Banjirembun.com - Menjalani hidup bermasyarakat setelah menikah maupun sesudah berstatus punya pekerjaan tidak segampang tatkala masih lajang serta di bawah tanggung jawab orang tua kandung atau menumpang hidup bersamanya. Intinya, orang yang sudah hidup mandiri dan berumah tangga bakal merasakan sendiri kalau sebagian dari "ujung" mulut tetangga jauh lebih mengerikan daripada rudal nuklir. Di mana, mulutnya menjadi begitu amat "lancip" menusuk ketimbang saat dulu orang yang dijadikan target masih ngikut di kediaman orang tua dan belum menikah.
Salah satu kelakuan brutal tetangga yaitu menyebarkan omongan yang berakibat merugikan pihak tertentu. Contohnya berupa fitnah. Seseorang melakukan fitnah (menuduh dengan asal ngomong tanpa dasar bukti kuat) terdapat banyak tujuan dan pemicunya. Di antara faktor penentu utamanya ialah rasa iri alias dengki. Bisa pula, memang lantaran seolah-olah merasa "tidak suka saja" kepada individu tertentu yang ditindaklanjuti dengan melakukan perbuatan agresif dengan langkah menyebarkan tuduhan palsu. Bahkan dilakukan secara acak, terpenting ada yang bisa dijadikan sebagai "musuh bersama" di majelis ghibah.
Fitnah yang disebarkan di atas dapat berfungsi sebagai "pengalihan" alias menutupi segala ketidakbecusan/kegagalan diri sendiri, dijadikan sarana menghibur diri (alat pembenaran untuk tetap mempertahankan diri di zona nyaman atau status quo) di tengah himpitan ekonomi, sampai menutupi aib-aib sendiri di masa lalu yang menyebabkan gagal hidup sukses sebagaimana capaian tetangganya (akibat malas-malasan, berfoya-foya atau boros, enggak berjiwa kreatif, ogah serius saat sekolah/kuliah, serta enggan membaca buku maupun artikel-artikel berfaedah).
Berikut ini bentuk-bentuk fitnah yang sering dijadikan bahan tuduhan oleh orang iri kepada tetangganya yang kaya:
1. Melakukan Pesugihan "Bersyarat"
Kata kunci pokok dalam sebuah pesugihan adalah ada ikatan perjanjian antara orang yang mau hidup kaya dan sukses dengan makhluk gaib yang dianggap sanggup memenuhi keinginan si pelaku pesugihan. Syarat pesugihan yang menjadi bagian dari "kesepakatan" itu berupa memberi tumbal, memenuhi sesajen, memakai jimat, membaca mantra, melakukan tirakat (menghindari pantangan), hingga melakukan renovasi rumah yang biasa disebut dengan Pesugihan Kandang Bubrah. Selengkapnya silakan baca Mitologi tentang Pesugihan Kandang Bubrah.
Tak perlu didebat, alam pikir kalangan masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah masih amat gegabah dalam menyimpulkan sesuatu. Penyebaran isu/kabar diterapkan secara sembrono atau terburu-buru. Padahal, data atau informasi yang diperoleh belum utuh. Namun, langsung begitu nekat mengatakan bahwa hasil kekayaan tetangganya diperoleh berasal dari ritual pesugihan. Parahnya, sekonyong-konyong menghubungkan antara satu kejadian dengan kejadian lain yang nyatanya tidak terkait/terhubung satu dengan yang lainnya. Misalnya, ada anggota keluarga tetangga yang meninggal seketika memfitnah sebagai korban tumbal pesugihan.
2. Memelihara Tuyul
Terbilang cukup banyak yang masih percaya dengan memelihara tuyul bikin seseorang bakal menjadi kaya. Di mana, jika beberapa rumah warga mengalami kehilangan uang serempak dalam satu malam maka langsung menuduh ulah tuyul peliharaan orang kaya. Nyatanya, ketika ditelusuri secara gamblang asal-asul kekayaan orang yang jadi tetangganya itu sangat jelas. Misalnya, hasil dari lahan produktif (sawah, ladang, atau kebun) serta jualan toko kelontong atau peracangan.
3. Memiliki Ritual Babi Ngepet
Untuk ritual babi ngepet ini hampir mirip dengan nomor 1 dan 2. Oleh sebab itu, tidak perlu diuraikan lebih mendalam.
4. Punya Pekerjaan Haram
Ketika ada tetangga kaya yang berprofesi sebagai pegawai serta-merta hartanya disebut dari hasil korupsi (menggarong uang milik publik), kolusi (kongkalikong yang biasanya diimbuhi dengan suap-menyuap), atau nepotisme (pekerjaan atau jabatan yang diperoleh akibat masih ada hubungan kerabat). Terdapat pula yang mengatakan hasil dari jual diri, menipu, perdagangan narkoba, mencuri, dan hasil perjudian. Faktanya, itu semua enggak boleh dipukul rata. Boleh jadi, harta yang diperoleh tetangga benar-benar murni hasil dari pekerjaan bersih dan halal.
|
Ilustrasi seseorang yang iri atau dengki kepada tetangganya (sumber Pixabay.com/ 3282700) |
5. Menjadi Beban Keluarga bagi Orang Tua Kaya
Beredar ungkapan yang umum "Kalau orang tua kaya ya wajarlah anaknya ikut kaya. Tidak seperti aku ini dari keluarga miskin yang harus berjuang dari nol." Lebih menggelikan lagi sebuah pernyataan "Kami perintis, bukan pewaris." Memang apakah salah lahir dari keluarga yang kaya raya? Memangnya apa salahnya menerima warisan dan hibah dari keluarga? Apakah orang yang berkata-kata seperti itu dijamin kalau memiliki orang tua yang kaya bakal menolak warisannya? Alhasil, di waktu ada tetangga yang kaya langsung bilang "Itu hasil pemberian atau warisan dari orang tua dan mertuanya."
6. Memakai Penglaris
Pedagang yang laris sehingga dari penghasilannya itu mampu membangun rumah yang megah, terkadang menjadi korban omongan mulut tetangganya. Disebut-sebut melakukan ritual penglaris supaya apa-apa yang dijualnya laris manis. Selengkapnya baca 3 Macam Bentuk Penglaris Dagangan Paling Tak Manusiawi.
7. Merampas Harta Warisan yang Menjadi Hak Kerabatnya
Rebutan warisan yang berujung pada salah satu pihak dizalimi terbilang lumayan sering terjadi di tengah masyarakat. Nah, sebagian orang yang bergelimang harta juga tak lepas dari fitnah bahwa dia telah merebut atau merampas harta warisan yang bukan menjadi haknya.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul " 7 Fitnah yang Sering Dituduhkan oleh Orang Iri Alias Dengki Terhadap Tetangganya yang Kaya"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*