Banjirembun.com - Perkenalkan nama gue Jonathan. Mungkin apa yang gue tulis ini merupakan bagian dari perbuatan dosa. Bukan cuma dosa karena menzalimi Heni yang gue jadikan objek bahan bercerita dalam tulisan. Melainkan pula, berdosa karena gue membuka aib pribadi yaitu berupa kesulitan melupakan mantan seperti dia.
Bagi gue, Heni merupakan gadis sempurna. Cewek yang begitu anggun nan jelita. Tak perlu gue ceritakan bagaimana bentuk mata, warna kulit, hingga gambaran tubuhnya. Intinya, dari segi sifat kepribadian maupun fisiknya amatlah masuk kriteria gue banget. Tanpa boleh didebat!
Sayangnya, ada beberapa alasan yang membuat gue tak berani mendekati dia. Pertama, dia anaknya orang kaya. Kedua, kita beda mazhab agama. Ketiga, mental gue kala itu belum tertata matang. Akibatnya, jangankan mengajaknya bicara, sekadar menatapnya apalagi berada di dekatnya saja tubuh ini seketika gemetaran.
Lagi pula, gue sadar diri. Saat itu, posisi gue sangat hina. Ada beberapa hal yang tak bisa gue ceritakan di sini. Kalau gue sebutkan bisa muncul konsekuensi tersendiri. Yakni, bakal meng-ghibah (membicarakan keburukan) sejumlah insan. Biarlah gue simpan sendiri masalah itu. Semoga bisa menjadi amalan yang dapat meringankan gue di yaum al hisab nanti.
Akhirnya, sampai saat ini gue belum pernah berbicara dengannya. Jangankan mengungkapkan perasaan. Mengajaknya berbasa-basi pun seingat gue tak pernah sama sekali. Bahkan, sekadar untuk belanja di toko orang tuanya pun enggak pernah gue lakukan. Selain karena mental gue yang lemah, juga diakibatkan gue terlambat. Pintu kesempatan tertutup rapat sesudah dia menikah.
|
Ilustrasi kelopak bunga teratai yang dibuat oleh teknologi "Kecerdasan Buatan" (sumber Pixabay.com/ EvaMichalkova) |
Setelah ini gue akan pergi jauh. Gue tidak mau mengganggu hidupnya. Biarlah luka-luka ini (bukan cuma luka dengannya tetapi dengan pihak-pihak lain) gue tanggung sendiri. Gue berpegang teguh pada kaidah "Melihat orang-orang yang kita cintai bahagia (termasuk kerabat serta sesama Muslim satu komunitas) tentulah bakal bikin gue ikut bahagia. Sebaliknya, melihat insan yang dicintai menderita akan berdampak pada beban di jiwa."
Semoga dia diberi taufiq dan hidayah-Nya agar mendapat bahagia di dunia hingga akhirat. Semoga juga ingatan-ingatan gue tentang dia maupun trauma-trauma hidup gue lainnya di masa lalu dapat menjadi sumber pahala tersendiri. Sebagaimana dawuh Kiyai:
"Ketetapan Allah adalah yang terbaik."
Terjemahan hadits:
"Aku begitu takjub pada Mukmin (orang beriman). Sesungguhnya Allah tidaklah menakdirkan sesuatu untuk Mukmin melainkan pasti itu yang terbaik untuknya." (HR. Ahmad, 3:117).
Terjemahan hadits:
"Sungguh menakjubkan urusan Mukmin (orang beriman). Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh Mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya." (HR. Ahmad).
Beliau menambahi, kurang lebih seperti ini "Akan merasakan lezatnya iman ketika seseorang betul-betul ridho Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai nabinya. Tentunya, itu juga harus berbanding lurus dengan ridho terhadap segala takdir-Nya. Akan menjadi sebuah pengakuan palsu ketika mengatakan Allah tuhanku, tetapi tidak ridho terhadap takdir baik maupun buruk yang menimpanya."
Demikian curahan hati dari gue. Semoga cerita ini dapat menjadi bahan pelajaran bagi kita semua.
Sanggahan: Cerita ini dimaksudkan bukan hendak mengusik kehidupan siapapun. Bukan juga ingin mengambil keuntungan materi maupun non materi dari curhat di atas. Perlu ditekankan dulu, orang yang bernama Heni sangat banyak. Maksudnya, boleh jadi namanya sama tetapi orangnya beda. Paham kan?
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Sebuah Curhat Tentang Heni, Gadis Sempurna yang Sulit Terlupakan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*