Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Arti Istilah Bahasa Jawa Dikuyo-kuyo, Diplekoto, dan Dilunto-lunto

 Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa yang tergolong unik. Bagaimana tidak, dibanding bahasa Indonesia penuturan bahasa jawa terbilang lebih padat. Misalnya, jika di bahasa Indonesia disebut "Jatuh dari atas" maka dalam bahasa jawa cukup dibilang "Ceblok." Sedangkan, untuk ungkapan "Jatuh ke depan" disebut "Nyungsep/Jelungup." Adapun, sebutan "Jatuh ke samping" dalam bahasa jawanya "Goleng." Terakhir, untuk pernyataan "Jatuh ke belakang yaitu "Geblak."


Bukan cuma itu, ternyata peribahasa atau peribasan (pitutur) dalam bahasa jawa juga cukup pendek. Meski begitu, kalau dijabarkan dalam bahasa Indonesia memiliki makna yang mendalam serta tidak bisa diterangkan secara sederhana. Begitu pula, tentunya kata atau istilah tertentu dalam bahasa jawa nyatanya memiliki penekanan makna tersendiri ketika diungkapkan walau hanya dalam kalimat pendek. Contohnya ialah istilah dikuyo-kuyo, diplokoto, dan dilunto-lunto.


Berikut ini pengertian dari istilah bahasa jawa dalam kata sederhana berupa dikuyo-kuyo, diplekoto, dan dilunto-lunto.


1. Dikuyo-kuyo

Dikuyo-kuyo memiliki arti dikucilkan dan diabaikan sehingga tidak mendapatkan perlindungan maupun posisi sepantasnya yang juga menjadi hak untuk didapat. Padahal, orang yang dikuyo-kuyo tersebut sebenarnya sudah berusaha untuk merapat dan mendekat. Tindakan tersebut salah satunya berfungsi sebagai bentuk penghinaan sekaligus menghilangkan/memasung potensi hebat yang ada dalam diri individu yang dikuyo-kuyo. Korban tindakan dikuyo-kuyo umumnya memiliki jabatan/level/status yang lebih rendah ketimbang pelaku yang telah menelantarkan itu.


Dari sini, dapat dipahami bahwa seseorang yang dikuyo-kuyo merupakan pihak yang dizalimi. Sedangkan, pelakunya telah melakukan perbuatan zalim. Oleh sebab itu, wajar saja terdapat ungkapan "Sopo sing dikuyo-kuyo bakal iso urip mulyo" yang artinya "Siapa yang disingkirkan secara menyakitkan akan bisa mencapai hidup mulia." Tentunya, ketentuan dan syarat berlaku. Maksudnya, jangan berharap tatkala berada di posisi dikuyo-kuyo akan menjadi mulia di kala dia tidak mau semangat untuk bangkit serta giat mencari tempat maupun komunitas lain yang mau menerima dia.


Dengan demikian, tak perlu membalas perilaku seseorang yang telah nekat berbuat jahat seperti di atas. Fokus saja pada pengembangan diri agar kelak tetap mampu mempertahankan diri walau di kemudian hari tetap dikuyo-kuyo oleh manusia lain yang berbeda. Janganlah menjatuhkan harga diri. Kalau memang tidak dikehendaki sangat disarankan untuk meninggalkan orang yang sudah menganaktirikan tersebut beserta kelompoknya yang telah ikut-ikutan menyingkirkan secara halus tetapi sangat menyakitkan.


2. Diplekoto

Diplokoto atau lebih seringnya diucapkan dengan logat diplekoto adalah dibodohi, ditipu, diajari hal yang sesat/salah/keliru, dimanfaatkan, dipermainkan habis-habisan, dikerjain (dipersulit, dilempar sana sini bagaikan bola pingpong, hingga diadu domba), dan dieksploitasi. Orang yang diplekoto berarti telah menjadi korban pembodohan yang dilakukan oleh pihak lain. Lebih lanjut, sebagaimana istilah dikuyo-kuyo di atas, untuk ungkapan diplekoto sendiri ternyata orang yang diplekoto juga telah menjadi korban kezaliman dari kalangan yang lebih kuat ataupun oleh golongan mayoritas. 


Tak heran, lantas muncul kalimat berupa "Wong cilik mung diplokoto" yang artinya "Orang kecil hanya dijadikan sapi perah dengan cara licik dan tak adil." Selanjutnya, hal yang bikin merinding ialah di saat orang yang sekarang ini diplokoto ternyata di kemudian hari bernasib mujur yang tentunya itu sungguh bikin malu orang di masa lalu yang telah mlokoto (mem-plokoto). Disangka individu yang diplokoto itu akan tetap bisa terus diplokoto tanpa menyadari bahwa di masa mendatang dia bisa saja menjadi orang besar yang derajatnya lebih tinggi.


3. Dilunto-lunto

Dilunto-lunto atau kerapnya disebut dengan istilah kelunto-lunto adalah keadaan yang sedang terombang-ambing tanpa ada yang mau menjadi tiang pengikat, terkatung-katung, menderita atau kesusahan dalam keadaan sendirian, kebingungan tanpa ada yang mengarahkan, dan terbuang. Dari sini dapat dipahami bahwa orang yang kelunto-kelunto merupakan kalangan yang sedang membutuhkan pertolongan. Bukan cuma bantuan materi atau fisik. Lebih dari itu, terkadang dia juga butuh pendekatan kejiwaan. Di mana, cukup diajak bicara dan memanusiakannya sudah sanggup bikin dia merasa lega.


Berikutnya, ada sebuah pernyataan dalam bahasa jawa "Mbesok dadio wong sing sugeh yo le, ben iso nulung wong liyo, tur sok mben pas tuwo uripmu ora kelunto-lunto." Kalimat itu dalam bahasa Indonesia berarti "Besok di masa depan jadilah orang yang kaya raya ya nak, biar bisa menolong orang lain, dan kalau sudah tua nanti hidupmu tidak terlunta-lunta." Dengan demikian, status manusia yang kelunto-lunto biasanya tergolong insan yang hidupnya tidak mandiri. Lebih dari itu, parahnya barangkali dia belum mampu menemukan jati dirinya seperti apa agar bisa menjadi manusia terhormat.

Ilustrasi orang yang terusir dan terbuang (sumber Pixabay.com/ StockSnap)






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Arti Istilah Bahasa Jawa Dikuyo-kuyo, Diplekoto, dan Dilunto-lunto"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*