Banjirembun.com - Temukan bakatmu agar nikmat hidupmu. Ungkapan seperti itu memang terlihat idealis, tampak berharga diri tinggi, dan seolah-olah penuh ambisi. Bagaimana tidak dianggap muluk-muluk? Jangankan orang yang masih berusia muda dan belum menikah, malahan tergolong banyak orang yang sudah sepuh hingga meninggal dunia di umur 70-an tahun ke atas pun tidak pernah menemukan bakat hidupnya. Andaikan mampu ketemu bakatnya, ternyata sudah terlambat sehingga tatkala dikembangkan (dipelajari, dilatih, dan digeluti) hasilnya tidak lagi berbuah maksimal.
Kendati demikian, perlu digarasbawahi dulu bahwa tugas setiap insan untuk menemukan bakat memanglah penting, tetapi menekuni serta fokus pada satu bidang pekerjaan jauh lebih berguna bagi kehidupan. Buat apa punya bakat unggul dan luar biasa yang nyatanya itu tidak diserap oleh masyarakat? Buat apa memiliki bakat spesial yang jarang dikuasai oleh orang lain secara "sempurna" yang ternyata itu justru menjauhkan diri pada keluarga serta orang-orang yang paling dicintai? Begitulah kehidupan, senantiasa ada pilihan-pilihan yang menghadang.
Walau tetap harus diakui, barangkali ketika menggeluti sesuatu yang bukan bakat bakal membikin segalanya terasa jauh lebih berat. Bukan cuma terkait melatih kemampuan diri dalam bidang tertentu. Lebih dari itu, melakukan pekerjaan rutin sehari-hari yang bukan menjadi bagian bakat akan mudah terasa membosankan dan sulit membahagiakan jiwa. Alhasil, penyemangat utama dalam bekerja yaitu uang atau penghasilan besar. Sebaliknya, saat bekerja dengan gaji "secukupnya" tapi itu sesuai bakat yang dimiliki tentu berpotensi mudah membahagiakan.
Lebih baik sudah berusaha keras menemukan bakat alias kemampuan bawaan dalam hidup yang berujung kegagalan, daripada belum pernah memperjuangkannya sama sekali dalam hidup. Risikonya sangat berat lantaran nanti di masa tua diliputi rasa penyesalan dan penasaran sehingga penuh tanya dalam batin "Kenapa aku dulu tidak belajar, melatih diri, mencoba hal-hal baru, menambah pengalaman baru, atau mengembangkan diri agar bisa menemukan bakat di dalam hidupku?" Kaidahnya sederhana "Lebih baik gagal setelah berjuang ketimbang gagal sebelum mencobanya."
Pekerjaan yang Ditekuni Sebelum Usia 30-an Tahun Berpotensi Besar Membawa Hasil Gemilang
Punya pekerjaan menjadi tukang sol sepatu, pedagang makanan (warteg, warung lalapan sederhana, buah-buahan, hingga jajanan tradisional), pedagang konveksi, warung kelontong (toko pracangan), reparasi (elektronik dan kendaraan), sampai bisnis di bidang lain yang bermodal kecil tentu janganlah ragu melakukannya. Senyampang umur masih muda, teruslah belajar untuk menguasai bidang tertentu sampai betul-betul menjadi pakar (ahli). Jika di tengah jalan ternyata mengalami gagal maka coba lagi lalu terus coba lagi sampai benar-benar yakin bahwa pekerjaan itu bukanlah bakat.
|
Ilustrasi fokus bidang pekerjaan tertentu agar hidup sukses (sumber Pixabay.com/ geralt) |
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada awal artikel ini, orang dewasa akan lebih mengutamakan duit agar bisa menafkahi keluarga. Itu sangat realistis. Nah, kalau sebelum umur 30 tahun sudah menjadi orang yang ahli (pakar) dalam bidang tertentu ke depannya bakal dicari banyak orang. Ibarat kata, uang yang bakal mencari untuk menebus keahlian yang dipunyai. Meski ditekankan kembali, mungkin saja nominal uang yang "berdatangan" itu tidak besar. Namun, itu sudah cukup untuk biaya berumah tangga (beli kendaraan, membangun rumah, dan lain-lain) hingga menguliahkan anak-anak di masa depan.
Perlu ditekankan, sesuatu yang ditekuni dengan sungguh-sungguh tidak akan membuat seseorang menjadi mandek (berhenti berkambang). Malahan, keseriusan dalam menggeluti bidang tertentu dapat menemukan inovasi-inovasi mutakhir. Masalah-masalah, temuan-temuan terbaru, sampai pengalaman-pengalaman unik semuanya itu yang bikin kemampuan seseorang berkembang. Maksudnya, tak perlu khawatir hidup terasa monoton. Sebab, dalam bidang apapun itu pasti "dipaksa" harus mengikuti perkembangan zaman. Artinya, fokus pada bidang tertentu bukan berarti mesti fanatik dan tidak mau melakukan pengembangan.
Dari sini dapat dipahami, hindari memaksakan diri untuk wajib menemukan bakat hidup dalam jangka cepat. Harus segera ditemukan. Fokuskan diri dahulu pada proses. Bukan pada hasil. Kalau proses dinikmati, cepat atau lambat keberhasilan pasti tercapai. Begitu pula, cegah diri memaksakan diri harus fokus pada bidang tertentu demi memenuhi gengsi hidup. Bekerjalah sesuai kemampuan. Tak perlu malu dikatakan budak, jongos, ataupun babu. Terpenting pekerjaan yang dilakukan sesuai ketentuan norma-norma. Tidak menzalimi (termasuk menyakiti hati) dan melanggar hak-hak orang lain.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Tekuni dan Fokus Satu Bidang Pekerjaan dari Usia 30-an Tahun Hingga Masa Sepuh"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*