Kekonyolan, kekeliruan, kekelaman, hingga kedramatisan perjalanan hidup pada masa lalu bakal bisa termaafkan ketika di masa kini mampu menemukan kebahagiaan sejati. Bahkan, walau kenangan tersebut diselimuti oleh penderitaan traumatis sekalipun sehingga sulit dilupakan, itu tetap akan sanggup "ditutupi/dijinakkan" oleh kebahagiaan sejati yang dicapai masa sekarang.
Nah, bagaimana cara memperoleh kebahagiaan sejati? Salah satunya yang paling utama ialah kenali Tuhan yang disembah secara benar sekaligus kenali diri sendiri secara sempurna. Bagaimanapun, orang yang bisa mengenali Tuhan disertai kenal diri sendiri bakal mudah dalam menemukan jati diri. Selanjutnya, individu yang sudah ketemu jati dirinya bikin ia mampu untuk mempertahankan kehormatan dan martabat diri.
Dengan mengenali diri sendiri seseorang akan mempunyai harga diri yang tinggi. Dengan begitu, dia akan dihargai. Tidak disepelekan, enggak diremehkan, tak dihina, tanpa direndahkan, dan terhindar dari anggapan sebagai orang yang tak berguna. Dengan kata lain, dia tahu bagaimana cara menempatkan diri di tengah-tengah lingkungannya. Nah, kalau lingkungan tidak mau menerimanya tentulah dia bakal hengkang alias meninggalkan tempat itu.
Salah satunya dengan langkah merantau atau menetap di luar kota untuk tujuan belajar memperoleh ilmu pengetahuan maupun bekerja. Hal itu merupakan upaya dalam menggapai kebahagiaan sejati. Asumsinya, buat apa menetap di lokasi lama kalau situasi dan orang-orang di sana sudah tidak memungkinkan untuk mendukung pengembangan diri? Bukankah lebih baik pindah ke wilayah yang cocok dengan potensi diri?
Dijamin, sisa traumatis di masa kecil hingga masa sekolah pada usia SMA menjadi berangsur mereda ketika menjauhi hal-hal yang bisa membangkitkan kenangan suram di masa lalu. Percayalah, sejelek/seburuk/sesadis apapun pandangan orang di kampung halaman kalau mau bertaubat (kapok) lalu menuju luar kota yang jaraknya jauh dapat berpeluang memulai hidup baru secara lebih mudah.
Guna mendapatkan kebahagian sejati tidaklah harus mendapatkan uang banyak, punya kendaraan kondisi baru, maupun berpenampilan mewah. Bisa hidup mandiri menjauhi para manusia sampah di kehidupan masa lalu, semestinya itu jadi kebahagiaan tersendiri. Dalam artian, tanpa kehadiran "kotoran" menjijikkan seperti mereka toh tetap bisa hidup. Bahkan, jauh lebih leluasa dalam aktualisasi diri.
Syukur-syukur kalau mencapai kesuksesan melebihi harapan di niat awal (lantaran tujuan utamanya adalah yang penting pergi dulu keluar kota demi meninggalkan kenangan suram di masa lalu). Misalnya, ternyata mampu membeli rumah ukuran cukup besar dan kendaraan yang layak/pantasp jalan di perkotaan saat di tanah rantauan. Dijamin, ada kepuasan tersendiri.
Ingatlah, tatkala sebagian para manusia sampah di atas datang mengemis dan memelas-melas (dengan cara menjilat atau memuji-muji) sebaiknya cegah untuk ditanggapi dengan serius. Tetaplah fokus untuk hidup bahagia bersama orang-orang baru di tempat baru yang terdapat di lokasi perantauan. Kalaupun ingin berkomunikasi dengan orang di masa lalu cukuplah basa-basi sekedar menyapa, tidak lebih!
Bagi orang yang punya ingatan traumatis silakan praktikkan tips atau trik di atas kalau ingin bahagia. Kecuali, jika jiwa atau mental dalam diri dirasa kuat maka siap-siaplah tiba-tiba mengalami hidup ngenes sehingga berakibat makan hati. Mirisnya, mau merantau ternyata sudah terlambat karena keadaan diri tak memungkinkan.
|
Ilustrasi kenangan traumatis di masa kecil (sumber gambar Pixabay.com/ reidy68) |
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ingatan Traumatis di Masa Lalu Bisa Termaafkan Ketika Masa Kini Mendapatkan Kebahagiaan Sejati, Begini Caranya"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*