Banjirembun.com - Terdapat ungkapan "Jika kamu dizalimi oleh manusia maka janganlah marah pada Tuhan lalu menuduh-Nya telah berbuat tidak adil. Sebaliknya pula, jika kamu marah pada Tuhan maka janganlah dilampiaskan dengan langkah menzalimi ataupun marah terhadap insan." Dua pernyataan tersebut merupakan satu rangkaian utuh yang tak terpisah. Itulah suatu wujud nilai-nilai kehidupan yang mestinya dipegang oleh setiap umat beragama agar sanggup "memberlakukan" Tuhan dan manusia secara benar.
Dalam beberapa kasus terdapat orang beriman yang menzalimi sesama manusia dan bermaksiat (melanggar larangan dan perintah Tuhan) disebabkan lantaran dia sedang marah pada Tuhan. Bisa pula diimbuhi karena dia mengalami kebingungan dan putus asa. Lari ke sana diplekotho dan dikuyo-kuyo. Menuju ke sini dihimpit serta dijepit. Intinya, dia merasa ditinggalkan oleh insan-insan (terutama yang terdekat) sekaligus merasa ditelantarkan Tuhan.
Baca juga Apakah Ada Muslim yang dalam Waktu 24 Jam Mampu Tak Berbuat Dosa Sama Sekali?
Dalam pikirannya, apapun (ide, gagasan, atau pendapat) yang ia ajukan/tawarkan serta tindakan yang telah dilakukan kerap kali disalahkan, dikoreksi, diancam, ditakut-takuti, dan dimentahkan oleh orang terdekat yang dimintai nasihat untuk memberi solusi. Akhirnya, dia menjadi ragu maupun merasa diri sendiri sebagai pribadi yang serba salah (enggak becus) sekaligus tak berguna. Menuju Tuhan pun, menurutnya sama saja tanpa ada jawaban atas masalah yang dihadapi.
Kenali Dirimu dan Kenali Tuhanmu Supaya Kamu Bahagia
Orang-orang yang marah pada Tuhan lalu mengalihkan amarahnya itu kepada manusia, atau sebaliknya marah pada manusia lantas melampiaskannya dengan murka pada Tuhan sesungguhnya dia belum menemukan jati diri (belum mengenali diri sendiri). Tentunya, belum pula mengenali Tuhannya secara utuh. Ia sering kali menambatkan/melabuhkan beban-beban hidup pribadi pada manusia lain. Oleh sebab itu, dia bakal terus terombang-ambing penuh keraguan dan kebingungan.
|
Ilustrasi marah pada Tuhan (sumber Pixabay.com/ OpenClipart-Vectors) |
Orang yang punya jati diri tentulah menjadi pribadi yang memiliki harga diri, prinsip hidup, ideologi, pedoman/landasan nilai-nilai kehidupan yang dijalankan, dan lain-lain. Begitu pula, orang yang mengenali hakikat dan sifat-sifat Tuhan dengan benar tentu bakal memandang-Nya jauh lebih berbeda dibanding sebelumnya. Singkat kata, orang yang mampu mencapai level/fase mengenali diri sendiri sekaligus mengetahui Tuhannya akan merasakan perubahan hidup menjadi bahagia.
Muhasabah (intropeksi diri) terlebih dahulu sebelum menuduh Tuhan tidak adil serta menyalahkan manusia lain yang telah berbuat zalim. Bukankah manusia tempatnya salah dan dosa? Setiap manusia pasti pernah berbuat zalim. Baik itu remeh temeh maupun parah. Hindari, menuntut kesempurnaan pada kehidupan dunia ini. Cegah diri, berharap manusia makhluk yang senantiasa bersih alias polos. Sadar diri, ini bukan kehidupan di surga yang penuh kesempurnaan dan abadi.
Jangan-jangan, Tuhan memang berkehendak memberi musibah karena ingin menghapus dosa-dosa hamba-Nya sehingga dia harus dizalimi oleh manusia. Jangan-jangan, manusia lain berbuat zalim disebabkan diri pribadi yang bermental lemah sekaligus pernah berbuat kezaliman di masa lalu. Renungkan kembali, dosa-dosa apa saja yang telah diperbuat di masa lalu sehingga sekarang ini memperoleh masalah kehidupan bertubi-tubi.
Baca juga Lebih Baik Dibegitukan Daripada Membegitukan, Sebuah Renungan Agar Tak Menyesali Keputusan
Berhentilah memvonis Tuhan tidak sayang pada hamba-Nya. Akhiri segera untuk menghakimi Tuhan yang telah tega mengabaikan hamba-Nya. Janganlah menyalah-nyalahkan manusia lain yang telah tega berbuat zalim. Boleh jadi, kezaliman yang mereka perbuat akibat kebodohan diri sendiri sehingga mudah ditindas sekaligus sebagai bentuk balasan atas dosa-dosa pribadi di masa lalu. Masih mau menggugat Tuhan dan marah pada manusia? Perbaiki diri pribadi dan belajarlah ilmu tentang Ketuhanan (aqidah atau tauhid) dulu!
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Jika Marah pada Tuhan Maka Cegah Diri Melampiaskannya dengan Cara Menzalimi Manusia"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*