Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Jangan Merasa Menjadi Orang Penting dan Menganggap Diri Pantas Diperhatikan Maupun Dipedulikan oleh Banyak Orang

 Sebaiknya tak perlu ke-GR-an maupun terlalu ke-PD-an yang berakibat meyakini bahwa orang lain teramat peduli, perhatian, atau penasaran terkait apa-apa yang telah kita lakukan. Kalaupun ada beberapa orang yang kepo, ikut campur, dan menguntit (mematai-matai) diri kita belum tentu itu mereka terapkan secara serius. Artinya, bentuk ikut campur semacam itu hanya dilakukan secara iseng dan main-main tanpa tujuan maupun upaya-upaya khusus. Di mana, kalau berhasil gembira serta kalau gagal "ya sudah tak apa-apa."


Perbuatan di atas boleh jadi disebabkan karena status mereka sebagai pengangguran sehingga otaknya kurang difungsikan maksimal untuk hal-hal bermanfaat. Kalau pun punya pekerjaan, etos kerjanya sangat minimal. Mereka memakan gaji buta lantaran dalam bekerja memakai prinsip "Kalau kerja sedikit sudah dapat bayaran kenapa harus kerja banyak?" Kemudian "Jika kerja mudah semaunya sendiri sanggup menerima gaji maka kenapa harus mempersulit diri?" Alhasil, segala potensi pada dirinya dipakai untuk hal-hal mubazir.


Nah, tatkala kita mendapati ada sejumlah orang yang merecoki (mengganggu, seolah mengajak ribut, tidak senang melihat ketenangan hidup orang lain, atau bikin gaduh) dengan cara menekan dan mempersulit hidup kita sebaiknya tak usah dipedulikan. Senyampang mereka tidak bikin kerusakan fisik, baik terhadap tubuh maupun harta benda, sungguh semua masih baik-baik saja. Intinya, hindari merasa diri sendiri sebagai orang penting sehingga tak pantas untuk dirusuhi atau diintimidasi oleh siapa pun.


Biarlah orang lain tak berbuat baik pada kita. Toh, masih ada orang-orang berhati mulia yang mau menerima kita. Paling tidak bersikap netral pada kita tiada ingin memusuhi ataupun sebaliknya tanpa menjilat dan mencari muka pada kita. Lebih dari itu, orang yang berbuat jahat pada diri kita itu sebenarnya juga enggak disukai oleh orang lain. Kalau tidak di tempat dan komunitas yang sama dengan kita, setidaknya dimusuhi oleh manusia di lokasi lain yang tak kita ketahui.


Cegah diri berharap mendapat kebaikan-kebaikan manusia terhadap kita. Begitu pula, dilarang murung dan minder yang membuat mental terjatuh gara-gara omongan serta perilaku dari pihak tertentu yang dirasa enggak mengenakkan di hati. Lagian, orang itu statusnya apa kok bisa-bisanya mengendalikan hidup kita secara agresif? Kasih makan tidak. Kasih uang tidak. Berkontribusi pada hidup kita tidak. Kok berani-berani "mempermainkan" kejiwaan kita. Lantas, apakah layak mereka kita pedulikan?


Sebagaimana kita yang telah sadar diri tidak berharap diperhatikan dan dipedulikan orang lain, sebaliknya enggak perlu memperhatikan dan memedulikan apa-apa yang diperbuat oleh orang yang merusuhi suasana hati kita. Abaikan sekaligus buang jauh-jauh ingatan-ingat terkait orang itu. Terpenting, kelakuannya bukan kategori kekerasan fisik yang berakibat cidera tubuh maupun kerusakan harta benda. Percayalah, orang yang berbuat jahat seperti itu pasti akan memperoleh balasan atas setiap kezalimannya.


Walau seribu orang memusuhi kita, ketika sejatinya kita berada di jalan kebenaran, enggak berarti kita merupakan orang salah. Satu orang pun membela dan menemani kita, di kala berada di jalur kebaikan sesungguhnya kita sudah tepat dalam melangkah. Janganlah berkecil hati tentang masalah seberapa banyak jumlah teman. Sebab, sekelompok bajingan yang berjumlah banyak pun akan tetap disebut penjahat saat mereka nyata-nyatanya jahat.


Orang yang menjadi teman kita berpotensi ikut dimusuhi oleh orang yang memusuhi kita. Oleh sebab itu, menyembunyikan siapa orang yang telah berbuat baik pada kita terkadang sangat penting. Kita boleh saja menganggap tak punya musuh. Namun, orang lain ada saja yang memusuhi dalam takaran besar maupun kecil. Teruslah berbuat baik semampu kita, meski kadang sampah masyarakat tetap mengganggu hidup kita.


Cukup sampai di sini tulisan yang bisa menjadi sebuah renungan ini. Semoga bermanfaat.

Ilustrasi orang yang haus akan perhatian dan kepedulian (sumber Pixabay.com/ IO-Images)






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Jangan Merasa Menjadi Orang Penting dan Menganggap Diri Pantas Diperhatikan Maupun Dipedulikan oleh Banyak Orang"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*