Bukan hakim tapi lancang menghakimi. Bukan penegak hukum tetapi tak tahu diri sehingga memberikan status tersangka ataupun terdakwa pada orang lain. Dua perbuatan tersebut merupakan salah satu ciri dari seseorang yang gemar mencampuri hidup orang lain, pendendam, pembenci, sok pintar, sok tahu, pendengki (mudah iri), ogah tersaingi alias anti dikalahkan, mudah tersinggung (enggak memiliki jiwa besar), hingga gampang dipengaruhi oleh bisikan orang lain.
Penyebab kenapa seseorang terlalu berani mengambil kesimpulan secara sembrono tentang individu tertentu boleh jadi karena fungsi otaknya lambat disebabkan mayoritas hidupnya menganggur, punya banyak waktu luang, memiliki trauma di masa lalu, salah pola asuh saat masa kecil, pemahaman agama minim, kondisi iman sedang menurun, sampai demi menjunjung solidaritas bersama kumpulannya sehingga rela diajak memusuhi orang yang tidak bersalah.
Baca juga: Cara Memahami Individu untuk Keperluan Bimbingan dan Konseling
Intinya, kalau tidak ada kepentingan secara langsung terhadap individu tertentu sebaiknya tak perlu lancang menggali informasi seputarnya, dengan dalih biar kenal serta bisa memahami aspek-aspek kehidupannya. Boleh saja mendalami seputar kepribadian individu tertentu, asalkan itu sesuai dengan tanggung jawab dan kewajiban. Misalnya, seorang guru yang ingin memahami perilaku "khusus" terkait muridnya dengan tujuan agar mampu mendidiknya secara tepat.
Kalau tidak punya wewenang dalam menyelidiki, menguntit (mematai-matai), dan menindak tentulah amat disarankan hindari untuk terlibat. Jangan sampai ikut-ikutan menyebarkan ghibah dan gosip (isu miring atau malah fitnah) dikarenakan termakan oleh omongan orang yang melontarkan. Kalau memang punya bukti kuat (terpercaya atau valid), sebaiknya tunjukkan itu pada pihak yang berkuasa/berwenang dalam menanganinya supaya mendapatkan tindakan semestinya.
Jenis-jenis Kesalahan dalam Memahami Individu yang Berujung Malu dan Menyesal
Sebuah salah paham yang menyangkut harga diri, kehormatan, serta martabat seseorang tidak boleh diremehkan sehingga dianggap angin lalu. Bagaimanapun, hal itu dapat berisiko bahaya bagi kerukunan dan persatuan pada sebuah lingkungan komunitas (tetangga, sekolah, kampus, atau tempat kerja). Bukan cuma berdampak negatif bagi orang yang telah disalahpahami (gagal dipahami). Melainkan, dapat berefek buruk pula bagi pelaku yang sering keliru dalam memahami.
Bayangkan saja, sudah terlanjur menuduh individu tertentu berbuat buruk lantas dilabeli sebagai pihak yang "jahat," ternyata semua itu salah kaprah. Hal tersebut, akan merusak suasana hati atau konfik batin, terutama tatkala bertemu bersama. Kalau memang ada unek-unek, ganjalan, ataupun sesuatu yang dirasa ganjil/aneh pada diri individu sangat dianjurkan untuk langsung minta klarifikasi (tabayyun). Lakukan itu secara bijak tanpa disertai intimidasi maupun mempermalukan di muka orang banyak.
Berikut ini jenis-jenis kesalahpahaman dalam menilai individu tertentu:
1. Kesalahpahaman Subjektif
Kegagalan dalam memahami individu secara objektif dapat mengakibatkan kesalahan dalam menilai individu tertentu. Di mana, maksud objektif di sini adalah tidak memihak (tendensius) dan tidak terkotori oleh pandangan/pendapat pribadi yang punya kepentingan tertentu. Dengan kata lain, terdapat ambisi pribadi di balik pemahaman tersebut. Ditambahi lagi, perkara yang kecil terkait dengannya dibesar-besarkan seolah tidak ada celah untuk dimaklumi atau dimaafkan.
Cara memahami tanpa disertai sikap objektif mengakibatkan bukan malah fokus pada objek (permasalahan yang diangkat atau dibahas), sebaliknya tertuju pada hal-hal yang terkait subjek (seperti apa latar belakang individu itu). Contohnya menanyakan hal-hal terkait privasi individu yang meliputi "Apa mazhab agamanya?" "Apa sukunya?" "Apa pekerjaannya?" dan lain sebagainya.
Selain itu, kesalahpahaman subjektif dapat disebabkan oleh halusinasi serta ilusi yang menjadikan seseorang salah dalam mempersepsikan sesuatu. Bukan sekadar itu, euforia (perasaan gembira berlebihan) maupun fanatisme pada bidang tertentu juga dapat menghasilkan kesalahan dalam memahami individu tertentu.
2. Kesalahpahaman dalam Menerima dan Menganalisis Informasi
Kegagalan dalam memahami individu secara utuh bisa disebabkan informasi yang diperoleh sepotong-potong (tidak utuh). Bisa pula karena yang didengar atau dilihat tidak bisa dipahami secara sempurna sesuai dengan kebenaran. Salah satu pemicunya ialah antara orang yang memberi info dengan yang diberi informasi memiliki perbedaan bahasa daerah (bahasa ibu).
Dapat pula, lantaran bahasa "kunci" (umumnya dalam bahasa gaul) yang berbeda sehingga gagal dalam menangkap maksud "tersembunyi" di balik kata-kata itu. Dampaknya, kadang orang yang mendengar dapat tersinggung.
3. Kesalahpahaman yang Meniadakan Unsur Praduga Tak Bersalah
Meniadakan prasangka baik terhadap orang lain dapat menyebabkan siapapun menjadi gegabah dalam memvonis individu tertentu. Padahal, dalam kasus apapun sebuah prinsip berupa praduga tak bersalah sangatlah penting. Artinya, sejak awal (sebelum mencari bukti-bukti kebenaran) wajib menduga dulu bahwa orang yang dicurigai itu sebagai pihak yang tak bersalah. Dengan demikian, jangan seketika percaya omongan orang lain sebelum benar-benar ditemukan fakta-fakta yang kuat.
4. Kesalahpahaman Akibat Superioritas Vs Inferioritas
Merasa sok paling berkuasa, si paling berwenang, dan si paling benar merupakan salah satu penyebab timbulnya salah paham. Begitu juga, menganggap enteng atau remeh orang lain dengan langkah ingin mendominasinya dapat memunculkan kesalahpahaman. Di mana, mengira orang lain tidak berpengalaman serta tidak becus ketika dimasukkan dalam satu lingkaran kelompok. Alhasil, di dalam benaknya cuma ada satu kaidah "Kalau tidak memangsa bakal dimangsa."
5. Kesalahpahaman Akibat Memakai Metode Non Ilmiah
Terburu-buru dalam menyimpulkan, tanpa membandingkan dahulu dengan bukti-bukti lain lantas menganalisis secara benar, akan berpotensi melahirkan kesalahpahaman. Bukan cuma itu, cara berpikir yang melibatkan klenik (mistis) turut andil dalam memunculkan salah paham. Hal lainnya yang bersifat non ilmiah (irasional) yang berakibat kesalahpahaman yaitu mitos, mengandalkan intuisi, mempercayai "tanda-tanda" alam, meyakini bisikan gaib, dan yang semacamnya.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Macam-macam Kesalahan dalam Memahami Individu yang Berujung Bikin Malu dan Penyesalan Menyakitkan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*