayangnya, hitung-hitungan di atas hanyalah di permukaan. Tidak menjangkau aspek lain yang jauh lebih rumit yaitu salah satunya kondisi kejiwaan (mental) maupun risiko krisis ekonomi negara. Bayangkan, betapa depresi dialami ketika rumah yang dibeli secara kredit dinyatakan harus dilelang oleh bank akibat tak sanggup membayar cicilan. Berbeda halnya, dengan mengontrak. Orang yang mengontrak jauh lebih fleksibel dalam membayar uang kontrak. Apalagi, ditemukan bahwa pemilik kontrakan bersifat murah hati.
Lebih jauh, kejiwaan insan yang stabil enggak menutup kemungkinan mampu membuatnya jauh lebih produktif dan kreatif. Sebaliknya, tatkala beli rumah sendiri ternyata hidupnya penuh tekanan berakibat mengurangi sifat totalitas saat bekerja. Asumsinya, dia bekerja hanya demi bisa membayar cicilan rumah. Di kala pendapatannya sudah mencukupi untuk mencicil, semangat kerjanya akan kendor. Baginya, terpenting cicilan rumah dapat terbayar. Dampaknya, dapat menghalalkan segala cara.
Belum lagi, terlanjur beli rumah nyatanya memperoleh risiko kerugian berupa memiliki tetangga yang tak cocok dengan angan-angan pribadi. Mau pindah tentunya sangat sulit dan merepotkan. Sebaliknya, ketika mengontrak rumah berpeluang akan mendapatkan kemudahan untuk pindah domisili seusai masa kontrak habis. Lebih dari itu, dengan ngontrak menjadikan seseorang banyak wawasan tinggal di berbagai bentuk perkampungan maupun pengalaman dalam berhubungan dengan masyarakat.
Dengan demikian, sangat disarankan bagi para pemula sebelum memiliki rumah sendiri sebaiknya mengontrak lebih dahulu di sekitaran lokasi rumah yang hendak dibeli. Kalau ternyata cocok, barangkali dapat memutuskan untuk beli rumah di sana. Kendati tidak sesuai harapan, masih bisa memilih pindah tempat kontrakan di lingkungan lain. Dengan kata lain, salah dalam memilih rumah yang dibeli jauh lebih berisiko fatal dibanding keliru pilih kontrakan.
Lagi pula, pilihan tipe/spesifikasi maupun titik lokasi kontrakan rumah yang harganya setara (sama satu dengan lainnya) jauh lebih banyak ketimbang rumah yang berharga sama. Terlebih lagi, sekarang ini banyak sekali kawasan perumahan yang menjual rumah dengan model kembar. Dengan begitu, orang yang sering pindah-pindah kontrakan rumah akan memiliki banyak kenangan dan kesan berbeda terkait bentuk serta suasana dalam rumahnya.
Keuntungan menyewa rumah lainnya ialah sangat gampang dalam memilih lokasi strategis, sumber daya (energi, pikiran, uang, waktu, dan lain-lain) tidak banyak terpakai untuk merawat hunian, sampai tidak ada kewajiban kemasyarakatan sebagaimana penduduk tetap yang memiliki rumah. Dengan begitu, aktivitas sekedar berangkat kerja lalu pulang tanpa mengikuti kegiatan masyarakat enggak bakal berisiko banyak terkena omongan tetangga kontrakan.
Akan tetapi, semua penjelasan di atas mesti dikembalikan pada keadaan masing-masing. Bukan cuma terkait kondisi keuangan. Lebih dari itu, kembali lagi pada orientasi hidup masing-masing. Sebab, ada orang yang justru lebih bahagia hidupnya saat menjadi "kontraktor" ketimbang harus terus-menerus dihantui oleh kekhawatiran gagal bayar dari rumah yang dibeli secara kredit. Baginya, yang terpenting dapat tidur dan istirahat secara nyaman sudah lebih dari cukup untuk membahagiakan diri.
Oleh sebab itu, perlu ditekankan betapa pentingnya mencari pasangan nikah yang satu frekuensi. Yakni, mereka yang mau diajak untuk berkomitmen mau memiliki rumah sendiri atau pilihan lain berupa tinggal di rumah sewa. Jika itu sudah menjadi keputusan bersama maka tentunya mereka harus menjalankan sesuai dengan kesepakatan. Intinya, selepas dari hidup bersama orang tua tidak harus langsung memiliki rumah sendiri. Kalau memang diperlukan mengontrak rumah dulu, kenapa tidak?
Ilustrasi rumah yang dikontrakkan (sumber gambar koleksi pribadi) |
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Lebih Boros Mengontrak atau Beli Rumah? Ternyata, Tak Selamanya Beli Rumah dapat Bikin Bahagia"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*